Jumat, 29 April 2011

"SAJAK KELABU"




elegi buat ibu
(sajak duka untuk almarhumah ibu tercinta)

 Almarhumah Ibu Soelarti binti Haji Hadiwisastro

lahir : Surakarta, 28 November 1929
wafat : Semarang, 22 April 2011 


ibu,

ketika kereta kencana yang menjemputmu
tiba pada keheningan malam hari itu
hujan dan angin sedang sibuk menyiramkan tabir kelabu
airnya diseantero kota yang lebih uzur dari usiamu
derasnya seakan ingin menyapa dan menyaput duka lara kalbu
ketika dengan tersenyum dalam tidurmu yang syahdu
engkau pergi tanpa sepatah katapun terucap pada anak cucu dan cicitmu


ibu tersayang,

sejuta penyesalan tak kan cukup kami tangisi sepanjang
sisa hidup kami saat kabar duka itu datang yang
bagai semilyar halilintar menyambar dan  menerjang
lalu semua seakan gelap anganpun pupus melayang
tak ada tangis kerna air mata tak cukup lagi menangisi jasadmu yang
kini terbujur dengan damai dalam naungan selendang
bidadari dan selaksa malaikat yang mendampingimu diawang-awang


ibu,

terbayang dipelupuk mata saat-saat  indah  ketika
senyum dan suara merdumu selalu mengiringi
solah tingkah anak cucu dan cicitmu diwaktu lara maupun suka
dan dalam perjalanan panjangmu kealam barzah kini
kami yang kau tinggalkan akan  khusyu' berdoa senantiasa
sebagai sisa amalan yang dapat meringankanmu nanti
saat Allah Swt menghisabnya dipadang mahsyar ketika waktunya tiba
Insya Allah surgalah tempatmu yang abadi


ibu pepundhen kami,

usah risau dan resah lagi
  beristirahatlah dalam kedamaian nan kekal abadi
anak cucu dan cicitmu akan  tetap mengenang dan mencintai
dengan sepenuh hati  dan jiwa  kami
walau kepergianmu menorehkan luka yang  menyayat hati
hanya tawakal yang membuat kami tetap berharap seraya mensyukuri
semoga kepergian 'khusnul khotimah' yang ibu jalani



ibu yang kami cintai, 

selamat jalan, kinipun kami sedang menanti
giliran untuk dapat bertemu denganmu lagi
dalam kehidupan yang kekal dialam abadi
amin yaa Allah yaa Robbi




pondokgede dalam kerinduan membayang,
tujuh hari setelah ibu  berpulang


1 komentar:

  1. Teruntuk mas Koes beserta seluruh keluarga besarnya,

    Tak percaya...tapi nyata..., itu yang saat ini dirasakan oleh mas Koes sekeluarga, dan kita tak kuasa menahan sedetikpun ketika saat itu datang,kita hanya mampu tergugu dalam kelu, ketika kenyataan itu ada didepan mata kita.
    Rasa seperti itu akan terus menggelayut dalam sanubari kita bahkan setelah puluhan tahun, 23 tahun lalu ibu kami juga meninggalkan kami menghadap sang Kholiq, tapi kami masih sering merasa beliau ada.
    Kita baru tersadar ketika ada saat dimana kita butuh pangkuannya yang damai untuk menampung semua keluhan kita, butuh dadanya yang hangat untuk menampung derai air mata kita, sosok itu telah tiada...dan tak tergantikan.
    Kerinduan itu kadang tak terbendung, pada saat ada keberhasilan yang kita capai,hanya beliau sosok yang akan dengan senyumnya yang manis ikut bahagia dengan tulus, pada saat kita mengalami kegagalanpun, hanya belaian tangan lembut beliau yang mampu meredakan kegalauan hati kita yang tekulai dipangkuannya...yang tulus membelai sambil terucap seuantai nasihat dan do'a, yang tulus....
    Namun kita memang tidak boleh berhenti melangkah,Beliau akan lebih bahagia menyaksikan kita teap tegar dalam menjalani kehidupan ini, tentu dengan tetap berjlan dijalan yg diRidhoi Allah, yg selama ini telah beliau ajarkan pada kita...tetap semangat dengan selalu mendo'akan beliau setiap saat, Insya Allah do'a anak yg sholeh akan menghantarkan beliau menempati surga NYA,amin ya Robbal'alamien.

    BalasHapus