Selasa, 19 April 2011

"DAPAT 'KAPLING' DARI JENDRAL.....DAPAT AIR MINUM DARI....'BRANWIR' !!!.."


 (cuplikan dari: "kisah2 spiritual" mastonie)

( 9 )


Released by mastonie on Tuesday, April 19, 2011 at 12.25 pm


MINA, tanah yang sanggup menampung jemaah berapa saja….. 

tenda2 di Mina, foto: mastonie
Hari Minggu, 16 Desember 2007 (7 Dzulhijjah 1428 H)  menjelang tengah hari yang panasnya semakin terik,  seluruh anggota rombongan jemaah calon haji PT Anubi Travel akhirnya telah terkumpul dan bersiap meninggalkan Masjidil Haram menuju Mina untuk Mabit (bermalam). Sepanjang jalan tampak iring-iringan puluhan bus besar dan kecil dengan tujuan yang sama.  Yang menarik perhatian saya adalah banyaknya bus yang atapnya  dibuat khusus agar bisa dipergunakan sebagai tempat duduk para jemaah. Konon kebanyakan jemaah calon haji dari Negara Timur Tengah yang menginginkan naik diatap bus. Alasannya? Biar doanya tidak terhalang atap bus! Ada-ada saja.
Pada siang hari itu  lalu lintas menuju Mina belum terlalu macet, sehingga menjelang ashar kita sudah masuk wilayah Mina dan langsung menuju tenda yang dikelola oleh Maktab 82.
Ini adalah kedua kalinya saya menginjak tanah Mina untuk melaksanakan salah satu rukun haji: Mabit.
Mina tahun 1992 sungguh berbeda dengan Mina tahun 2007. Sejauh mata memandang saya lihat hanya ada ribuan tenda permanen putih bersih yang konon dibuat dari bahan anti api. Tenda yang diperuntukkan jemaah calon haji non reguler (ONH Plus) juga dilengkapi dengan alat pendingin ruangan (AC). Dulu tenda-tenda di Mina beraneka warna dan bentuknya, sesuai dengan kemampuan Maktab masing-masing.
Sekarang tenda sudah nyaris seragam, setidaknya dari warnanya.
Saya tercenung didepan Maktab 82. Jalan-jalan sudah beraspal halus. Disekitar saya terparkir puluhan bis besar ber AC yang mengangkut ribuan jemaah calon haji dari berbagai Negara.
Inilah Mina sekarang.
Orang Arab sendiri menyebut tanah kosong yang hanya dipakai setahun sekali pada saat musim haji itu sebagai Muna. Artinya “pengharapan”. Konon ditanah inilah Nabi Adam AS sangat berharap dapat bertemu dengan Siti Hawa, istri yang telah terpisah selama 200 tahun.
Mereka memang akhirnya dipertemukan Allah Swt disatu tempat yang kini disebut sebagai ‘Jabbal Rahmah’ di padang Arafah.

 
Tentang Mina, Rasulullah Saw pernah bersabda:
“Sesungguhnyalah, (tanah) Mina itu seperti rahim seorang ibu, dimana pada saat terjadi kehamilan maka (ia) akan diluaskan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala”
Memang demikianlah kenyataannya. Dari tahun ke tahun jemaah calon haji yang Mabit (bermalam) di Mina tak pernah berkurang, justru semakin banyak jumlahnya. Padahal Mina yang hanya sekitar 3,5 kilometer persegi itu tidak pernah bertambah luasnya. Tapi toh jemaah yang jumlahnya jutaan orang itu tetap dapat tertampung diwilayahnya. Subhanallah.
Sejak jaman Rasulullah, Mina sudah diharamkan untuk dimiliki oleh perseorangan karena tanah ini dianggap sebagai salah satu tempat pelaksanaan ibadah haji.
Oleh sebab itu diluar musim haji, Mina akan menjadi ‘tanah tak bertuan’ lagi. 
Kosong nyaris tak berpenghuni.

Dapat “kapling” dari seorang Jenderal…

Sewaktu duduk duduk santai diteras hotel ‘Intercon’ tadi pagi, tak sengaja saya berkenalan dengan sesama jemaah calon haji Anubi tapi berlainan ‘kelas’nya. Karena lain kelas, tentu lain pula hotel dan busnya. Oleh sebab itu para penghuni bus (dari 1 sampai 4) baru bisa bertemu pada saat seluruh anggota rombongan berkumpul. Saya sempat ‘ngobrol ngalor ngidul’ dengan priyayi Jawa yang saya duga adalah seorang Pejabat Tinggi. Berpotongan rambut cepak, kumis tipis dengan sorot mata yang jernih tajam, tapi sangat ramah.
Entah bagaimana saya merasa ‘nyambung’ dengan beliau. Saking asyiknya ngobrol, kita malah tidak sempat saling memperkenalkan diri.
Pada saat berada di bus saya buka buku panduan haji yang dikeluarkan Anubi. Saya baru ‘ngeh’ kalau beliau ternyata seorang Perwira Tinggi yang bertugas di Mabes TNI AD, Dugaan saya tidak keliru.

inilah suasana dalam tenda di Mina
Nah, di Mina, pada saat berebut ‘kapling’ di tenda (satu tenda bisa berisi kapling untuk lebih dari 30 orang), saya bertemu lagi dengan Pak Jenderal yang ternyata dengan santai sudah menduduki 2 buah kapling. Yang saya sebut sebagai ‘kapling’ adalah tempat untuk tidur didalam tenda yang hanya beralaskan tikar ditutup permadani tebal. Hanya ada bantal dan selimut. Tanpa kasur.
“Sini saja pak, ini sudah saya siapkan tempatnya” kata beliau dengan tertawa lebar.
Saya terperangah. Subhanallah, tak terduga saya dipesankan tempat oleh seorang Jenderal! 
Ini sebuah karunia dan kemudahan dari Allah Swt. Alhamdulillah.
nikmatnya 'ngorok' ditenda
Kapling yang dipilih Pak Jenderal berada paling dekat dengan “pintu” tenda. Sangat strategis menurut penilaian seorang tentara., yang terbiasa dengan 'security approach' (pendekatan dilihat dari segi keamanan). Saya dipilihkan tempat yang paling pinggir dengan alasan agar mudah keluar masuk (kalau ada "apa-apa"), sekaligus juga tanpa mengganggu orang lain.
Maksud beliau memang bagus.
Tapi pada akhirnya nanti ternyata sayalah  yang  akan menanggung akibatnya……


Fasilitas berlimpah, air minum dari…..hidran pemadam kebakaran!

Pada waktu saya pergi haji yang pertama dulu, boleh dikata saya seperti ikut haji reguler (haji  ONH biasa) walaupun harus saya akui TPOH dapat  kemudahan lebih banyak daripada jemaah biasa. 
Antara lain pondokan, transportasi dan jatah makan yang lebih dari lumayan.
Tapi jangan lupa, pada tahun 1992 saya memang boleh dibilang masih 'tenaga muda'. Jadi dapat fasilitas apapun ‘hayo’ saja. Tak ada masalah bagi saya.
Limabelas tahun kemudian ketika saya pergi haji yang kedua, tentu kondisinya berbeda. Usia jelas sudah lebih tua, apalagi setahun lalu saya baru saja jatuh sakit agak serius.
Beruntung kali ini saya dapat pergi haji dengan fasilitas ONH non reguler, atau yang dikenal sebagai ONH Plus. 
PLUS artinya lebih. Lebih mahal ongkosnya sudah pasti.
Tapi memang kemudahan yang kita dapat juga agak sedikit lebih.
Di kota Jeddah, Mekah dan Madinah rencananya kita akan tidur dihotel berbintang.
Di Maktab 82 dimana saya mabit di Mina, fasilitas nya juga lebih dari lumayan. Tendanya pakai AC. Sayangnya MCK nya kurang banyak, walaupun airnya berlebih. 
Yang paling menonjol adalah 'seksi konsumsi' alias katering nya. Saya fikir ini adalah hal paling utama. Sebab pada saat menunaikan ibadah haji dibutuhkan tenaga  ekstra lebih juga.
Jadi harus diimbangi dengan makanan dan minuman bergizi serta yang setara jumlah kalorinya.
Makanan yang dihidangkan secara 'buffet' (prasmanan) 3 kali sehari cukup memuaskan menunya. 
Selain bervariasi juga cukup jumlahnya. Dan yang terpenting:  yang dihidangkan adalah menu masakan Indonesia. Lidah Indonesia kan terkenal agak susah berkompromi. Buah-buahan tersedia berlimpah. Jeruk, apel, pisang paling sering dihidangkan. Kadang-kadang ada anggur atau semangka. Tapi saya malah belum pernah melihat ada kurma dihidangkan sebagai pencuci mulut. Barangkali kurma harganya malah lebih mahal dibanding buah impor. Pokoknya soal "perut" sudah memenuhi standar "4 sehat 5 percuma" (gratis, walaupun sudah termasuk dalam ONH yang Plus itu)
Soal air minum juga tidak masalah. Tersedia banyak sekali lemari kaca berpendingin yang berisi air mineral dan minuman ringan berbagai merk. Persis kayak ditoko minuman itu. Ini juga gratis.
Selain itu juga tersedia termos air listrik berkapasitas besar yang menyala 24 jam.
Saya menghindari minum yang serba dingin. Cuaca di Mina pada saat itu tidak terlalu panas, tapi kalau malam berubah jadi dingin dan anginnya (yang juga sangat dingin) keras sekali menerpa.
Saya lebih memilih minuman hangat, karena tersedia air panas berlimpah dan persediaan teh, gula dan kopi plus krimer yang lebih dari cukup.
Awalnya saya sempat bertanya-tanya dalam hati, ditanah tandus seperti Mina ini, bagaimana orang Arab bisa mendapat air minum dan kebutuhan air untuk MCK yang lumayan berlebihan?
Pada suatu hari saya dapat jawabannya. Sewaktu hendak membuat kopi panas saya dapati termos air listrik dalam keadaan mati. Ternyata airnya habis. Segera saja saya menghubungi pengawas Maktab yang stand by 24 jam diposnya. Tak berapa lama kemudian datang petugas yang akan mengisikan air ke termos.
Tebak darimana air minum yang akan diisikan kedalam termos?
Alih-alih air dalam galon atau setidaknya dalam ember atau tong, yang dibawa oleh petugas itu adalah selang air pemadam kebakaran yang langsung dihubungkan ke hidran yang banyak terdapat disekitar tenda. Ujung selang pemadam kebakaran  itu langsung disemprotkan kedalam termos!
Astagfirullah. Jadi selama ini kita minum air dari hidran "branwir" (pemadam kebakaran), sama dengan air yang disalurkan untuk tempat MCK!



bersambung…..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar