Senin, 11 April 2011

"ANDA BATUK? ....KEROKAAAN!!!......"


      
(dari draft buku: "Catatan seorang mantan Ajudan" oleh mastonie)
Tulisan bersambung (93)

Released by mastonie, Sunday, June 13, 2010 at 03.29 am

      "Koor"  batuk dimana-mana.....

Pasti sudah banyak yang mendengar atau bahkan mengalami sendiri. 
Siapapun yang pergi ketanah suci biasanya terkena serangan penyakit selesma (batuk, pilek dan flu). Itu kalau tidak mempunyai ‘sakit bawaan’ dari tanah air. Yang saya maksud dengan sakit bawaan itu misalnya, tekanan darah tinggi, sakit jantung, kencing manis, dan penyakit kronis lainnya. 

 tawaf, foto2: mastonie     

Dilihat dari sisi ilmu kesehatan, (ini menurut dokter TKHI yang ada diklinik Aziziah), berkumpulnya berjuta manusia yang berasal dari berbagai penjuru dunia dan pada suatu saat bertemu disatu tempat,  berpotensi menyebabkan tersebarnya virus berbagai macam penyakit. Virus yang paling cepat tersebar memang biasanya penyakit radang tenggorokan (yang mengakibatkan batuk). Ini memang penyakit yang tampaknya ringan tapi paling menjengkelkan. Yang paling berat adalah virus penyakit radang otak (meningitis), kalau tidak terdeteksi sejak dini dan tidak dirawat dengan benar bisa menyebabkan kematian.
Oleh sebab itu Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menetapkan, semua jemaah calon haji yang mau berangkat ketanah suci, diharuskan menjalani vaksinasi untuk meningitis (ini wajib dan ada surat keterangan resminya). Akhir-akhir ini ditambah dengan vaksinasi untuk mencegah penyakit selesma (batuk, pilek, flu).
Begitu dahsyatnya virus radang tenggorokan ini, sehingga biasanya nyaris seluruh jemaah haji (tak peduli berasal dari Negara manapun -kecuali dari Arab Saudi sendiri-) terserang sakit batuk. 
Koor” atau paduan suara batuk ini sering terdengar bersahut-sahutan bagaikan simponi “kodok ngorek” di Masjidil Haram maupun di Masjid Nabawi. Terutama pada waktu malam hari, bila cuaca mulai dingin.
Gara-gara penyakit batuk ini, sampai muncul sebuah anekdot, lelucon atau pemeo yang sangat populer:
“Kalau pergi ketanah suci (untuk haji atau umrah) tidak (terkena sakit) batuk, berarti …….ada kemungkinan dia saudara (atau keturunan)nya unta!”.
Sebuah lelucon yang “pas banget”. Karena kenyataannya di Arab Saudi yang tidak pernah terkena sakit batuk memang hanya UNTA!
Dan problem sakit batuk ini menjadi sebuah persoalan tersendiri bagi TKHI (dokter maupun perawat) di hampir seluruh poliklinik yang disiapkan oleh Departemen Agama RI. Baik di Jeddah, apalagi di Mekah dan Madinah. Begitu banyaknya pasien yang menderita batuk, sehingga yang selalu habis lebih dahulu dapat dipastikan adalah persediaan obat batuk.
Sewaktu masih berada di Wisma Indonesia Aziziah, saya sempat terkena radang tenggorokan yang mengakibatkan batuk berkepanjangan. Sebagai anggota TPOH, selayaknya saya juga mendapatkan perawatan di poliklinik Aziziah. 
Akan tetapi ketika sampai dipoliklinik saya ditanya oleh salah seorang perawat:
“Bapak sakit apa?”
“Batuk Suster, sudah tiga hari tidak sembuh”, jawab saya sambil terbatuk-batuk.
“Wah, kalau sakit batuk disini sudah habis obatnya pak. Bapak ‘kerokan’ saja”. Jawabnya santai. 
Saya tercengang. Anda pasti tahu dong, apa itu ‘kerokan’. Kalau belum tahu, ini saya beritahu. Kerokan adalah pekerjaan menggosokkan (atau menggoreskan?) semacam koin dikulit (biasanya dipunggung atau didada bahkan sampai ke lengan), sehingga timbul bekas berwarna kemerahan sampai merah tua. Mirip tattoo tapi……bukan!
Konon setelah dikerok badan akan menjadi terasa ringan dan legaaaaaaaa……dan Insya Allah batuk juga lenyap. Percaya tidak percaya deh.
Karena setiap datang ke poliklinik selalu mendapat jawaban sama yang itu-itu juga, (“Obat batuk sudah habis, kerokan saja”) maka dengan terpaksa, karena sudah tidak tahan menderita batuk, saya segera saja melaksanakan anjuran perawat itu. Kerokan! Dan oleh sebab hampir seluruh penghuni kamar juga menderita penyakit yang sama, batuk, maka ‘ritual kerokan’ itu akhirnya kita praktekkan secara massal.
Bertempat disalah satu ranjang yang ada di kamar, empat orang sekaligus duduk saling memunggungi. Yang sakit batuknya paling ringan menempatkan diri paling belakang, kemudian masing-masing segera mengerok punggung orang yang ada didepannya. Setelah kerokan ‘gaya punggung’ selesai, maka diteruskan dengan ‘gaya dada’. Caranya? Dua orang saling berhadapan dan saling mengerok dada temannya. Yang paling akhir dikerok punggungnya nanti adalah orang yang tadi duduk paling belakang, yaitu yang sakitnya paling ringan.
Terus terang ‘gaya kerokan massal’ ini ditemukan dengan secara tidak sengaja karena keadaan yang memaksa. Hasilnya? Ternyata lumayan ampuh. Tapi sayangnya membuat saya ‘ketagihan’.
                
      “CD” side A dan side B.

Pada bulan Mei tahun 1992, cuaca di kota Mekah luar biasa panasnya. Ketika mabit di Mina, pada siang hari saya mengalami puncak panas yang luar biasa. Konon mendekati 45 derajat Celcius! Dalam satu hari itu tidak kurang dari 60 jemaah haji Indonesia (kebanyakan berusia lanjut) yang wafat terkena “heat stroke” (sengatan panas matahari). Suatu hal yang sering tidak disadari oleh para jemaah haji asal Indonesia adalah bahwa hawa udara di Arab Saudi sangat tinggi, tapi kelembabannya sangat rendah, sehingga kita hampir tidak pernah berkeringat. Ini yang sangat membahayakan. Karena tanpa sadar orang bisa terkena dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), atau yang paling berat sampai terkena heat stroke. Oleh karena itu jumlah Jemaah Haji Indonesia (baik yang sudah wukuf maupun yang belum sempat wukuf) yang wafat ditanah suci pada musim haji tahun 1992 termasuk cukup besar, mencapai 366 orang.
Perlengkapan standar yang diberikan (oleh Garuda Indonesia) kepada jemaah calon haji Indonesia tahun 1992, sebetulnya sudah cukup memadai dan memenuhi syarat. Yaitu sebuah kopor besar, kopor sedang dan tas leher untuk tempat paspor atau identitas lain.  Selain itu juga diberikan sebuah payung berwarna merah putih berlogo “Garuda” dan satu sprayer (semprotan) air, serta satu set masker terbuat dari kain. Tiga buah peralatan yang terakhir (payung, sprayer dan masker) sebetulnya sangat berguna, namun sayang justru sering dilupakan oleh para jemaah karena alasan ‘repot’ membawanya. Padahal dalam cuaca yang sangat panas, untuk menjaga kesehatan tubuh, bisa disiasati dengan jalan banyak minum air dan menyemprotkan air kewajah sampai kebadan untuk mencegah dehidrasi. Payung seharusnya dipakai untuk melindungi kepala dari sengatan sinar matahari yang sangat terik. Sedangkan masker dipergunakan untuk menutup hidung dan mulut guna mencegah penularan sekaligus penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus. Tapi pada prakteknya? Yaaaa…begitulah.
Cuaca yang sangat panas di Arab ini menyebabkan semua instalasi air dipenginapan menjadi “sumber air panas”  energi mentari. Setiap membuka kran air disiang hari, yang mengucur adalah air panas! Terkadang panasnya bisa bertahan sampai malam hari. Mungkin bak penampung airnya terbuat dari logam.
Dengan alasan air yang terlalu panas inilah yang membuat kebanyakan anggota TPOH jadi malas mencuci baju. Padahal baju yang dicuci dan dijemur di tanah Arab akan cepat sekali menjadi kering. Kadang tidak perlu waktu satu jam cucian sudah kering,  bahkan kerontang.
Sebagai konsekwensi logis dari jarangnya kita mencuci, maka pakaian (terutama pakaian dalam, singlet dan “CD”) harus dipakai sehemat mungkin.  
Sejak berada di Mekah inilah anggota TPOH akrab dengan istilah “CD” side A atau side B. Faham maksudnya? “CD” singkatan dari (maaf) ‘celana dalam’.
Bagaimana dengan side A dan side B? Kalau CD baru dipakai, itu namanya “CD side A”. Sesudah sehari dipakai, maka keesokan harinya (untuk menghemat pakaian dalam) CD yang sama dipakai lagi, tapi dengan cara dibalik dulu. Nah,  itulah “CD side B”.
Jikalau keadaan darurat, mungkin saja ada “CD side C”. Ya, siapa tahu?
Kalau anda masih belum faham juga, jangan-jangan anda termasuk “GOTELMI”. 
Hehehehe..... GO(longan) TEL(at) MI(kir)……



bersambung.....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar