Kamis, 24 Maret 2011

"TENTANG PERNIKAHAN"

Tulisan lepas:

(sebuah catatan dari pengalaman pribadi)

Potret kebahagiaan sepasang pengantin


released by mastonie on Thursday, May 7, 2009 at 8:39pm


Allah SWT berfirman:
”Dan Kami ciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan supaya kamu mendapatkan pengajaran” (Adz Dzariyat. QS. 51 : 49)

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Nya, Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu supaya kamu tenteram bersamanya. Dan Dia menjadikan CINTA dan KASIH SAYANG diantara kamu. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir” 
(Ar Ruum, QS 30 : 21)

Disamping itu, Rasululah SAW juga bersabda:
“Barangsiapa diantara kalian yang sanggup membiayai hidup berkeluarga, maka menikahlah. Sesungguhnya hal (menikah) itu lebih menjaga pandangan mata dan lebih menjaga kehormatan (kemaluan)” 
(HR.Jama’ah Ahli Hadits)

Dengan demikian maka jelaslah bahwa pernikahan merupakan perintah Allah SWT sekaligus sunah dari Rasulullah bagi umat Islam.
Dalam hadits yang lain ada juga anjuran untuk segera menikah apabila telah mampu dan tentu sudah cukup umur, karena menikah itu selain untuk memperbanyak umat juga untuk menyempurnakan agama dan memelihara kehormatan. (HR. Al-Baihaqi)
Bahkan Allah SWT pun menyuruh hambaNya untuk menikah seraya memberikan janji akan mencukupkan rezeki dari-Nya.

Dan inilah janji Allah SWT yang ada dalam firman Nya:
“Dan kawinkanlah laki-laki yang sendirian dan perempuan yang janda dari antara kamu serta hamba laki-laki dan perempuan kamu yang patut nikah. Jikalau mereka miskin, Allah akan akan mencukupkan -rezeki- mereka dari Karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui” (An-Nuur, QS. 24 : 32)

Oleh karena itu tidak ada alasan bagi kita, kaum muslimin dan muslimat untuk tidak menikah.
Kalau mau meminjam istilah populer jaman sekarang: “Menikah itu penting dan perlu”.
Salah satu alasannya (seperti yang disebut dalam hadits) adalah karena dengan menikah kita bisa menjaga kehormatan akhlak kita. 
Akan tetapi ternyata dijaman modern ini ada orang yang menganggap bahwa pernikahan bisa saja hanya menjadi sebuah ‘alat untuk menjebak’ (jebakan) belaka. Astagfirullah!
Memang banyak yang mengakui, bagaikan sebuah ruangan yang indah dan menarik, konon sebelum menikah orang ingin sekali memasuki ‘ruangan’ itu. Namun setelah menikah………ternyata banyak orang yang justru ingin meninggalkan ruangan tersebut. Dengan terbirit-birit lagi! Mengapakah gerangan?
Seringkali kita bertanya: mengapa orang-orang tua atau sesepuh kita dijaman "baheula" (dulu kala) banyak yang berhasil mempertahankan mahligai pernikahannya sampai menjadi kakek-nenek? Padahal konon seringkali pernikahan atau perkawinan mereka terjadi karena 'dijodohkan'. Bukan karena saling kenal dan saling mencintai. Barangkali seperti dalam cerita roman "Siti Nurbaya". 
Oleh karena itu para sesepuh di Jawa suka memberi nasihat kepada sepasang mempelai yang baru menikah untuk dapat menjaga kerukunan rumah tangganya bagaikan "MIMI lan MINTUNA".
Mimi dan mintuna adalah binatang laut semacam kepiting, yang selalu hidup rukun, kemanapun pergi senantiasa beriringan berdua (sepasang jantan dan betina) dan binatang itu hanya mengenal monogami.
Tiada kata selingkuh dan ‘mendua hati’ dalam kamus kehidupan (pernikahan) mereka! Kalau menurut judul lagu, pasti tiada dusta diantara mereka!
Dalam ajaran agama Islam, bagi mereka yang akan menjalani hidup berkeluarga sering didoakan:
“Semoga menjadi keluarga yang SAKINAH MAWADDAH WA ROHMAH”.
Yang kurang lebih berarti keluarga yang dikaruniai Allah SWT dengan ketenangan, ketentraman dalam suasana saling sayang menyayangi serta senantiasa mendapatkan rakhmat dan berkahNya.
Dan oleh karena itu pada hakekatnya pernikahan adalah sebuah hal yang SAKRAL.
Akan tetapi dijaman modern dan era globalisasi ini kita juga jadi sering bertanya:
“Mengapa generasi muda jaman sekarang, (terutama para artis dan selebriti), seolah menganggap lembaga pernikahan bukan sebagai sesuatu hal yang sakral lagi?”
Percintaan antar artis atau para selebriti seringkali sangat mengebu-gebu. Gencar diberitakan di media masa hampir setiap hari. Pesta pernikahan merekapun biasanya dirayakan secara besar-besaran. Menelan biaya begitu besaaaaarrr...yang bagi orang awam bisa membuat mata terbeliak.
Bahkan kalau perlu akad nikahnya diadakan didepan Baitullah, di Masjidil Haram Mekah, Arab Saudi.
Pokoknya serba megah, mewah dan tidak murah. Tapi apa hasilnya.....?
Sangat sedikit diantara para artis dan selebriti (juga anak-anak muda jaman sekarang) yang berhasil menjaga dan mempertahankan mahligai pernikahan mereka. Kadang belum sampai "seumur jagung" sudah berantakan. Yang mereka sebut sebagai “cinta” atau apapun itu tampaknya bisa dengan mudah luntur hanya dalam sekejap mata. Dengan atau tanpa alasan yang jelas langsung mengumumkan:
"Saya menggugat cerai!" (Dan ini diteriakkan seperti orang yang merasa bangga!)
Hebatnya lagi gugatan cerai ini bisa datang dari fihak mana saja. Baik dari fihak wanita atau fihak pria.
Harap maklum, kan sudah jaman kesetaraan gender? Masya Allah....


Marilah kita renungkan sejenak: "mahluk" apakah sebetulnya lembaga yang bernama pernikahan atau perkawinan itu? Sejatinya, tak sekedar untuk mengumbar hawa nafsu, sebuah pernikahan idealnya harus didasari dengan landasan akidah agama, cinta kasih, kemauan tulus dan niat baik dari kedua belah fihak.
Yang utama memang seyogyanya berlandaskan kesamaan agama dan (tentu saja) cinta, tapi anehnya -jangan kaget- ternyata ada pula pernikahan yang entah berlandaskan apa.
Barangkali harta atau tahta atau mungkin hanya mencari sensasi dan ketenaran saja.
Motivasinyapun kelihatannya beragam pula. Ada yang serius, bahkan dua rius (maksud saya seriuuus sekaleee), tapi ada pula yang seperti main 'coba-coba' dan ‘tebak-tebak buah manggis’ saja.
Syukur dapat yang (rasanya) manis, kalau asem? Ya….”beli” lagi…Geeetu ajah koq repot.
Jadi anda tak perlu heran jika ada pasangan suami-istri yang usia pernikahan atau perkawinannya tak lebih dari hitungan hari atau bulan saja. Sebab mereka pada dasarnya memang tidak mempunyai satupun landasan yang kokoh untuk tegak dan kekalnya sebuah pernikahan.
Dimana sebetulnya letak rahasia kelangsungan dan kelanggengan sebuah pernikahan?
Menurut hemat saya pribadi, hanya satu kata sederhana saja: KOMITMEN.
Sebuah kata (serapan dari bahasa asing) yang sayangnya tak ada padanan kata yang tepat dalam bahasa kita, selain JANJI. Padahal komitmen itu jauh lebih berarti daripada hanya sekedar janji saja.
Komitmen (khusus dalam masalah pernikahan) ini bisa mencakup masalah yang sangat "kompleks" yaitu: IMAN, TAKWA, CINTA, KASIH SAYANG, KEJUJURAN, KESETIAAN dan tentu yang tak kalah penting adalah TANGGUNG JAWAB!
Oleh karena itu semua orang yang akan melakukan pernikahan (menurut aturan Pemerintah, agama atau keyakinan apapun) senantiasa harus mengucapkan janji.
Ini artinya mereka yang akan menikah harus membuat sebuah komitmen.
Bahkan dalam aturan agama Islam selain Akad (berarti janji) nikah juga ada pembacan sighat taklik yang dilakukan oleh mempelai pria. Meskipun sighat taklik ini bukan merupakan sebuah kewajiban.
Namun kita semua juga tahu bahwa "JANJI TERKADANG HANYA MANIS DIUCAPKAN DIBIBIR SAJA". Oleh sebab itu dalam sebuah pernikahan perlu ditekankan pentingnya sebuah KOMITMEN. Semanis dan setinggi apapun janji yang diucapkan, tanpa komitmen KUAT dari kedua belah fihak, maka sebuah pernikahan bisa menghadapi sebuah bahaya: terancam 'putus' ditengah jalan. Setiap saat, setiap waktu.
Sekali lagi: KOMITMEN adalah rahasianya. Anda boleh menyebutnya apa saja.
Seperti sebuah mata uang yang mempunyai dua sisi berbeda, maka tampaknya memang ada DUA akibat yang akan ditimbulkan dari sebuah komitmen dalam sebuah pernikahan. Dan anda HANYA bisa memilih salah SATUnya:

Pertama: Komitmen (bisa dianggap seolah-olah) akan 'memenjarakan' kehidupan si pembuat komitmen itu sendiri. Mungkin salah satu diantara pelaku pernikahan (atau mungkin juga keduanya) akan merasa menderita sepanjang sisa hidupnya menjalani hidup dalam sebuah ikatan pernikahan. Dengan segala macam problematik dan konsekwensinya.
Tapi toh mereka tetap terlihat hidup RUKUN dan BAHAGIA, karena senantiasa berpegang teguh pada komitmen masing-masing: TIDAK AKAN pernah ada perceraian.
Hanya sang MAUT yang akan memisahkan mereka.
Ketika ditanya mengapa mereka bisa "hidup nyaman", rukun dan tampak bahagia selama bertahun-tahun dalam penjara yang notabene dibuatnya sendiri? Maka dengan yakin mereka akan menjawab: Apa salahnya hidup di penjara, kalau kita bisa menjadi "Kepala Penjara”nya?
Oleh sebab itu mereka tetap memegang teguh dan selalu memelihara komitmennya dalam menjalankan biduk rumah tangga. Boleh saja badai dan ombak samudera bahkan “tsunami kehidupan” menerpa bahtera pernikahan mereka, tapi Nakhoda dan ABK tetap kompak.
Bersatu padu mereka fokus pada arah dan tujuan yang hendak dicapai.
Saudaraku, maka itulah yang disebut sebagai “PERNIKAHAN IDEAL” walau tentu saja pada prakteknya tidak akan bisa sempurna seratus persen.
Kita tahu bahwa hanya ALLAH SWT yang berhak atas segala kesempurnaan.

Kedua: Komitmen tinggal komitmen....!!
Sepasang insan itu akan tetap menonjolkan sosok masing-masing sebagai orang yang paling penting.
Merasa paling benar, paling berkuasa dan hal-hal yang mereka anggap 'paling' yang lain.
Egoisme mereka takkan pernah berubah. Maka komitmen merekapun perlahan punah.
Perpisahan atau perceraianpun tinggal menunggu hitungan HARI.
Pernikahan seperti ini memang bak memasang sebuah BOM WAKTU!
Bisa meledak dan meluluh lantakkan pernikahan siapa saja, kapan saja dan dimana saja.

Kalau diantara mereka berdua belum 'menghasilkan' bocah yang tak berdosa, sih, terserah saja mau bercerai kapan saja. Karena dengan mudah mereka akan mendapat ganti (suami/istri) yang baru.
Tetapi kalau dari pernikahan itu telah lahir anak-anak yang tak bersalah, yang harus menyaksikan kedua orang tua yang dicintainya BERCERAI? Biasanya anak-anak korban perceraian ini akan terluka jiwanya.
Bagi anak-anak, perceraian orang tua adalah sesuatu yang sesungguhnya tak mereka ketahui apa artinya.
Kemana anak-anak tak berdosa itu akan mencari kasih sayang dan menyandarkan hidup mereka selanjutnya? Tak ada yang bisa menggantikan cinta kasih sejati dari kedua orang tua kandungnya.
Marilah kita renungkan kenyataan pahit setelah terjadinya perceraian ini:
Ada bekas suami atau bekas isteri. Tapi TAK AKAN PERNAH ADA BEKAS ANAK.

Sesungguhnyalah: Perceraian adalah sebuah perbuatan halal, namun sangat tidak disukai oleh Allah SWT.

Semoga Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang menjauhkan kita dari perceraian dan perpecahan keluarga.

Aamiiin.


(hari-hari dalam “penjara”
menjelang ultah nikahku yang ke 36, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar