Selasa, 29 Maret 2011

"JUMPA PERTAMA DENGAN BP/IBU SOEPARDJO ROESTAM"


(dari draft buku: "Catatan seorang mantan Ajudan" oleh mastonie)
Tulisan bersambung (6)

Gedung Olah Raga (GOR) Jawa Tengah, Lapangan Simpanglima, Semarang, 28 Desember 1974.
Meskipun sudah jadi Pegawai Honda di Kantor Kwarda Jawa Tengah, saya masih dipercaya merangkap jabatan sebagai Sekretaris DKC (Dewan Kerja Penegak/Pandega tingkat Cabang) Pramuka Kwarcab Kodya Semarang.
Pada hari Sabtu Legi, 28 Desember 1974, siang hari, saya bersama beberapa rekan bertugas menjadi “pagar betis” (penerima tamu) dalam acara serah terima Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah.
Bapak Mayor Jenderal Munadi akan menyerahkan Jabatan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah kepada Bapak Mayor Jenderal Soepardjo Roestam mantan Dutabesar RI di Yugoslavia dan Malaysia, yang akan dilantik sebagai Pejabat Gubernur Kepala Daerah.
(Bapak Soepardjo Roestam akhirnya dikukuhkan sebagai Gubernur Jawa Tengah “definitip-secara resmi- pada tanggal 31 Mei 1975).
Dengan pakaian seragam Pramuka lengkap, saya bertugas di garis depan dimana Bapak Gubernur dan Calon Gubernur akan turun dari mobil.
“Wah, Pak Gub yang baru agak sipit ya? Kayak  ci..”.
Komentar seorang rekan se DKC yang suka bicara ceplas-ceplos.
“Huss, jangan ngomong sembarangan” bisik saya sambil mengambil sikap sempurna dan memberikan aba-aba penghormatan.
    Kami saksikan Pak Munadi turun dari mobil dinas H – 1. Beliau di dampingi seorang pria berpakaian dinas Gubernur Kdh berwarna putih-putih dengan tanda pangkat emas dipundaknya.
Penampilan pria itu sungguh “zakelijk” (lugas) dan -hampir- tanpa senyum, serta jelas-jelas menyiratkan aura wibawa dan disiplin seorang prajurit!
Dibelakang Pak Munadi tampak Ibu Munadi disertai seorang wanita setengah baya berpakaian Nasional yang nampak bersahaja. Tapi penampilannya begitu anggun dengan raut wajah yang memancarkan kharisma. Dibanding Pak Pardjo, waktu itu Ibu Soepardjo terkesan lebih ramah dan banyak senyum. Itu kesan pertama saya mengamati beliau berdua berjalan memasuki ruang tunggu VIP menunggu kedatangan rombongan Mendagri Amir Machmud.
Bagi  kebanyakan  masyarakat  kota  Semarang,  pada waktu  itu  nama  Bapak dan Ibu Soepardjo (nama gadis beliau adalah ‘Kardinah’) memang  merupakan  wajah  “baru”.  Sekalipun  ternyata  Bapak RM. Kartono Atmokartono (ayahanda Ibu Soepardjo) pernah lama bertugas di Jawa Tengah. Bahkan karena tugasnya sebagai Sekretaris Gubernur di Pemerintah Daswati I[1] Jawa Tengah,  beliau sekeluarga lalu menetap di kota Semarang, dimana putra-putrinya (termasuk Ibu Kardinah) bersekolah.
    Saya mengikuti Upacara Pelantikan sampai selesai. Dan kembali bertugas    sebagai  pagar  betis  ketika rombongan Pak Gubernur dan Pak  Menteri  Dalam  Negeri  meninggalkan  GOR  Simpang  Lima. Tak ada perasaan apa-apa selain senang dapat bertugas pada event yang cukup penting, pergantian seorang pucuk Pimpinan Daerah. Sama sekali tak pernah terbayang dipelupuk mata saya, bahwa kelak pada suatu ketika, saya akan -selalu- duduk dikursi depan dalam sedan H-1, mobil dinas Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah (yang bahkan kelak kemudian menjadi Menteri), sebagai seorang Ajudan!



bersambung.....


[1] Daerah Swatantra Tingkat I (Sebutan sebelum dipakainya istilah Provinsi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar