Selasa, 29 Maret 2011

"JADI PROTOKOL GUBERNUR"


(dari draft buku: "Catatan seorang mantan Ajudan" oleh mastonie)
Tulisan bersambung (7)

       Awal tugas di Kantor Pemda Provinsi Jawa Tengah.
Ruang Kerja Kepala Bagian Protokol Provinsi,  Juli 1976.

Surat mutasi yang saya peroleh dari Pak Wahyudi (berupa Nota Dinas Kepala Biro Personalia), menerangkan kepindahan tugas saya dari staf Kwarda Pramuka Jawa Tengah ke Staf Bagian Protokol Provinsi Jawa Tengah.
Dengan berbekal surat tersebut saya langsung menghadap Bapak Rasiman Hadipranoto -Kepala Bagian Protokol Pemda- diruang kerja beliau.
Saya beruntung telah mengenal beliau sebelumnya, karena Pak Rasiman adalah juga aktifis Pramuka dan menyandang jabatan sebagai Andumum (Andalan Daerah Urusan Umum) di Kwarda Jawa Tengah.
Beliau tampak antusias sekali menerima staf baru yang sama-sama “kalung kacu”[1] dan segera memperkenalkan saya kepada staf Protokol yang lain.
Hari-hari menjalankan tugas sebagai staf Protokol saya lalui dengan semangat baru (sebenarnya itu hanya ‘kompensasi’ untuk melupakan duka nestapa kegagalan saya jadi penyiar RRI). Tapi lama-kelamaan saya bisa merasakan bahwa bertugas di Bagian Protokol ternyata  cukup menarik dan menyenangkan juga. Tugas didalam kantor yang berhubungan dengan acara seremonial maupun dilapangan saya laksanakan dengan gairah kerja penuh dan semangat bak Pejuang Angkatan ‘45’. Barangkali itu sebuah bentuk pelampiasan terselubung, oleh sebab saya harus menghadapi kenyataan bahwa tampaknya saya, mau tidak mau memang mesti mengubur cita-cita menjadi seorang Broadcaster’ (penyiar radio). Sebuah cita-cita yang pada akhirnya betul-betul kandas ditengah jalan.
    Sebagai orang yang sudah lama jadi “Pandu Kalung Kacu” alias berkecimpung diarena Kepramukaan, saya memang cenderung mudah bergaul. Ini menjadi modal utama untuk bertugas di Bagian Protokol yang pada umumnya memang harus orang yang supel dan mudah bergaul. Sebab ruang lingkup tugas keprotokolan mengharuskan untuk banyak berhubungan dengan orang lain dari bermacam instansi.
Sedikit demi sedikit, kekecewaan saya akhirnya terobati juga dengan tugas-tugas keprotokolan, yang setelah saya jalani ternyata sangat mengasyikkan.
Bahwa Protokol Provinsi sering disebut sebagai ‘Protokol Gubernur’ adalah suatu hal yang lumrah. Karena kenyataannya tugas-tugas Protokol didalam kantor selalu mengacu kepada kegiatan Gubernur Kepala Daerah.
Apalagi Bapak Gubernur Soepardjo Roestam (yang adalah mantan diplomat/Duta Besar) sangat memerhatikan aturan protokoler. Mulai dari hal-hal yang kecil sampai kepada tata cara jamuan makan dan penataan tempat duduk, tidak pernah lepas dari arahan langsung beliau.
    Sejak bertugas dibagian Protokol itulah saya makin dekat mengenal pribadi Bapak Soepardjo, seorang pekerja keras yang sangat disiplin. Seorang yang tampak keras diluar tapi ternyata lembut didalam. Karena kedisiplinan dan kerja keras beliau inilah saya sering menyebut gaya kerja beliau dengan istilah “speed and power game”[2], kerja keras dengan tempo cepat!
Ketekunan dan kecepatan kerja beliau memang seringkali membuat staf “kedodoran”. Irama kerja itulah yang pada mulanya membuat saya sangat berhati-hati dalam bertugas melayani beliau.
Sikapnya yang “correct” (teliti) dan cenderung “perfectionist, membuat semua staf harus bolak-balik apabila menyodorkan sebuah konsep kepada beliau. Sangat jarang terjadi konsep “naik” yang tidak dicoret-coret tulisan tangan beliau yang sangat khas dengan tinta (yang selalu) berwarna biru.
Untuk membuat draft “atur cara” kunjungan atau penerimaan tamu Pemerintah Daerah menjadi sebuah konsep bersih yang siap cetak, kadang tidak kurang dari lima sampai enam kali “naik”.
Apalagi kalau acara penerimaan Duta Besar negara sahabat (yang biasa dibuat dalam dua bahasa: Inggris dan Indonesia) atau kunjungan resmi Bapak Presiden!
Dalam catatan saya pribadi, saya pernah mengetik (dengan mesin ketik, karena pada tahun 70an itu belum ada komputer) sebuah konsep acara kunjungan seorang Duta Besar sampai lebih dari sepuluh kali!
Setiap kali konsep naik, selalu turun dengan coretan koreksi dari Pak Gub! Kadang yang dikoreksi sampai detil kata per kata.
Pada waktu pertama kali menghadapi “gaya kerja” ini, saya sempat frustasi dan malu kepada Kepala Bagian. Saya pikir alangkah tololnya diri saya, bikin konsep saja salah terus. Tapi dengan tertawa Pak Rasiman memberikan spirit dan menjelaskan, bahwa memang begitulah gaya kerja Bapak Gubernur.  Amat sangat teliti. Dan displin tentaranya juga masih sangat menonjol.


bersambung.....





[1] Jw. Ngoko : Berkalung Saputangan. Sebutan utk angg. Pramuka. Populer sejak jaman “Pandu”.
[2] Ingg. : Permainan yg mengandalkan kecepatan dan tenaga. Istilah dlm o.r. bulutangkis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar