Kamis, 31 Maret 2011

"DIPERINTAH MENCARI 'PARTNER' BUJANGAN"


     
(dari draft buku: "Catatan seorang mantan Ajudan" oleh mastonie)
Tulisan bersambung (37)
 
      

    Setelah menjalankan tugas sebagai Ajudan Mendagri yang single fighter, selama hampir empat bulan, pada suatu hari Pak Pardjo berkata:
“Ton, kalau terus bekerja sendirian begini, mungkin lama-lama jij bisa ambruk. Coba cari teman untuk menemani jadi Ajudan. Tapi jangan dari Depdagri. Cari saja dari salah seorang staf Protokol Jawa Tengah yang sudah hafal cara kerja saya. Jadi tidak perlu mendidik lagi” 
Belum sempat saya jawab, Pak Pardjo sudah menyambung:
“Tapi cari yang belum menikah ya, biar tidak repot”.
Saya langsung teringat ‘setori’  saya beberapa tahun silam di Puri Gedeh, ketika Pak Pardjo juga menanyakan status saya, sudah menikah apa belum.
“Kadosipun ingkang taksih single namung Dik Syaiful (sepertinya yang belum menikah hanya Dik Syaiful) Pak” saya menjawab hati-hati.
“Yang mana ya orangnya? Tapi coba saja besok kamu pulang ke Semarang dan tanya pada si . .  siapa tadi? Mau nggak dia diajak kerja di Jakarta”.

Mencari "partner" bujangan
 
Rindhik asu digitik (pepatah Jawa: selambat-lambatnya anjing lari kalau dipukul, maksudnya lari secepat kilat), saya segera ngibrit terbang ke Semarang. Tiba di Semarang sudah bakda Ashar. Saya langsung teringat pada kenangan dengan ‘Pak Kiai’ (demikian julukan yang diperoleh Dik Syaiful dari teman-teman) yang Insya Allah akan jadi partner kerja saya di Depdagri. Dia setahun lebih tua dari saya. Tapi karena dia belum menikah sedangkan saya sudah punya anak tiga, maka dia memanggil saya dengan sebutan Mas. Otomatis saya lalu memanggilnya dengan sebutan Dik. 
Dibagian Protokol Dik Syaiful termasuk staf yang paling yunior. Saya hanya sempat bergaul sebentar dengannya di Bagian Protokol, karena saya lalu ditugaskan menjadi Ajudan Gubernur. Pria asli Jawa Timur ini soleh luar biasa, karena lulusan pondok pesantren. Saking fanatiknya, dia tidak pernah mau diajak makan direstoran chinese food. Khawatir makanannya tercemar dengan limbah “B2”
Suatu saat ketika sedang ramai-ramai bertugas di Surakarta, Dik Syaiful dikerjain oleh teman-teman staf Protokol yang lain. Dipaksa ikut makan direstoran chinese food yang terkenal paling enak di jalan Slamet Riyadi. Tapi dia bergeming, tidak mau ikut makan masakan yang disajikan seperti fuyung hay, cap cay dan lain-lain. Dia memilih untuk memesan telor mata sapi, dengan catatan harus digoreng pakai mentega (khawatir minyak yang dipakai minyak B2). Jadi akhirnya dia hanya makan nasi putih, telor mata sapi dan kecap saja. Melihat ‘Pak Kiai’ makan dengan menunya sendiri, kita semua tertawa ngakak.

     Sore hari itu saya menuju ke rumah kontrakan Dik Syaiful didaerah Kauman. Orang yang mau dapat promosi itu ternyata malah sedang nglepus tidur siang.  Sambil mengusap matanya yang masih tampak kemerahan Dik Syaiful bertanya:
“Wah bikin kaget saja njenengan ini. Sudah enak-enak jadi priyayi Jakarta, kok ujug-ujug gumrojog tanpa larapan (mendadak sekali) datang kegubug saya. Ada perlu apa ini Mas?”.
Saya langsung berpikir, yang namanya keberuntungan itu memang selalu datang tak terduga.
“Dik, njenengan digoleki (anda dicari) Pak Pardjo lho” jawab saya serius. Dia masih tidak percaya pada pendengarannya, barangkali.
“Sing bener, salahku apa (yang benar, salah saya apa)?”
“Begini lho Pak Kiai, njenengan kan tahu selama ini saya tugas sendirian jadi Ajudan Mendagri. Jadi Pak Pardjo minta saya untuk cari pendamping dari staf Protokol Jateng yang masih ‘thing-thing’ (belum menikah). Lha yang masih bujangan kan tinggal njenengan sendiri, ya nggak?” saya berusaha menjelaskan.
Matanya yang merah langsung terbelalak. Mulutnya ternganga.
“Huss, aja mlompong kaya sapi ompong ngono. Ini serius” kata saya.
Sing beneerr” jawabnya lagi.
Sing benar sing bener wae bisane njenengan ki” sergah saya.
“Ini serius us us us. Pokoknya sekarang Dik Syaiful siap-siap. Bawa pakaian seadanya saja dulu, besok ikut terbang ke Jakarta bersama saya. Jadi Ajudan Mendagri. Lho apa ora penak?”
“Aja guyon lho Mas, pangkatku ki apa kok dikon dadi Ajudan Menteri (jangan bercanda, pangkat saya apa, disuruh jadi Ajudan Menteri)” jawabnya masih tidak yakin.
“Wis tah, percaya karo aku, ora-ora nek tak bujuki (sudahlah, percaya sama saya, saya tidak akan menipu)”
“Lha saya kan harus lapor Pak Rasiman barang to”
“Itu urusan saya. Pak Pardjo malah sudah telepon Pak Wahyudi” . Saya berkata tegas.
Mendapat serbuan perintah mendadak begitu, Dik Syaiful tampak sekali ‘shock’. Mulutnya terlihat komat-kamit, entah membaca mantra entah doa, saya kurang tahu persis. Yang saya tahu persis, keesokan harinya Dik Syaiful sudah saya gondhol (bawa) terbang ke Jakarta.  

Berdua menangkal gosip dan kasak kusuk
 
     Mulailah episode baru penugasan saya di Jakarta. Kini Ajudan Mendagri secara resmi jadi dua orang. Dua-duanya (orang Jawa) berasal dari Staf Protokol Pemda Jawa Tengah.
Saya bisa sedikit istirahat, kini ada partner kerja yang bisa bergantian menjalankan tugas. Kamar yang saya tempati sendirian di Kantor Perwakilan, sekarang bertambah penghuninya.
Ketika mengetahui ada Ajudan Mendagri yang baru dan berasal dari Pemda Jawa Tengah juga, kantor Depdagri langsung heboh. Kasak kusuk dan sas-sus marak lagi. Ada yang tega menuduh Pak Pardjo menganut faham kesukuan dan lain-lain. Padahal mereka tidak tahu keadaan yang sesungguhnya. 
Pak Pardjo adalah pejabat yang mempunyai style (gaya) yang gampang-gampang angel (susah-susah mudah atau mudah-mudah susah) diikuti. Apalagi oleh orang yang sama sekali belum pernah mengenal gaya dan irama kerjanya. Jadi sebetulnya beliau hanya mengambil praktisnya saja. Dengan mengambil orang (untuk jadi Ajudan) yang sedikit banyak telah mengenal gayanya, maka tanpa perlu mendidik orang baru lagi, Pak Pardjo bisa langsung ‘tancap gas’ bekerja dengan gaya speed and power gamenya. Gaya kerja yang terkenal bisa membuat stafnya jadi kalang-kabut  dan keponthal-ponthal (terbirit-birit).
Maka walaupun saya dan Dik Syaiful bagai diterpa badai gosip, bahkan dikemudian hari ternyata ada yang tega melakukan “konspirasi” jahat disertai intrik untuk “menggusur” kita berdua, namun saya dan Dik Syaiful tetap tenang-tenang saja.  
Kita hanya berpegang pada pepatah: anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.



bersambung.....

1 komentar:

  1. situs sabung ayam terpercaya indonesia
    Taruhan Sabung Ayam S128 - SV388
    Bonus 10% Deposit Pertama / Cashback 5% - 10%
    Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website bolavita1.com
    Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
    Telegram : +62812-2222-995 / https://t.me/bolavita
    Wechat : Bolavita
    WA : +62812-2222-995
    Line : cs_bolavita

    BalasHapus