Jumat, 18 Maret 2011

"MENULIS ITU GAMPAAAAANG......."


Bagi sebagian orang, kegiatan menulis(kan) sesuatu –bahkan tentang dirinya sendiri- terkadang menjadi sebuah pekerjaan yang amat sangat sulit. Padahal “Amat aje kagak sulit”, kate orang Jakarte. 
Tapi bagi sebagian orang lain, menulis bak membalik telapak tangan saja. Sangat mudah. 
Mengapa bisa begitu? 
Semua hanya karena kebiasaan saja. “Alah bisa karena biasa”, demikian kata pepatah jaman dulu.
Dengan tidak bermaksud untuk ‘menggurui’ (emang enak jadi guru? Gajinya kecil), maka sebetulnya ada kiat mudah dan murah meriah untuk bisa ‘menulis’. 
Menulis -apa saja- dulu sebelum anda nanti benar-benar jadi penulis. 
Supaya tidak terkesan mengikat, saya ingatkan, bahwa kiat yang saya tulis ini sifatnya ‘fakultatif’ saja. 
Mau diikuti silakan, tidak diikuti ya tidak ‘patheken’ (ini niru istilah almarhum Pak Harto waktu lengser keprabon dulu, maksudnya ya tidak menjadi soal, begitu).
Berikut ini kiat-kiat itu:

Kiat pertama: NIAT.
Lha wong mau menulis saja kok pakai niat segala sih? Seperti mau beribadah saja. 
Ooo jangan salah. Dimana-mana nawaitu alias niat itu jadi tonggak pertama untuk melakukan sesuatu. 
Niat bisa jadi tekad. Dan tekad adalah modal dasar anda untuk mengerjakan segalanya. 
Jadi katakanlah sesuatu sebagai niat (yang bulat), misalnya begini: 
“Bismilllahir rohmanir rohim, niat ingsun (saya) mau menulis”. 
Begitu kira-kira, namanya juga misal.

Kiat kedua: KERJAKAN MULAI DARI SEKARANG. 
Bagi anda yang sudah biasa menulis buku harian, sebenarnya akan sangat mudah jadi seorang penulis. Karena sehari-hari sudah biasa menuliskan kegiatannya. 
Bagi yang tidak pernah menulis buku harian, mulai dari sekarang sediakanlah –setidaknya- pensil atau bolpoin disaku anda. Ini bukan hal yang sulit bukan? Apalagi kalau anda seorang pelajar, mahasiswa atau karyawan. Masa iya anda tidak pernah membawa bolpoin? Lalu modal anda apa dong
Lain lagi kalau (maaf seribu maaf) anda sedang jadi ‘pengacara’. Maksud saya ‘pengangguran (yang banyak) acara’. Tapi malah kebetulan lho. Karena dengan menulis, kemungkinan nanti anda bisa jadi ‘pengacara’ yang lain. Mungkin ‘pengarah acara’ atau ‘pengisi acara’. Siapa tahu?
Nah, untuk apa pensil atau bolpoin itu?
Ya untuk menulis dong. Gitu aja nanya.
Sekarang buruan pergi ketoko untuk beli pensil atau bolpoin. Kalau belum sempat beli, ya pinjam dulu kek dari siapa saja. 

Pokoknya kerjakan sekarang juga. Soalnya kalau ditunda, saya yakin nanti anda pasti lupa kalau sudah punya niat untuk mau mulai menulis.

Kiat ketiga: TULIS APA SAJA.
Dengan ‘senjata’ sederhana itu (pensil atau bolpoin), anda harus mulai memberanikan diri untuk menuliskan apa saja yang terlintas dikepala anda. Apa saja. Dimana saja pun anda berada.. 
Siapa tahu coretan anda itu akan jadi ide yang cemerlang untuk mulai menulis.
Sekarang kita mulai dengan cara ‘menjaring’ ide atau inspirasi. 

Saya punya banyak teman yang suka membawa bolpoin kekamar kecil. Karena kalau sedang -maaf- ‘nongkrong’ itu malah banyak ide berseliweran, yang (katanya) kalau tidak ditangkap dan dituang -jadi tulisan- tidak jadi uang! Nah lo.  
Tentu anda tidak perlu seekstrim itu. Sudah cukup jika anda mulai berani menulis apa yang anda pikirkan, misalnya seperti ini:
“Hari ini aku ketemu cewek manis di bis. Sayangnya waktu dia tersenyum ada cabai merah terselip digiginya . . .dst”
Mudah kan? Dalam sehari saja mungkin anda sudah dapat bermacam topik sederhana yang bisa anda tuliskan diselembar kertas. Ingat, jangan pernah mencoba menulis didinding bis atau di toilet umum, apalagi dibelakang baju orang yang berada disebelah anda waktu berdiri berdesakan dibis atau KRL. 
Saya khawatir, belum-belum anda sudah bonyok duluan.

Kiat keempat: PERCAYA PADA DIRI SENDIRI.
Anda harus punya keyakinan pada diri sendiri bahwa anda mampu menulis
Kalau meniru slogan partai politik, barangkali bunyinya begini: “Sendiri saya bisa”. 
Memang, anda harus bisa.
Sesampainya dikantor atau dirumah, uraikanlah tulisan dikertas tadi semampu anda menjadi sebuah tulisan yang agak rinci. Bisa ditulis dengan tangan, diketik dengan mesin tulis atau komputer. Atau apapun sajalah yang anda punya. 

Jangan takut salah. Yang takut salah tak pernah bisa maju. Apalagi jadi penulis.
Setelah tulisan anda jadi ‘setengah matang’, baca, renungkan. Koreksi disana sini. Tulis kembali setelah anda perbaiki. 

Jika anda yakin tulisan anda sudah ‘jadi’, anda boleh sodorkan hasil karya anda kepada kerabat, teman dekat atau keluarga: aak, teteh, uwak, kakek, nenek, oom, tante atau siapapun. Mintalah pendapat mereka tentang tulisan anda. Setelah mendapat masukan, -kalau perlu- perbaiki lagi tulisan anda, begitu seterusnya. 
Proses ini barangkali bisa makan waktu berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan. Sabar saja. Walaupun ada pepatah “orang sabar itu kasihan . . . sekali” ya? Anda harus terus maju. 
Kalau tulisan anda dicela atau dikritik orang, terima saja. Jangan patah semangat. 
Bayi tidak langsung bisa berdiri dan berjalan, ia mulai dengan merangkak dan pasti pernah jatuh sebelum bisa berlari.
Yang paling penting, pupuk rasa percaya diri anda dengan UREA, eh ini serius bukan bercanda.  
U itu =Unik. Sedapat mungkin tulislah sesuatu yang unik. Karena yang unik pasti menarik.  
R=Relevan. Yang anda tulis harus relevan, setidaknya dengan situasi atau lingkungan untuk siapa anda menulis.  
E=Eksklusif, usahakan menulis sesuatu yang cukup menarik dan up to date atau aktual.
Yang terakhir  adalah:
A=Asli. Ini syarat mutlak supaya anda tidak disebut sebagai plagiator (tukang meniru). 
Sedapat mungkin tulisan anda harus asli, kecuali anda berniat menyadur atau menerjemahkan.
Jadi latihlah keterampilan anda dengan cara terus saja rajin menulis. 
Apa saja, kapan saja, dimana saja, co…. (Eh kok jadi terjebak iklan minuman).
Jadi mari mulai dengan tulisan yang ringan-ringan saja. Kalau bisa bumbui dengan humor disana-sini, karena humor biasanya disukai orang dan mudah diingat. 

Singkirkan dulu segala macam ’referensi’ (kecuali kiat ini, tentu saja). 
Apalagi buku panduan “Cara menulis dengan baik dan benar” yang tebalnya sebantal! Belum mulai menulis malah anda sudah menguap dan ketiduran. 
Oh ya, apakah anda sudah pernah mendengar rumus atau kaidah menulis yang disingkat sebagai 5 W dan 1 H (who, what, where, when, why dan how)? Kaidah ini biasanya harus dipegang teguh oleh para jurnalis atau pembuat berita untuk media (cetak maupun elektronik). 
Jikalau anda pernah mendengarnya, saran saya: lupakan saja (dahulu). Sebab menurut hemat saya rumus atau kaidah itu –bagi orang2 yang baru mau belajar menulis- malah bikin puyeng. Ujung-ujungnya anda jadi batal menulis.
Akan tiba saatnya dikelak kemudian hari, rumus “5W dan 1 H” itu dapat anda terapkan, yaitu ketika anda sudah jadi penulis ‘beneran’ atau professional. 
Maksud saya, kalau anda sudah benar-benar mahir menulis bahkan sudah ‘pro’, maka anda sudah mulai bisa menulis artikel yang agak ‘berat’ dan berisi. Itulah saatnya anda memakai rumus itu, boleh juga sambil melirak-lirik buku hasil tulisan orang lain sebagai bahan referensi untuk anda tuangkan dalam tulisan anda.

Kiat kelima: JADILAH DIRI SENDIRI.
Kalau meniru kata orang ‘sono’: “Be yourself”. Jangan pernah terpengaruh dengan gaya menulis orang lain. Meski begitu, saya anjurkan anda untuk banyak membaca. 
Apa saja, Koran, majalah, komik, novel sampai buku fiksi dan ilmiah karya siapa saja. Bahkan buku ‘stensilan’ pun boleh saja. Ini semua untuk membuka cakrawala berpikir anda. 
Tetapi saran saya, jangan pernah sekalipun meniru (meski hanya ide atau gaya) orang lain. 
Meniru memang tampak lebih mudah, tapi kalau sampai ketahuan penulis asli, bisa jadi urusan pak polisi. Lagipula andaikata anda hanya ‘berani’ meniru gaya orang lain, pasti tulisan anda nanti jadi nampak tidak orisinil.
Jadi tulis sajalah ide anda dengan gaya anda sendiri. 

Lama-kelamaan nanti anda akan menemukan ‘style’ anda sendiri. Siapa tahu nanti anda malah bakal punya ‘trade mark’ atau ‘ciri’ sendiri. 
Dengan membaca selintas saja orang sudah tahu bahwa artikel itu adalah tulisan anda.
Satu hal yang perlu anda catat: kalau anda merasa tidak bisa jadi ‘yang istimewa’, paling tidak anda harus bisa tampil ‘beda’.  
Untuk bisa tampil beda, syaratnya cuma satu, anda harus terus  rajin berlatih menulis, menulis dan menulis. Soalnya menurut teori, untuk jadi seorang penulis (yang baik) itu hanya perlu bakat 10 persen saja. 
Sisanya yang 90 persen adalah dari hasil berlatih menulis dengan tekun. 
Insya Allah, waktulah nanti yang akan membuktikan, apakah anda cuma akan jadi penulis kacangan atau anda akan jadi penulis jempolan.

Kiat keenam: TAMAT.
Sudah ah, lima kiat saya rasa sudah cukup. Bukankah lima itu angka yang membawa berkah? Lihat saja rukun Islam, waktu untuk shalat, Pancasila dan bahkan pembangunan nasionalpun (pernah) dibuat berjenjang lima tahun (Pelita). Disamping itu saya koq sedikit khawatir, kalau kebanyakan kiat, jangan-jangan anda malah ‘merat’ (kabur).
Selamat menulis. Semoga Allah SWT memberkahi anda agar bisa jadi penulis yang produktif (dahulu) dan jadi orang terkenal (kemudian). 

Aamiiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar