Minggu, 27 Maret 2011

"SEBUAH 'KABAR KABUR' "



(dari draft buku: "Catatan seorang mantan Ajudan" oleh mastonie)

Tulisan bersambung  (2)



Stadion DIPONEGORO, Semarang. Hari Kebangkitan Nasional. 20 Mei 1979.

    Upacara Bendera HARKITNAS baru saja selesai. Saya sebagai staf bagian Protokol Pemda Tingkat I Jawa Tengah, mendapat tugas menjadi MC (Master of Ceremony) atau Pembawa Acara -Announcer- pada Upacara itu. Ketika sedang berkemas untuk kembali ke kantor, Bapak Drs. Wahyudi, Asisten III Sekwilda[1] -yang membawahi biro Personalia- mendekati saya. Beliau baru saja usai mengantar Bapak Gubernur yang bertindak sebagai IRUP, kemobil sedan Holden Statesmen bernomor polisi H – 1 (mobil dinas Gubernur Jawa Tengah ).
“Siap-siap lho Dik, sebentar lagi Dik Tonny juga akan duduk didepan Pak Gubernur di H 1”, kata beliau sambil tersenyum. Saya terperangah. Berbicara didepan begitu banyak orang, pasti Pak Wahyudi hanya bermaksud menggoda saya. Meski setahu saya beliau termasuk seorang yang serius.
“Wah, apa saya nanti tidak kualat Pak?” jawab saya bercanda.
“Ya tunggu saja nanti, SK nya baru akan saya teken, Pak Gub sudah ACC kok” kali ini beliau berkata sangat serius. Saya masih cengengesan (tertawa-tawa) mendengar jawaban beliau. Pak Herry, rekan dibagian Protokol yang saat itu ikut tugas bersama saya, menyodok punggung saya dari belakang.
“Hus! Jangan cengengesan, pokoknya saya juga siap ditraktir lho”, bisiknya setengah meledek.
    Diboncengkan Vespa Pak Herry pulang kekantor, terus terang saya risau. Saya hanya sempat pesan ke Pak Herry untuk tidak menceritakan dialog diluar stadion tadi kepada teman-teman yang lain. Soalnya saya masih belum dapat memastikan “gurauan” Pak Wahyudi tadi. Ya kalau ya, kalau tidak kan berarti “tiwas dandan ra entuk melu (sudah terlanjur berpakaian rapi, tapi tidak boleh ikut pergi, ungkapan bahasa Jawa yang bermakna kekecewaan) kata hati kecil saya.
    Beberapa hari sesudahnya saya terus gundah. Bukan apa-apa, saya masih terus mengukur “potensi” saya sendiri. Apa ya pantas, sosok saya yang -pada waktu itu (tahun 70-an)- kumuh dan ceking (dengan tinggi tubuh 170 cm, berat saya hanya 50 an kilogram), mendapat tugas sebagai Ajudan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah?!
Apalagi saya hanya orang biasa yang berasal dari keluarga sangat sederhana. Ayah Ibu saya adalah Pegawai Negeri Sipil rendahan saja. Jadi “gurauan” Pak Wahyudi di Stadion Diponegoro itu malah membuat saya gundah dan serba salah.
Menjadi staf Bagian Protokol yang kata orang bagian “elit” saja, menurut pendapat saya sudah sangat beruntung.


bersambung.....



[1] Jabatan Struktural setingkat Eselon II di Dati I  yg. membidangi kepegawaian.
Dalam struktur Depdagri yang baru, kini disebut Asisten IV (Eselon I b)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar