Senin, 26 Mei 2014

CATATAN PERJALANAN "UMROH KOSASIH" (1)



 -Bagian Pertama-

(Ditulis pada hari Senin, 27 Mei 2013)

 Di Bandara Soekarno-Hatta sebelum boarding

 
(Ada seorang teman menulis status dijejaring sosial pesbuk, bunyinya kira-2 begini: “Jikalau anda sering  pergi umroh atau haji, pasti anda ORANG KAYA”. Logikanya memang seperti itu. Tapi pergi umroh atau haji ternyata tidak selalu menganut logika manusia. Campur tangan dari “The Invisible Hands of God” jauh lebih kuat. Tidak percaya? Lihat saja buktinya. Berapa banyak kita jumpai seseorang -muslim- yang secara kasat mata KAYA RAYA dan sering berwisata keluar negeri tapi belum pernah sekalipun pergi ketanah suci. Sementara itu bukan kabar burung kalau ada tukang becak, tukang bubur atau sopir angkot yang mendadak MAMPU pergi ke tanah suci, entah mendapat bantuan biaya darimana)

Umroh “Kosasih” (ongkos dikasih) dari kerabat

     Kepergian saya yang terakhir ketanah suci adalah pada saat saya menunaikan ibadah haji bersama isteri saya pada bulan Desember 2007. Sekarang sudah tahun 2013,  berarti sudah  berlalu hampir enam tahun silam. Selama enam tahun itu pula memang saya tak putus berdoa kepada Allah Swt untuk dapat dimampukan kembali mengunjungi tanah suciNya. Menurut pandangan pribadi saya, hanya Allah Swt yang dapat memampukan hambaNya dengan caraNya sendiri. Cara yang terkadang nyaris tidak masuk akal bagi seorang manusia. 

     Ibadah haji atau umroh memang termasuk sesuatu yang “unik”. Sekalipun merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim untuk menjalankan rukun Islam yang kelima, namun seakan ada ‘sebuah tangan tak terlihat’ yang mengatur kepergian seseorang ketanah suci. Haji hanya diwajibkan bagi mereka yang mampu. Itu ketentuan Allah Swt sendiri. Namun kenyataannya banyak orang yang telah mampu secara moril dan materiil yang tak pernah bisa pergi ketanah suci. Dengan alasan apa saja. Akan tetapi tak kurang orang yang secara ekonomi sangat tidak mampu, ternyata malah bisa pergi ketanah suci. Dengan cara apa saja yang hanya Allah Swt yang tahu rahasianya. 

     Itu sebabnya banyak orang yang mengatakan bahwa untuk dapat pergi ketanah suci diperlukan ‘undangan’ atau ‘panggilan’ dari Allah Swt. Seperti mau menghadiri resepsi atau masuk kerja saja! Namun demikianlah kenyataannya. 

     Alhamdulillah, saya termasuk golongan orang yang secara ekonomi bukan “orang kaya” namun mendapat karunia dimampukan oleh Allah Swt dengan cara cara yang tak terduga.

     Hari Sabtu Kliwon, tanggal 2 Maret 2013. Saya hadir dalam acara mengenang setahun wafatnya almarhumah ibu Hj. Kardinah Soepardjo Roestam. Tempatnya dikediaman Mas Eko Santoso Soepardjo (Mas Koko, putra pertama Pak Pardjo) yang berada didaerah Pejaten. Dikeluarga besar Alm. Bapak Soepardjo saya sudah dianggap seperti kerabat sendiri. Ini akibat saya terlalu lama mengikuti Pak Pardjo sejak masih jadi Gubernur Jawa Tengah sampai menjadi Menteri Kabinet selama dua periode.
     Seusai pengajian saya berbincang-bincang dengan Mas Koko. Saat itu saya menyerahkan buku kedua saya yang berjudul “Dari (mahluk penghuni) Lawang Sewu sampai ke Kota Yang Bercahaya”. Isinya tentang kisah spiritual saya ketika beberapa kali pergi ketanah suci.

     Tiba-tiba saja Mas Koko bertanya:
“Pak Tonny kemarin ikut umroh dengan teman teman dari Bina ya?”
Yang dimaksud Mas Koko dengan “Bina” adalah PT. Bina Kreasi Pesona Selaras, Biro perjalanan haji dan umroh yang didirikan atas gagasan  almarhum Bapak Soepardjo Roestam dan dikelola oleh teman teman dekat Mas Koko.
Lho, kapan itu Mas? Saya malah tidak tahu tuh..” Jawab saya polos.
“Ah masa? Jadi Pak Tonny belum pernah pergi umroh dengan fasilitas Bina?”
“Belum Mas. Dulu memang pernah dijanjikan oleh Pak Fahmi, tapi sampai sekarang belum terlaksana”.
Pak Fahmi Cornain adalah pengelola pertama sekaligus pemegang saham PT Bina Kreasi Pesona Selaras.
“O ya? Kalau begitu  saya akan bicarakan dengan Fahmi jika dia datang nanti. Pak Tonny mau berangkat dengan siapa?”
Saya tersipu mendengar pertanyaan ‘tembak langsung’ itu. .
Waduh. Bener nih Mas? Ya paling saya berangkat berdua dengan isteri” jawab saya hati-hati, khawatir kecewa.
“Oke, nanti saya bilang ke Fahmi”.

Urusan beres hanya dengan ‘angkat telepon’

     Alhamdulillah siang hari itu Pak Fahmi Cornain datang bersama isterinya. Mas Koko lalu meminta saya dan Pak Fahmi untuk berbicara bertiga.
“Begini Mi, Pak Tonny ini ternyata belum pernah berangkat umroh atas biaya Bina ya? Kalau bulan-bulan ini ada yang berangkat tolong Pak Tonny diikutkan dalam rombongan Bina deh”. Mas Koko langsung menuju pokok masalah. Saya lihat Pak Fahmi diam mendengarkan sambil manggut-manggut.
“Kira-kira bisa kan?” Mas Koko bertanya lagi.
“O, bisa....bisa nanti saya atur dengan Baluki. Mau pergi dengan siapa Pak?” tanya Pak Fahmi
“Dengan isteri saya tentu saja Pak Fahmi” saya jawab sambil senyum-senyum’
“Jadi cuma berdua ya? Oke, sebentar saya kontak Baluki”  Pak Fahmi bicara sambil memencet nomor di perangkat Blackberry nya.
Yang disebut sebagai (Pak) Baluki adalah Direktur PT Bina sekarang. Samar-samar saya dengar Pak Fahmi menitipkan saya berdua untuk ikut dalam rombongan umroh PT Bina dalam bulan-bulan Maret-April ini.
“Beres Ko. Ada rombongan umroh akhir bulan April ini. Pak Tonny siapkan saja syarat-syaratnya. Hubungi Pak Baluki secepatnya ya?”

     Subhanallah,  Allahu Akbar. Sesederhana itu prosesnya. Saya yakin Mas Koko, Pak Fahmi dan pak Baluki mendapatkan kelapangan hati dari Allah Swt. Sehingga dengan begitu mudahnya bersedia memberangkatkan umroh saya beserta isteri.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Mas Koko dan Pak Fahmi. Tapi untuk meyakinkan diri, saya memberanikan bertanya lagi:
Ehm...anu...ini berangkat umroh gratis ya mas?”
“Oh iya....yaaaa....gratis atas tanggungan Bina pokoknya. Jangan Khawatir..” jawab Pak Fahmi meyakinkan.

     Saya mengemudikan mobil pulang kerumah dengan badan yang rasanya seperti melayang. Saya sempatkan telepon untuk mengkonfirmasi langsung dengan Pak Baluki.
“Ya Pak Tonny, saya sudah ditelepon Pak Fahmi. Siapkan saja syarat-syaratnya. Paspor, KTP dan surat nikah. Insha Allah akhir bulan April besok ada rombongan yang berangkat umroh”. Begitu penegasan yang diberikan oleh Pak Baluki Ahmad.

     Tak hentinya saya mengucap syukur atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT ini. Saya akan pergi bersama isteri ketanah suci lagi untuk menjalankan ibadah umroh tanpa perlu mengeluarkan biaya sendiri. Inilah mungkin yang dikatakan orang-orang (untuk meledek): “Umroh Kosasih” itu. Bisa pergi beribadah Umroh karena ongKOSnya dikASIH.  


Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar