Senin, 26 Mei 2014

CATATAN PERJALANAN "UMROH KOSASIH" (7)


-Bagian Ketujuh-

(Ditulis pada hari Jum'at, 7 Juni 2013)

 Jemaah Umroh PT BINA tiba di Bandara Jeddah

“Ya Allah ijinkanlah saya datang kembali memenuhi panggilan Mu baik untuk ber haji maupun ber umroh, baik sendiri maupun bersama keluarga. Dan dengan kebesaran kuasa Mu mohon ijinkan  kami sekeluarga untuk dapat mengunjungi tanah suci Mu bukan hanya untuk sekali saja. Aamiin Ya Robbal Alamin”

Itulah doa versi saya sendiri yang pertama kali saya panjatkan (sambil menangis sesenggukan) didepan “Multazam”. Ini adalah sebuah tempat yang menurut Rasulullah SAW merupakan tempat dimana segala doa akan dikabulkan Allah SWT.
Doa tersebut benar-benar ‘karangan’ saya sendiri. Sebab saat pertama kali pergi umroh, saya sama sekali tidak siap moril ataupun materiil apalagi onderdil. Harap maklum, karena undangan umroh Romadhon dari Raja Arab Saudi  itu sangat mendadak. Hampir semua anggota rombongan yang ikut pergi umroh tidak sempat melakukan persiapan sama sekali. 


“Tradisi” sabar menanti diruang pemeriksaan Imigrasi....

     Satu hal yang masih saja saya saksikan sejak pertama kali, eh bukan, sejak kedatangan saya yang kedua ditanah suci nding. Soalnya ketika pertama kali  mendarat ditanah suci pada bulan Romadhon tahun 1992,  saya tidak melewati terminal kedatangan biasa, melainkan lewat ruang VVIP. Saat itu saya juga tidak menjalani pemeriksaan paspor. Bahkan visa pun baru diperoleh saat tiba di Jeddah (On Arrival Visa).  Maklum rombongan tamu Kerajaan. Baru ketika saya pergi naik haji yang pertama ditahun 1992 itu juga (berarti kedatangan saya yang kedua ditanah suci) saya merasakan “atmosfir” yang persis sama seperti yang saya rasakan dan alami pada petang hari Sabtu, 27 April 2013 ini.

 Jemaah ANTRI diperiksa Paspornya di Imigrasi Bandara Jeddah

     Sebenarnya Kantor Imigrasi Kerajaan Arab Saudi telah membuat puluhan ‘pintu’ pemeriksaan paspor disetiap terminal kedatangan. Demikian juga dengan petugas imigrasi berseragam coklat berbaret  coklat juga yang jumlahnya juga banyak sekali (biar mudah saya sebut Askar), Namun entah kenapa situasinya selalu sama. Antrian panjang penumpang yang baru datang selalu sampai berjubel. 

     Apa sebab? Mungkin saja akibat ‘gaya’ Askar Arab Saudi yang kesannya “semau gue” dan nampak seperti ogah-ogahan. Banyak pintu pemeriksaan paspor yang kosong ditinggalkan sang Askar. Padahal tampak jelas (karena tempatnya terbuka) banyak Askar yang hanya bergerombol santai sambil ngobrol dan bercanda. Bagi jemaah umroh atau haji, biasanya hal ini dianggap sebagai ujian kesabaran. Oleh sebab itu tidak boleh marah, tidak boleh mengumpat. Apalagi ngamuk dan muring-muring.  Harus tetap tenang dan SABAR. Entah apa benar itu sebuah ujian, wallahu ‘alam.......

     Saya sudah mengalami diperiksa Askar dengan gaya cuek beibeh seperti itu beberapa kali. Jadi bisa maklum dan mengerti. Tapi bagi yang baru pertama kali mengalami, pasti agak jengkel juga. Bayangkan, yang antri diperiksa paspornya ber baris terik tempe lidong dele bodong (antri berderet sangat panjang).....koq Askarnya asyik ngobrol sendiri!  Dek remah sampiyan cak!” Mungkin begitu sumpah serapah jemaah yang berasal dari Serbeje (Surabaya) dan Medunten (Madura).

     Tapi bagaimanapun saya sedikit kesal juga. Soalnya usia saya sekarang sudah merambat tua. Kondisi tubuh sudah tidak fit seperti beberapa tahun lalu. Apalagi kalau dipaksa terus berdiri dalam antrian yang berjalan beringsut seperti siput. Diruang pemeriksaan paspor itu bahkan tidak disediakan seekor kursipun! Sueengiiit aku! Padahal masih banyak juga jemaah umroh yang usianya jauh lebih tua dari usia saya. Pasti mereka diam-diam juga sangat menderita.

Perjalanan malam hari menuju Madinah al-Munawaroh

     Menjelang Isya pemeriksaan paspor rombongan jemaah umroh PT Bina Travel baru usai. Sekarang saatnya mengambil bagasi. Rupanya bagasi malah justru sudah menunggu. Koper-koper bertumpuk dalam troli yang dijaga beberapa orang portir berseragam biru. Karena koper berwarna seragam dan bertanda khusus, maka jadi mudah dikenali. Kini tinggal berangkat menuju bis. Tapi banyak ibu-ibu yang sudah tidak bisa lagi menahan hasrat. Ruangan yang dingin agaknya menambah penderitaan. Semuanya ingin mencari kamar kecil. Masya Allah, toilet untuk wanita ternyata letaknya lumayan jauh. 

     Seorang ustad yang memperkenalkan diri sebagai “Ustad Syarif” (staf lokal PT Bina Travel di Mekah) telah siap menjemput. Saya putuskan untuk ikut pak ustad langsung menuju bis. Hasrat ke kamar kecil harus saya pendam untuk sementara, daripada mencari toilet yang jauh dan mungkin juga antri. Demikian pula isteri saya.

 Interior bis HIGER yang lapang
     Berwarna putih campur keperakan, bis besar merk HIGER (buatan Cina, tapi logonya mirip Hyundai Korea) yang disediakan untuk mengangkut rombongan sudah menunggu. Kapasitasnya mungkin untuk 40 orang. Jadi agak lega mengangkut 27 orang plus 2 orang pendamping. Seperti biasa, bis jemaah haji atau umroh (yang mirip bis greyhound) ini mempunyai ruang bagasi yang besar sekali dibagian bawah kabin. Ruang penumpang menjadi agak tinggi. Untuk masuk kedalam bis harus menaiki tangga terjal. Bis yang baik biasanya juga tersedia toilet didalamnya. Bis Higer ini juga. Sayang kata Ustad Syarif toiletnya sedang rusak dan tidak bisa dipakai. Innalillahi....

     Jarak antara kota Jeddah dan Madinah sekitar 500 kilometer. Bisa ditempuh dalam waktu sekitar 5 atau 6 jam. Kalau bis berjalan malam hari dan suasana bukan musim haji, mungkin bisa ditempuh lebih cepat lagi. Sekitar pukul 08.30 malam waktu setempat bis meluncur menuju kota Madinah al-Munawaroh (arti harafiahnya “Madinah yang bercahaya”). 

     Setelah dipimpin ustad Syarif untuk membaca doa musafir dan beberapa penjelasan penting lainnya, dibagikan jatah makan malam dalam kotak. Minumnya air mineral kemasan botol. Malam hari ini menunya ala “ayam bakar Wong Solo”, lengkap dengan sambal trasi dan lalap ketimun. Tapi potongan ayamnya besar-besar. Ayam Arab geeetu lhoooooh......

     Seperti biasa sehabis makan, maka “penyakit keturunan” menyerang nyaris seluruh anggota rombongan. Semua mengantuk! Suasana jadi senyap. Hanya sesekali terdengar suara “simponi” berupa tarikan napas yang berat. Bahkan diseling suara mendengkur......entah dengkuran itu ‘milik’ siapa.....


Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar