Selasa, 27 Mei 2014

CATATAN PERJALANAN "UMROH KOSASIH" (12)



-Bagian Keduabelas-

(Ditulis pada hari Minggu, 16 Juni 2013)


Pintu Utama Masjid Nabawi,  Madinah


Rasulullah SAW keluar diakhir malam menuju Baqi’ dan bersabda: “Keselamatan atas kalian, wahai para penghuni Baqi’.Akan datang kepada kalian apa yang dijanjikan dan esok kami akan menyusul kalian. Ya Allah, ampunilah para penghuni Baqi’ al-Gharqad ini”
(Diriwayatkan oleh A’isyah RA)


Baqi’, makam keluarga dan sahabat Rasulullah

     Nama lengkapnya “Baqi’ al-Gharqad”. Secara harafiah Baqi’ berarti tempat dimana terdapat akar bermacam pepohonan. Adapun Gharqad adalah nama semacam pohon berduri yang banyak tumbuh disekitar Baqi’. Setelah tanahnya dijadikan pekuburan, maka tanaman Gharqad itu ditebang. (“Sejarah Masjid Nabawi” karangan Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani).

Makam Baqi' dilihat dari atas (foto: wikipedia)    
     Terletak persis disamping Masjid Nabawi (berada disayap kiri, apabila dipandang dari arah depan Masjid), inilah pekuburan besar yang menjadi makam keluarga dan sahabat Nabi. Pada tahun 1992, saat pertama saya berkunjung ke Masjid Nabawi, pemakaman Baqi’ masih terbuka tanpa pagar. Nyaris menyatu dengan pelataran Masjid Nabawi. Para jemaah setelah berziarah kemakam Rasulullah bisa langsung menuju Baqi’ untuk berziarah disana. Oleh karena itu pintu dimana jemaah keluar dari masjid menuju pemakaman ini disebut sebagai Pintu Baqi’. 

     Dipekuburan besar inilah para isteri Nabi (kecuali Khadijah dan Maimunah yang dimakamkan di Mekah), anak-anak perempuan Nabi dan para tabi’in serta ribuan sahabat dimakamkan. Sesudah renovasi Masjid Nabawi (yang dilakukan pada tahun 1984 – 1994 M), dijaman pemerintahan Raja Fahd ibn Abdul Azis, makam Baqi’ juga mendapat giliran renovasi, diperluas dan dipagar. 

     Kini luas areal pemakaman Baqi’ diperkirakan sekitar 174,962 meter persegi. Seluruhnya diberi pagar pembatas setinggi 4 meter dengan panjang keseluruhan  mencapai 1724 meter. Ada beberapa pintu masuk yang dijaga Askar untuk melayani para peziarah. 

     Dulu hampir setiap peziarah bisa bebas masuk setiap waktu kemakam Baqi’ karena tidak berpagar. Namun ternyata pada saat saya berkunjung di akhir bulan April 2913, ada pengaturan waktu untuk berziarah kemakam paling besar dan terkenal dikota Madinah ini. Pintu-pintu makam tertutup rapat dan hanya dibuka sesuai jadwal ziarah saja.

     Sayang sekali pada siang hari yang tidak terlalu terik itu rombongan jemaah laki-laki PT Bina Travel yang dipimpin ustad Syarif tidak berhasil masuk kemakam Baqi’. 

     Saya bersyukur telah beberapa kali berziarah kemakam Baqi’. Akan tetapi bagi jemaah yang baru pertama kali datang ke Madinah, tentu sangat kecewa. Namun masih ada kesempatan untuk berziarah dilain hari seusai sholat di Masjid Nabawi, dengan catatan bila waktunya sesuai dengan jadwal ziarah.


“Komsah real.....komsah real”

     Bagi para jemaah yang selesai beribadah maupun berziarah dan keluar dari Masjid Nabawi,  teriakan “komsah real” yang artinya “LIMA real” itu sangat akrab ditelinga. Begitu menginjakkan kaki keluar dari halaman atau pelataran Masjid yang sangat luas itu, para jemaah akan langsung disambut dengan teriakan  dari puluhan pedagang dengan gegap gempita. 

     Pagi, siang, sore sampai larut malam suasananya sama saja. Saya pikir hal itu termasuk salah satu hal yang disukai para jemaah. Khususnya jemaah wanita yang suka berbelanja. Bagi mereka yang pernah mengalami ‘atmosfernya’, terkadang timbul juga kerinduan untuk menyaksikannya lagi. 

     Disepanjang lorong yang berada diluar pintu pagar masjid, banyak sekali PKL (pedagang kaki lima) yang menjual aneka macam barang. Mereka menggelar barang dagangan disetiap jengkal pinggir jalan tanpa sungkan. Terkadang malah sampai menutup jalan. Barang dagangan cukup ditebarkan saja dijalanan, meski ada juga yang memakai lapak sederhana. 

     Disitulah dijajakan mulai dari barang kecil remeh temeh, kudapan dan buah sampai sajadah, abaya, dan gamis. Ada pula peralatan elektronik kecil dan cindera mata lainnya. Mengingatkan saya pada “Sogo Jongkok” disekitar Pasar Tanah Abang. Namun jangan lupa, ditanah haram ini pembelinya datang dari seluruh penjuru dunia dengan berbagai macam bahasa. Para penjualnyapun tampaknya juga berasal dari beberapa negara.

'Spasmina' dan kerudung dijual dijalanan

     Saya sendiri selalu menderita penyakit ‘heran-heran’, mengapa yang diteriakkan selalu si “komsah real” itu. Dari saat pertama saya datang lebih dari duapuluh tahun yang silam sampai sekarang tidak pernah berubah. LIMA real itu adalah harga yang nyaris mempesona semua orang. Barangnya bisa berupa apa saja. Yang sangat populer (terutama bagi jemaah wanita) tentu kain sebangsa spasmina (sleyer atawa selendang) dan pernak pernik hiasan, barang souvenir kecil serta sajadah. 

     Tidak ketinggalan ditawarkan juga berbagai jenis mainan anak-anak yang sekaligus dipertontonkan aksinya untuk memikat pembeli.
“Sayang anak....sayang cucu....” barangkali itu yang diteriakkan penjualnya.
Siapa tahu? Lha wong dia teriak-teriak pakai bahasa Arab jeee......Coba dia teriak pakai “Coro Jowo” (bahasa Jawa), pasti saya langsung tahu maksudnya.......

     Disini  jangan bicara soal mutu dulu. Yang penting lima real itu sangat terjangkau oleh segala lapisan. Bahkan banyak barang dijual seharga lima real untuk tiga buah. Yang ini termasuk kopiah haji, alat penghitung dzikir digital dan sajadah ukuran kecil. Sebenarnya kurs Real Saudi (RS) terhadap Rupiah (IDR) sudah banyak berubah. Tahun 1992 dulu seingat saya satu RS sama dengan 500 IDR (rupiah), Jadi komsah real itu nilainya sama dengan Rp. 2.500,- saja. 

     Sekarang (tahun 2013) kursnya sudah mencapai sekitar Rp. 2.700,- sampai Rp. 2.800,- per satu real. Untuk memudahkan hitungan (maklum nilai matematika saya dulu jeblog), saya selalu menghitung dengan mengkalikan 3000 rupiah sekalian. Jadi komsah real sekarang saya hitung sama dengan Rp. 15.000,-.saja. Beres kan?  Bagaimanapun bagi ukuran kantong saya, masih termasuk kategori “tidak mahal mahal amat”. Amat saja tidak mahal koq.

     Yang juga selalu membuat saya tercengang,  harga buah-buahan juga  dipatok dengan ‘komsah real’ itu satu kilonya. Tanah Arab yang tandus ternyata tidak identik dengan hanya buah kurma, buah ‘tin’ dan zaitun saja. Doa Nabi Ibrahim AS dahulu kala ternyata dikabulkan oleh Allah SWT. Sekarang nyaris buah apapun yang ada didunia, bisa kita temukan dijual ditanah haram. Bahkan dengan harga yang relatif murah. Subhanallah.

 Pedagang Buah dijalanan menuju Masjid Nabawi
       Buah yang diobral disepanjang lorong diluar masjid itu dijajakan diatas meja kayu sederhana. Biasanya buah yang tersedia melimpah adalah papaya, mangga, pisang, jambu.....eh, koq malah nyanyi? Maksud saya pisang, apel, jeruk  dan anggur. Semuanya dengan harga sama: komsah real sekilo. 

     Kalau ingin membeli buah yang lebih eksklusif seperti buah kiwi, buah naga, semangka, melon dan sebagainya, tinggal masuk ke supermarket semacam “Bin Dawood”. Ini pasar super yang menjual aneka barang dan makanan yang sangat terkenal lengkap jenis dagangannya. Bin Dawood ada dimana-mana, baik dikota Madinah, Mekah dan Jeddah. 

      Tetapi rupanya nasib para PKL dimanapun nyaris selalu sama. Ditanah air dikejar Satpol PP atau petugas Tramtib. Ditanah haram, terkadang para PKL ini juga dikejar-kejar Askar. Itu kalau dia nekat menggelar lapaknya ditengah jalan, atau berteriak-teriak kelewat semangat. Bisa juga kalau dia masih nekat berjualan pada saat jam sholat fardhu.
Maklum saingannya banyak sekali. Ya nasiiiiib.....ya nasiiiiib......



Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar