Senin, 26 Mei 2014

CATATAN PERJALANAN "UMROH KOSASIH" (4)



-Bagian Keempat-

(Ditulis pada hari Sabtu, 1 Juni 2013)


Restoran "Etlalah" Hotel Hilton, Makkah

(Mungkin banyak yang tak percaya membaca kisah saya yang telah beberapa kali pergi ketanah suci. Alhamdulillaaah. Lebih dari SEPARUHNYA saya pergi umroh atau haji dengan percuma alias cuma-cuma bin GRATIS. Pertama kali saya berangkat Umroh Romadhon pada tahun 1992. Umroh ini atas undangan Raja Arab Saudi kepada Menko Kesra Soepardjo Roestam. Saya termasuk dalam rombongan beliau. Karena diundang Raja, maka umrohpun gratis. Tak sampai dua bulan, ditahun 1992 itu juga saya berangkat lagi naik haji. Kali ini saya masuk sebagai anggota TPOH -Tim Pemantau Operasional Haji- yang dibentuk oleh Departemen Agama. Ini juga naik haji gratis alias Abidin -Atas Biaya DINas-. Jadi pada tahun 1992 itu saya pergi ketanah suci sebanyak dua kali. Semuanya gratis)


Allah Maha Penyayang dan Maha Pengampun

     Saya berdiri didalam toilet dengan tubuh gemetar. Merasakan betapa Allah SWT sungguh sangat berkuasa atas mahluknya. Sejak meninggalkan Masjid Bier Ali saya membayangkan kain ihrom saya penuh dengan bercak darah. Sebab itu saya terus menerus ber istighfar seraya berdoa tiada henti kepadaNya. 

     Apa yang saya saksikan kini membuat hati saya tergetar hebat. Sungguh tak ada daya upaya selain atas pertolongan Allah Yang Maha Kuasa atas mahlukNya. Saya tercengang melihat kenyataan bahwa dua lembar kain ihrom saya masih dalam keadaan putih bersih. Tak bernoda darah setitikpun! Bahkan noda kotoran lainpun tidak ada. Padahal sepanjang jalan saya seperti masih merasakan ada darah yang merembes keluar. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar......

     Keluar dari toilet saya merasa sangat lega. Merasa betapa Allah SWT telah berkenan memberikan pertolongan kepada mahlukNya yang sangat  hina ini. Betapa kekuatan doa seorang manusia kepada Sang Khalik dapat menolongnya dari kesulitan sebesar apapun. Kalimat hauqolah yang lafadznya berbunyi:Laa haula wa laa quwwata illaa billaah...”..(tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah), terbukti sudah...... 

      Tawaf untuk memulai umroh baru akan dilakukan pada pukul 11 malam. Masih ada waktu untuk check in lebih dahulu. Masuk kamar dan membenahi kain ihrom sebelum tawaf. Inilah saat yang saya tunggu-tunggu. Malam itu rupanya banyak rombongan umroh lain yang datang dari beberapa negara. Jadi naik lift juga harus antri. Ujian kesabaran bagi para jemaah. Tapi saya sudah tak lagi gundah.

      Sudah menjelang pukul 10 malam ketika saya dan isteri sampai dilantai 21 Tower 6 Hilton Tower Hotel. Seperti laiknya kamar hotel berbintang, kamar 62124 yang saya tempati cukup luas. Ada dua ranjang berjejer (twin bed), dilengkapi dengan sebuah sofa, meja makan bundar dengan dua kursi dan sebuah televisi LCD ukuran besar menempel didinding. Jendela kamarnya besar dengan gordin yang cantik. Tapi semua jendela ditutup dan dipaku dari luar. Tamu tidak akan bisa membuka jendela dari dalam. Apa pasal? Rupanya renovasi Masjidil Haram (yang hanya puluhan meter jaraknya dari hotel)  mengakibatkan debu tebal yang sangat mengganggu jika jendela terbuka. Pasti akan membuat kamar kotor berdebu.

     Kamar mandinya cukup luas. Ada dua monoblok (satu kloset dan satu bidet). Sebuah wastafel terletak berhadapan dengan kloset. Tempat mandi dipisahkan dengan sekat kaca tebal yang berpintu. Jadi ada bagian kering dan bagian basah.  Diluar kamar mandi ada pantry yang memiliki kitchen set yang full bertenaga listrik. Dinegara penghasil minyak terbesar didunia ini, tenaga listrik melimpah ruah. Rupanya tidak ada istilah penghematan energi, karena AC dan lampu serta peralatan listrik tetap menyala walaupun kamar ditinggalkan penghuninya. 

     Dihotel-hotel berbintang dinegara lain (termasuk Indonesia) para tamu hotel harus menyelipkan kunci kamar yang  berupa kartu ditempat khusus untuk menghidupkan listrik. Ketika tamu keluar kamar, otomatis kunci kamar yang berupa kartu akan diambil. Maka putuslah seluruh aliran listrik dikamar. Di tanah Arab kunci hotel berbintang juga berupa kartu seperti kartu kredit. Tapi tidak ada keharusan menyelipkan kartu ditempat khusus untuk menghemat energi. Dan memang tempat khusus untuk kartu itu tidak ada didalam kamar hotel. Setidaknya itulah yang saya lihat  di Hilton Tower Hotel & Apartment di Mekah. .

Beberapa waktu sebelumnya: “Akhirnya saya dapat pergi umroh lagi.....”

      Proses bagaimana saya bisa memperoleh kesempatan pergi umroh sudah saya kisahkan diawal tulisan ini. Ya, akhirnya saya dapat pergi umroh lagi. Saya mendapatkan kesempatan untuk menunaikan ibadah umroh berdua dengan isteri saya secara cuma-cuma alias gratis.  “Hadiah” umroh gratis itu saya peroleh dari Mas Koko (Eko Santoso) putra pertama almarhum Bapak Soepardjo Roestam dengan fasilitas dari PT Bina Travel. Saya sangat yakin Allah SWT lah yang menggerakkan hati Mas Koko. Lalu Ia mengetuk juga nurani Pak Fahmi Cornain dan Pak Baluki Ahmad (Direktur Bina Travel), sehingga rela memberikan “jatah” umroh gratis itu. Semoga Allah SWT membalas amal beliau-beliau dengan pahala dan rejeki yang berlipat ganda. Aamiiin....

     Dengan demikian saya bertambah yakin bahwa untuk bisa pergi umroh atau haji tidak hanya tergantung kepada syarat ‘materiil’ duniawi belaka. Bahwa tidak harus seseorang menjadi kaya (lebih dahulu) untuk pergi ketanah suci. Ada “tangan-tangan tak terlihat” yang mengatur soal itu. Dan itulah tangan Allah SWT. Untuk itu sebagai hambaNya yang taqwa, seorang muslim wajib terus berdoa memohon kepada Allah SWT. Namun juga tak dinafikan untuk terus berupaya. 

     Untuk hal pergi ketanah suci, saya selalu berdoa agar DIMAMPUKAN oleh Allah SWT. Karena saya percaya, apabila Allah mendengar doa tulus kita dan Dia berkehendak, maka siapapun, tidak peduli miskin, apalagi kaya, akan MAMPU pergi ketanah suciNya. Inshaa Allah.

    Semenjak mendapat kepastian tanggal berangkat, saya langsung melakukan persiapan. Yang pertama tentu memperpanjang, atau tepatnya membuat paspor baru lagi. Paspor hijau saya yang terakhir sudah habis masa berlakunya pada bulan Maret 2011. 

     Untung (orang Jawa selalu untung) ada ipar dari salah seorang adik isteri saya yang mempunyai jabatan tinggi di Kantor Wilayah Imigrasi Jawa Barat. Jadi Kantor Imigrasi Bekasi (kota dimana saya tinggal) berada dalam daerah ‘kekuasaan’nya. Oleh sebab itu berkat arahan beliau, paspor selesai dalam waktu hanya dua hari. Sayang saya datang pada hari Jum’at, hari pendek karena terpotong sholat Jum’at.  Jika saya datang pada hari lain, paspor malah bisa selesai dalam waktu satu hari. 

     Persiapan yang lain tidak terlalu berat. Karena seperti biasa jemaah umroh (yang ikut dengan sebuah Biro Perjalanan Umroh/haji) sudah mendapatkan peralatan yang nyaris lengkap. Mulai dari koper, tas tenteng, seragam, kain ihrom, buku panduan, tanda pengenal dan sebagainya. Rasanya hanya tinggal perlengkapan pribadi saja yang perlu ditambahkan. 

     Paling-paling saya juga harus siap-siap menukarkan beberapa uang Rupiah (IDR) menjadi Real Saudi (RS). Itu juga kalau punya banyak uang. Kalau tidak? Ya bagaimana nanti lah. Namanya juga umroh gratis, jadi bekalnya ya hanya nekat. Harap maklum,  kan saya sudah pangsiyun.



Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar