Senin, 26 Mei 2014

CATATAN PERJALANAN "UMROH KOSASIH" (3)



-Bagian Ketiga-

(Ditulis pada hari Rabu, 29 Mei 2013)


 Lorong Masjid Bier Ali yang bikin bingung


Firman Allah SWT: “Aku adalah apa yang disangkakan oleh hambaKu”
(Firman Allah inilah yang barangkali saya lupakan. Walaupun sudah berdoa sampai ‘munthuk’ -berbusa- mulut saya, tapi ternyata saya masih saja RAGU akan doa saya sendiri....Astagfirullaaah..)


“Lost in Bier Ali”

     Mungkin pada saat itu wajah saya jadi pucat pasi. Yang jelas saya lemas sekali. Lebih dari sepuluh menit darah terus mengucur. Selama itu pula saya nekat berdoa. Sambil mengguyur dengan air panas, saya rapatkan kedua kaki untuk mencoba menghentikan perdarahan. Saya merasa sungguh tak berdaya karena tidak membawa obat flamboyan didalam tas pinggang. 

     Masih dengan perasaan galau dan gundah gulana saya rapikan kembali kain ihrom dengan hati-hati. Hampir seperempat jam lebih saya berkutat dikamar kecil dalam kondisi kalut. Sayapun sadar pasti sudah ditinggalkan kawan-kawan memasuki bis. Gontai saya berjalan perlahan masuk kedalam masjid. Saya langsung melaksanakan sholat tobat dua raka’at. Tak sempat lagi melaksanakan sholat tahiyatul masjid karena masih harus sholat ihrom dua raka’at lagi.

     Sholat tobat saya kerjakan sekhusyuk yang mampu saya lakukan. Siang itu didalam Masjid Bier Ali saya menangis  lahir batin mohon pengampunan atas segala khilaf dan dosa. Seraya tiada henti memohon agar penyakit ‘flamboyan’ saya disembuhkan oleh Allah Sang Maha Penyembuh. Setelah itu baru saya laksanakan sholat sunah ihrom dua raka’at. 

     Sambil terus beristighfar dengan memakai alat ‘tally counter’ digital (sebagai pengganti tasbih) yang bisa dipasang dijari telunjuk, saya keluar dari masjid. Taman yang rapi terbentang luas didepan saya. Rasa galau dihati masih belum reda. Saya berusaha semampu mungkin menutupi kain ihrom bagian belakang dengan selembar kain ihrom yang (semestinya) untuk menutup bagian atas tubuh. Saya bayangkan bercak darah memenuhi kain ihrom, karena saya masih terus merasakan ada sesuatu yang merembes keluar dari “pintu belakang”. 

     Belum pernah saya mengalami rasa galau, panik, dan bingung seperti saat itu. Saya berusaha menengok kanan kiri, barangkali masih ada teman yang tertinggal. Yang saya dapati hanya wajah-wajah asing yang tak saya kenal. Saya benar-benar kehilangan orientasi. Satu hal yang belum pernah saya alami sebelumnya. Bahkan ketika dilepas sendirian dikota Paris (awal tahun 1992) pun saya tidak tersesat. Kini saya seperti orang linglung. Melihat kekanan kiri seperti ‘kethek ditulup’.

     Seingat saya tadi masuk masjid dari sebelah kiri. Bersamaan dengan rombongan jemaah umroh dari grup lain yang ustad pemandunya memakai bendera biru. Ustad pemandu grup saya sendiri tidak membawa tanda apa-apa, jadi agak susah mengenali dari kejauhan. Saya lihat jauh disebelah kanan ada bendera biru dikibar-kibarkan. Saya ikuti saja tanda itu, siapa tahu memang itulah jalan keluar dari masjid. Sambil berjalan saya mencoba menelpon istri saya. Rupanya dia juga sedang bingung mencari keberadaan saya. 

     Namun isteri saya (karena sama-sama baru pertama kali masuk Masjid Bier Ali) rupanya juga salah memberikan arah. Jadilah saya makin tersesat kearah yang salah. Pada saat itu turun hujan rintik-rintik, yang menambah kepanikan saya. Di Masjid Bier Ali terdapat lorong-lorong yang terlindung dimana terdapat banyak sekali toko atau warung yang menjual beraneka ragam barang dan makanan. Itulah yang akhirnya saya pakai sebagai check point. Saya putuskan berdiri saja ditengah lorong agar tidak kehujanan dan agar mudah terlihat baik dari ujung kanan maupun kiri. Rasanya persis seperti Kabayan saba kota, yang hilang ditengah kerumunan orang. 

     Akhirnya dikejauhan saya lihat Ustad Syarif yang jadi Pembimbing Jemaah melambaikan tangannya. Saya berjalan mendekatinya dengan tak bersemangat lagi. Teman-teman yang sudah berada dalam bis  melihat kedatangan saya dengan beragam ekspresi. Ada yang nampak prihatin, tapi barangkali yang banyak adalah ekspresi jengkel, karena saya datang terlambat. 

     Saya juga merasa bersalah dan malu kepada Ibu Dewi Anggraeni Baluki yang menjadi Pemimpin Rombongan Umroh PT Bina Travel. Sudah diberi jatah umroh gratis masih menyusahkan orang. Tapi pada saat itu saya tak peduli lagi. Saya naik kedalam bus dan langsung meluncur kekursi paling belakang. Tanpa berkata sepatahpun saya berusaha berbaring. Itu semua untuk menutupi rasa malu dan kesal (kepada diri sendiri) yang bercampur aduk jadi satu.

Menuju kota Mekkah al-Mukaromah disambut hujan deras

    Bis meluncur meninggalkan Masjid Bier Ali. Entah kenapa saya menjadi “sensi”, saya merasa sang sopir jadi agak ngebut menjalankan bisnya. Mungkin karena  kehilangan waktu gara-gara keterlambatan  saya tadi. Ah, dia atau siapapun dalam rombongan  tidak atau belum tahu apa alasan saya sih. Bahkan isteri sayapun tidak saya beritahu. Saya lakukan GTM selama saya bisa. Saya berniat baru akan membuka rahasia dalam tulisan ini.

     Mungkin baru beberapa kilometer  jauhnya bis meninggalkan Bier Ali, hujan turun sangat deras. Ustad Syarif langsung meminta kita semua untuk bersyukur, karena hujan di tanah suci adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi. Apalagi sampai deras sekali seperti saat ini. Cuaca menjadi gelap dan pemandangan diluar tidak bisa terlihat dari dalam bis terhalang derasnya air yang turun. Dan itu pasti BERKAH dari Allah SWT. Aamiiiin

     Beberapa hari kemudian di Mekkah saya membaca koran “Arab News” yang memberitakan bahwa hujan yang sangat deras telah membuat beberapa bagian kota Madinah kebanjiran. Juga beberapa kota lain di Arab Saudi mengalami banjir yang bahkan diberitakan sampai memakan korban jiwa. Innalillahi.... 

     Adzan Isya berkumandang saat bis melaju melewati Masjid Tan’im. Masjid ini tidak sebesar Masjid Bier Ali, namun juga dipergunakan sebagai Miqat bagi yang tinggal didaerah sekitar Mekkah. Saya pernah beberapa kali bermiqat di Masjid Tan’im pada saat umroh ditahun 2006 dan pada saat pergi haji ditahun 2007.

Bermalam di Hotel yang hanya beberapa langkah dari Masjidil Haram

     Sekitar pukul 9 malam waktu Arab Saudi ketika bis merapat .dikawasan Hilton Tower Hotel & Apartment. Dihotel yang hanya berjarak sektar 50 meter dari Masjidil Haram inilah kita menginap selama berada dikota Mekkah. Alhamdulillah.

Hilton Tower Hotel & Apartment, Makkah

      Semua anggota rombongan umroh Bina Travel langsung dibawa ke Restoran Al-Ethlalah yang terletak dilantai 3 untuk menikmati santap malam. Kunci kamar dibagikan untuk masing-masing anggota rombongan sebelum makan dimulai.  Saya dan isteri mendapat kamar nomor 62124. Saya agak heran dengan nomor kamar yang panjang ini. Saya pikir saya mendapat kamar dilantai 62! Ternyata Hilton Tower Hotel memiliki 6 Tower. Jadi saya mendapat kamar di Tower ke 6 lantai 21 kamar no 24. Untuk menuju ke kamar atau sebaliknya ke restoran yang terletak di Tower 3 harus pindah lift dahulu. Sedikit merepotkan, karena lift terdekat sering ngambek, jadi harus pindah ke lift lain di tower lain.

      Menurut Ustad Syarif, Al-Ethlalah berarti (tempat) untuk bersenang-senang. Barangkali bahasa Indonesia (atau Jawa?) yang setara adalah “Sasana Suka” atau “Sasana Andrawina”. Makan memang termasuk bersenang-senang bukan? Masa iya ada orang makan sambil sesenggukan menangis karena sedih? 

     Tapi jangan salah, malam itu sebelum makan saya masih sangat gelisah nding. Soalnya saya masih kepikiran terus dengan kain ihrom yang saya bayangkan belepotan dengan darah. Oleh sebab itu saya buru-buru mencari toilet untuk memastikan seberapa parah darah mengotori kain ihrom saya. Didalam restoran ternyata tidak tersedia toilet. Jadi harus keluar dulu dari restoran.     

     Akhirnya ada seorang petugas yang bersedia membantu saya untuk menunjukkan letak toilet yang berada diluar restoran Al-Ethlalah. Ternyata terdapat banyak sekali pedagang yang membuka toko atau sekedar lapak yang menempel dilorong-lorong gedung. Walau sudah hampir pukul 10 malam, para pedagang masih sibuk menawarkan dagangannya. Sekilas saya teringat pada “Pasar Seng” yang kini telah raib.

     Entah kenapa toilet yang ada dilantai 3 tersebut dikunci. Baru dibuka ketika saya akan masuk kedalam, seolah saya adalah tamu kehormatan. Rasanya legaaaaaaaa sekali, walaupun harus saya akui kondisi toilet tidak terlalu bersih. Dengan menahan perasaan tegang, buru-buru saya lepaskan semua kain ihrom. Dan saya terkejut setengah hidup. Lemas kedua lutut saya seolah tak bertulang. Mata saya terbelalak melihat apa yang terjadi........



Bersambung.

1 komentar:

  1. Welcome to Slots88 | Casino | JtmHub
    JtHub 충주 출장샵 offers the 거제 출장안마 best slots and casino games for you all! 순천 출장마사지 We have 100+ slots, casino games & 서울특별 출장안마 over 150+ table games on 평택 출장마사지 offer to help you make the most of your

    BalasHapus