Senin, 26 Mei 2014

CATATAN PERJALANAN "UMROH KOSASIH" (9)



-Bagian Kesembilan-

 (Ditulis pada hari Sabtu, 8 Juni 2013)

Payung dipelataran Masjid Nabawi  diwaktu Subuh


“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat didalamnya. (Sebab) Didalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”
(QS. Al-Taubah 09 : 108)


Perubahan besar di Masjid Nabawi

     Ketika saya pergi haji untuk pertama kali ditahun 1992, Masjid Nabawi boleh dikata masih terlihat  “berantakan”. Restorasi dan renovasi besar-besaran yang dilakukan atas perintah Raja Fahd Abd al-Azis masih berjalan. Areal masjid belum seluas sekarang. Disana sini nampak material bangunan berserakan. Juga alat-alat berat dan tiang-tiang penyangga. Memakan waktu satu dasa warsa, restorasi yang dimulai sejak tahun 1984 itu baru tuntas pada tahun 1994.

     Tahun 2006 dan 2007, saya datang lagi ke Madinah dan tercengang melihat Masjid Nabawi sudah menjadi sebuah Masjid yang sangat besar, agung dan indah. Arsitektur bangunannya sangat unik dan pasti akan mempesona siapapun yang memandangnya. Ciri khas interiror  Masjid Nabawi adalah banyaknya tiang dan lampu kandelir (lampu robyong) yang tergantung dilangit-langitnya. Tiang bulat dan besar itu membentuk semacam lorong yang sangat indah. 

    Dan yang pasti membuat orang tertegun adalah keindahan di “RAUDAH”. Arti harafiah ‘Raudah’ adalah taman surga. Areal ini mencakup daerah dimana terletak Mimbar (tempat berkhotbah) dan Mihrab (tempat Imam berdiri memimpin sholat) Rasulullah SAW. Untuk menandai tempat yang sangat bersejarah ini, ada beberapa hal yang dibedakan dari areal masjid yang lain. 
Karpet merah  Masjid Nabawi
     Pertama adalah karpetnya. Karpet Masjid Nabawi didominasi dengan warna merah berbordir tumbuhan. Dibuat dari permadani kualitas tinggi yang sangat tebal. Karpet di Raudah berwarna hijau muda keabuan yang tidak kalah indahnya. Yang kedua yang tampak sangat menyolok adalah lampu robyongnya. Yang dipasang dilangit-langit raudah adalah lampu robyong kristal seperti corong dengan sedikit hiasan berwarna biru yang berlapis warna emas.  Jika dilihat dari kejauhan warna kristal berpadu warna keemasan sangat berkilauan. Dominasi warna keemasan juga melingkupi tiang–tiang yang ada di Raudah dan Mimbar serta Mihrab Nabi.  

     Setelah renovasi Raja Fahd, luas Masjid Nabawi lebih dari 98.000 meter persegi.  Kapasitasnya bisa menampung lebih dari 178.000 jamaah. Jumlah itu belum termasuk daya tampung lantai atas dan pelataran masjid. Apabila seluruh arealnya dijumlahkan, maka Masjid Nabawi bisa menampung lebih dari 689.000 orang. 
 
    Yang sangat jauh berbeda (dari saat terakhir saya datang tahun 2007) adalah telah dipasangnya payung-payung raksasa elektronis diseluruh pelataran (plasa) Masjid Nabawi. Dulu payung raksasa hanya ada dihalaman dalam masjid. Jumlahnyapun hanya 12 buah. Dipasang berjajar dua masing-masing  3 x 2 buah. Payung raksasa itu sepenuhnya dikendalikan komputer dan dibuka tutup secara elektronis.     

     Kini dipelataran Masjid Nabawi sudah penuh dengan payung raksasa. Payung itu membuat pelataran menjadi teduh terlindung dari sengatan matahari disiang yang sangat panas. Belum cukup dengan payung raksasa, beberapa payung diantaranya dipasangi kipas angin besar. Bentuknya bulat mirip mesin pesawat terbang. Kipas angin ini dipasang menempel ditiang payung, jumlahnya dua buah disetiap tiang. Apabila cuaca panas menyengat, maka dari kipas angin tersebut bisa disemburkan uap air untuk menambah kesejukan udara. 

Payung2 dipelataran Masjid Nabawi dlm keadaan kuncup
     Itu adalah suasana dipelataran Masjid Nabawi yang (berkat dipasangnya payung –payung raksasa) kini juga nyaman dipergunakan untuk tempat sholat. Tidak heran banyak jemaah yang bergerombol memilih sholat diluar masjid. Terutama jemaah yang datang sekeluarga lengkap dengan anak-anak, bayi dan kereta dorongnya. Mungkin mereka memilih tempat sholat diluar agar jika anak atau bayinya menangis tidak mengganggu kekhusukan  jemaah yang lain. Namun suasana didalam Masjid Nabawi sangat lain sekali.


    Berbeda dari Masjidil Haram yang dipenuhi kipas angin yang jumlahnya puluhan ribu buah, Masjid Nabawi adalah masjid yang Full Air Conditioned. Kisi-kisi alat penyejuk udara itu terdapat disemua dasar tiang (Jw: ompak) yang berbentuk segi delapan. Dari kisi-kisi didasar tiang itulah memancar angin dingin keseluruh ruangan masjid. Saat pertama kali masuk Masjid Nabawi ditahun 1992, saya pernah masuk angin gara-gara keenakan duduk bersender ditiang masjid. Saya tidak tahu bahwa dari dasar tiang itulah menyembur angin dingin.
Kalau Tukul Arwana tahu, pasti saya akan diteriaki :”NDESOOOOO...SO...SO...SO.”


Pahala sholat di Masjid Nabawi

     Ibn Umar meriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Sholat di masjidku ini lebih utama dari seribu kali sholat dimasjid yang lain, kecuali di Masjidil Haram, Makkah” . (Hadits Muttafaqun alaih).

     Hadits tersebut diatas saat ini tertulis dalam sebuah panel digital elektronik berwarna merah menyala. Dipasang didinding sebelah dalam persis dibalik pintu masuk utama Masjid Nabawi. (Pintu Malik Fahd), hadits itu ditulis dalam huruf Arab dengan terjemah huruf latin dalam bahasa Inggris.  Panel elektronis digital seperti papan iklan itu berisi tulisan  hadits diatas yang bergantian menyala selang beberapa detik dengan jadwal sholat lima waktu di Masjid Nabawi (waktu Madinah). 

      Saya tidak tahu kapan persisnya papan elektronis itu dipasang. Soalnya pada tahun 2007/2008 saat saya berkunjung ke Masjid Nabawi, papan itu belum ada. Dulu yang ada hanya sebuah papan berisi jadwal sholat lima waktu berbentuk jam dinding bulat  berjumlah 6 buah (termasuk waktu terbit matahari) yang  dipasang secara permanen.

     Karena besarnya pahala yang didapat dari sholat di Masjid Nabawi itu, maka tidak heran jamaah sholat wajib (fardhu) selalu penuh disepanjang waktu. Apalagi pada bulan haji, dimana jemaah Asia Tenggara (khususnya Indonesia) selalu mencoba memenuhi anjuran  “kuota”  sholat ARBAIN.

     Ini adalah anjuran (atau himbauan?) yang meski sunahnya tidak terlalu jelas sanadnya telah menjadi sebuah tradisi yang sudah berjalan lama. Arbain adalah mendirikan sholat fardhu berjamaah di Masjid Nabawi selama EMPAT PULUH waktu berturutan (berarti DELAPAN hari). Tidak boleh putus satu waktupun. 

    Bagi jemaah umroh biasa pasti tak akan bisa menjalankan sholat arbain itu. Sebab biasanya jemaah umroh hanya  tinggal dikota Madinah selama tiga atau empat hari saja. Tidak akan bisa memenuhi ‘kuota’Arbain yang empat puluh waktu. Oleh karena itu ada jemaah umroh (khususnya kaum laki-laki) yang kemudian akan berusaha mengejar “target” yang lain. 

Apakah itu?



bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar