(dari draft buku: "Catatan seorang mantan Ajudan" oleh mastonie)
Released by mastonie, Tuesday, May 18, 2010 at 08.06 pm
Rasulullah SAW bersabda:
“Melakukan ibadah umrah pada bulan Romadhon seperti mengamalkan ibadah haji atau seperti haji bersamaku” (HR. Bukhari).
Undangan "Umrah Romadhon" yang mengejutkan.......
Menjelang akhir kunjungan kekota Paris, mendadak saya mendengar ada sebuah undangan untuk Menko Kesra, Letjen TNI (Purn.) H. Soepardjo Roestam. Ini undangan bukan sembarang undangan. Pak Pardjo diundang menjadi tamu resmi Pemerintah Arab Saudi untuk melakukan Ibadah Umroh dibulan Romadhon 1412 H atau 1992 M.
Secara otomatis seluruh anggota rombongan juga akan ‘nunut mukti’, turut serta dalam rombongan ke tanah suci tersebut.
Bagi saya kesempatan itu akan menjadi saat yang pertama kali menginjakkan kaki di tanah suci.
Boleh dikata saya pergi umrah tanpa persiapan sama sekali. Apalagi persiapan moril. Persiapan “onderdil” (maksud saya perlengkapan umrah) saja sama sekali juga tidak. Bayangkan, rombongan Pak Pardjo yang saya ikuti itu sudah meninggalkan tanah air selama hampir setengah bulan.
Perancis (menurut jadwal atau rencana semula) sebetulnya adalah Negara terakhir yang dikunjungi.
Sehari sebelum kunjungan di Paris berakhir, tibalah bulan suci Romadhon. Bagi saya ini adalah pengalaman pertama berpuasa diluar negeri. Pada waktu makan sahur pertama kali dipagi hari menjelang meninggalkan kota Paris, saya baru “ngeh” kalau Menko Kesra beserta Ibu Soepardjo dan semua anggota rombongan mendapat undangan untuk melakukan Umroh Romadhon ke tanah suci!
Rupanya bukan hanya saya yang terkejut, dokter yang ikut dalam rombongan -dr. Abdul Muthalib- pun sama dengan saya. Entah siapa yang pandai menyimpan rahasia rencana itu, tapi semua anggota rombongan menerima berita itu dengan perasaan “dahsyat yang campur aduk”.
Selama berada di Paris boleh dikata kita telah menyaksikan dan merasakan hampir seluruh “kenikmatan duniawi”. Diakhiri dengan menyaksikan pergelaran opera dengan penari wanita berpakaian “Topless” setengah strip (nyaris nude -bugil-) di “Le LIDO”, tempat pertunjukan opera kabaret yang terkenal itu. Lha koq tiba-tiba sekarang, di hari pertama ramadhan dinegeri orang, kita sudah memegang tiket pesawat UTA (Union de Transport Aeriens, Maskapai Penerbangan Prancis), dengan tujuan Jeddah, untuk melaksanakan Ibadah Umroh. Bayangkan!
Karena kunjungan dilakukan mendadak maka visa diurus dengan status “Visa On Arrival” (visa yang dikeluarkan setiba di tempat tujuan), dikota Jeddah, salah satu pintu masuk ke Kerajaan Arab Saudi. Tapi betapapun terkejutnya, saya langsung saja memantapkan niat untuk ibadah Umrah dalam hati.
Hari Kamis Pon tanggal 5 Maret 1992 adalah hari pertama puasa Romadhon 1412 H.
Di Bandara Internasional “Charles de Gaulle” Paris, saya gelisah menanti saatnya ‘boarding’ (masuk) kedalam pesawat yang akan membawa rombongan pergi ketanah suci. Cuaca sekitar Bandara sangat cerah, secerah hati saya. Sampai tak merasa kalau hari ini saya sedang berpuasa.
Di Bandara Internasional “Charles de Gaulle” Paris, saya gelisah menanti saatnya ‘boarding’ (masuk) kedalam pesawat yang akan membawa rombongan pergi ketanah suci. Cuaca sekitar Bandara sangat cerah, secerah hati saya. Sampai tak merasa kalau hari ini saya sedang berpuasa.
fotos: google
Dalam pesawat Boeing 747-300 UTA, saya dan dr. Abdul Muthalib yang duduk bersebelahan terpaksa menolak dengan halus suguhan makanan yang disuguhkan stewardess yang tidak kalah cantiknya dengan para penari Le LIDO.
“Sorry, we’re fasting”, wah gaya banget, saya menolak makanan yang disajikan. Padahal kalau dilihat sekilas sajian itu tampaknya sangat ‘mak nyuuusss’. Tapi kan kita sedang berpuasa. Yah hitung-hitung ujian pertama menjelang ibadah Umroh!
Saya -dan beberapa anggota rombongan lain- masih dalam kondisi yang betul-betul “terkesima”. Tidak pernah mengira menerima kenyataan bahwa sebentar lagi akan menginjakkan kaki di tanah suci, untuk melakukan ibadah Umroh. Suatu hal yang bahkan belum pernah saya impikan tapi tampaknya akan segera menjadi kenyataan! Bukan the dream comes true, tapi the NEVER dream comes true!
Pertama kali menginjak tanah suci.
“Labbaik Allahuma umrotan”…
(Saya datang -memenuhi panggilan Mu- untuk Umroh ya Allah. . . .)
Saya cubit tangan saya untuk meyakinkan diri sendiri bahwa ini bukan mimpi ketika pesawat mendarat dengan mulus di King Abdul Azis International Airport Jeddah. Ternyata saya benar-benar menjejakkan kaki saya di tanah suci. Tanah yang diimpikan oleh seluruh umat Islam dimuka bumi untuk didatangi.
Karena menjadi Tamu resmi Kerajaan Arab Saudi, maka tentu saja penyambutan rombongan Menko Kesra diatur secara protokoler dan disambut seperti laiknya tamu Negara.
Selain pejabat Deplu Arab Saudi tampak pula menyambut Bapak E. Soekasah Somawidjaja, Dubes RI untuk Arab Saudi dan Konjen RI untuk Jeddah serta beberapa petugas Protokol KBRI.
Beberapa saat kita menunggu di VIP Room Bandara untuk menunggu persiapan pemberangkatan ke penginapan sambil menunggu waktu berbuka puasa tiba.
Hari itu memang menjadi hari yang luar biasa. Setidaknya buat saya pribadi. Bagaimana tidak?
Sebelum subuh saya makan sahur di kediaman resmi Duta Besar RI untuk Perancis di Paris.
Sholat Dhuhur dan Ashar dijama’ diatas pesawat (karena musafir).
Dan pada waktu magrib -dihari yang sama- saya berbuka puasa dijamu oleh Duta Besar RI untuk Arab Saudi di VIP Room Bandara King Abdul Azis di Jeddah, Arab Saudi!
Sebelum subuh saya makan sahur di kediaman resmi Duta Besar RI untuk Perancis di Paris.
Sholat Dhuhur dan Ashar dijama’ diatas pesawat (karena musafir).
Dan pada waktu magrib -dihari yang sama- saya berbuka puasa dijamu oleh Duta Besar RI untuk Arab Saudi di VIP Room Bandara King Abdul Azis di Jeddah, Arab Saudi!
Selayaknya Tamu Negara, maka rombongan Menko Kesra RI ditempatkan di Wisma Negara Jeddah. Fasilitas yang ada di Wisma Negara ini setara dengan hotel bintang lima berlian!
Dalam kamar superior Wisma Negara Jeddah
Menghadap ke Laut Merah maka pemandangan yang bisa disaksikan dari jendela Wisma sungguh sangat memukau. Setiap anggota rombongan mendapat satu kamar sendiri sekelas Superior Room, dengan perlengkapan yang biasa ditemukan di hotel berbintang.
Karena undangan yang diterima adalah untuk melakukan ibadah Umroh, maka setiap anggota rombongan mendapatkan seperangkat pakaian untuk Umroh lengkap yang telah tersedia dikamar masing-masing! Kerisauan hati saya yang tidak siap “onderdil” segera terobati. Saya mendapat sepasang pakaian Ihrom dari bahan kaus tebal yang berlogo Istana Kerajaan -harap maklum, tidak setiap orang bisa mempunyai pakaian ihrom seperti ini- lengkap dengan terompah dari kulit (sapi atau onta) yang tebal.
Yang tidak ada adalah buku panduan melaksanakan ibadah umroh. Mungkin mereka mengira bahwa tamu yang diundang pasti sudah menyiapkan sendiri buku panduan Umroh tersebut.
He he belum tahu dia . . . bahwa kita memang tidak siap moril dan materiil.
He he belum tahu dia . . . bahwa kita memang tidak siap moril dan materiil.
Saya baru pertama kali pergi ketanah suci dan datang justru tepat pada bulan suci Romadhon. Suasana di kota Jeddah ternyata sangat khas Arab. Toko-toko yang ada baru dibuka setelah ibadah salat tarawih berakhir (sekitar pukul 9 malam waktu Arab) dan baru tutup menjelang tiba saatnya salat subuh! Jangan harap bisa menemukan toko yang buka pada siang hari di bulan suci Romadhon ini.
Malam itu saya tidur sangat larut. Meskipun mata masih terkantuk-kantuk terpaksa harus bangun untuk makan sahur di restoran wisma yang ternyata menyediakan menu sangat lengkap. Disini tersedia menu internasional maupun makanan khas Timur Tengah dan Asia. Alhamdulillah. Lagi-lagi saya hanya dapat mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas karunia segala kenikmatan yang telah saya peroleh. Makan sahur yang sangat lezat serta sebentar lagi saya akan melaksanakan ibadah Umroh. Semuanya saya dapatkan dengan prodeo alias cuma-cuma bin gratis tanpa membayar sepeserpun! Sekali lagi Alhamdulillahi Rabbil Alamin.
Malam itu pula saya melakukan “kursus kilat gratis” kepada dr. Abdul Muthalib. Yaitu tentang bagaimana cara memakai pakaian ihrom. Juga segala macam hal yang harus dilakukan sebelum, selama ataupun sesudah melaksanakan ibadah umroh. Syukur Alhamdulillah rupanya saya bukan murid yang bodoh-bodoh amat, karena akhirnya pada pagi hari itu saya bisa mengenakan pakaian ihrom untuk pertama kali dengan “baik dan benar”.
Mejeng diLobby Wisma Negara Jeddah
Setelah melaksanakan salat sunah umroh dua rakaat saya segera turun ke lobby untuk bergabung dengan anggota rombongan yang lain. Tidak lupa pula kita beraksi dengan bermacam gaya didepan foto para penguasa (dinasti Raja) Arab Saudi yang terpasang dilobby Wisma. Maklum bagi “para pemula” yang baru pertama kali mengenakan pakaian ihrom untuk melaksanakan ibadah Umroh, seperti saya misalnya, maka kesempatan langka ini memang tidak boleh disia-siakan. Insya Allah foto-foto itu kelak bisa jadi sejarah bagi anak-cucu.bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar