(dari draft buku: "Catatan seorang mantan Ajudan" oleh mastonie)
Tulisan bersambung (16)
Lapangan Pancasila, Simpang Lima Semarang, Sabtu 7 Juli 1979.
Ada sebuah tugas yang paling mengesankan dan membanggakan hati dalam karir saya sebagai Petugas Pembawa Acara (MC) di Bagian Protokol. Tugas yang merupakan sebuah kesempatan, kehormatan dan kepercayaan yang diberikan oleh atasan kepada diri saya. Yaitu saat saya ditunjuk untuk menjadi 'Announcer' (Pembawa Acara) pada Upacara Pembukaan dan Penutupan Musabaqoh Tilawatil Qur’an / MTQ Tingkat Nasional XI yang diselenggarakan dilapangan Pancasila Semarang.
Saya bangga karena pada waktu itu saya dapat tugas berdampingan dengan Bapak A. Mawahib. Salah seorang penyiar RRI Studio Semarang bersuara bariton yang khas, yang pernah menjadi idola saya.
Saya sudah lama mengenalnya dan dari beliaulah saya belajar teknik vokal penyiar sewaktu saya melamar jadi Penyiar RRI dulu. Walau saya gagal total menjadi penyiar RRI (karena tidak mendapat ijin untuk mutasi), tapi kini saya berkesempatan bertugas berdampingan bersama beliau. Tentu saja saya tunjukkan bahwa apa yang saya dapat dari beliau tidak sia-sia.
MTQ Nasional adalah sebuah acara yang selalu diselenggarakan dengan cara yang luar biasa. Dan selalu dibuka oleh Bapak Presiden dan ditutup oleh Bapak Wakil Presiden.
foto: suaramerdeka
Kali ini Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memersiapkan Upacara Pembukaan (dan juga Penutupan) dengan acara yang spektakuler. Entah mengapa Upacara Pembukaan MTQ Nasional didaerah manapun, selalu diselenggarakan pada malam hari. Demikian juga waktu diselenggarakan dikota Semarang. foto: suaramerdeka
Pada saat Presiden Soeharto menekan tombol sebagai tanda peresmian pembukaan MTQ Nasional ke XI, maka ditengah-tengah kegelapan malam dilapangan Pancasila yang diterangi dengan sinar lampu sorot berwarna warni, merekahlah secara perlahan-lahan sebuah bunga teratai raksasa yang didalamnya (ternyata) duduk seorang wanita cantik berjilbab. Wanita itu adalah Qari’ah pemenang pertama MTQ Nasional ke X di Manado, Hj. Al Fisyahri Arsad, yang langsung mengumandangkan ayat suci Al-Qur’an Surah Yusuf ayat 57 sampai 64.
Pada saat Presiden Soeharto menekan tombol sebagai tanda peresmian pembukaan MTQ Nasional ke XI, maka ditengah-tengah kegelapan malam dilapangan Pancasila yang diterangi dengan sinar lampu sorot berwarna warni, merekahlah secara perlahan-lahan sebuah bunga teratai raksasa yang didalamnya (ternyata) duduk seorang wanita cantik berjilbab. Wanita itu adalah Qari’ah pemenang pertama MTQ Nasional ke X di Manado, Hj. Al Fisyahri Arsad, yang langsung mengumandangkan ayat suci Al-Qur’an Surah Yusuf ayat 57 sampai 64.
Oleh karena itu, bagi saya pribadi bisa menjadi pembawa acara untuk event penting seperti itu (dengan tanpa melakukan kesalahan) jelas merupakan suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri. Dan untuk kepentingan dinas, itu adalah prestasi yang bisa menjadi sebuah “credit point” bagi saya.
Walaupun tidak dikatakannya secara langsung kepada saya, Pak Rasiman yang jadi atasan saya di Bagian Protokol agaknya turut bangga dengan apa yang selama ini telah saya capai.
Alhamdulillah.
bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar