Selasa, 31 Januari 2012

"TENTANG NAIK HAJI"

 Tulisan lepas:

NAIK HAJI, JADI 'HOBI'(?)....

 
Jemaah haji di Bukit Jabbal Rohmah, Arofah.

Edited and released by mastonie on Tuesday, January 31, 2012 at 8:06am


(sampai detik ini saya masih meyakini, bahwa kehidupan spiritual seseorang sangat tergantung kepada lingkungan dan pola serta falsafah hidupnya)


“Hobi” istimewa

     Ada beberapa orang kenalan saya yang mempunyai “hobi istimewa”: pergi umroh atau haji. Hampir setiap tahun tidak pernah terlewatkan tanpa pergi ke tanah suci. Tentu untuk menjalankan ibadah umroh atau haji.
Salah seorang diantaranya mau tidak mau memang harus pergi umroh atau haji setiap tahun, karena dia mempunyai Biro Perjalanan Haji. Jadi bukan hanya karena hobi, tapi memang itulah pekerjaannya. Mendampingi jemaah pergi melaksanakan umroh atau haji.
Tentu dia akan menjalankan ibadah umroh atau hajinya secara serius, karena dia harus bertanggung jawab pada jamaah yang dibimbingnya. Oleh sebab itu mungkin pahalanya berlipat karena selain beribadah untuk diri sendiri, dia juga membantu orang lain untuk pergi umroh atau haji.


     Tapi ada seorang kenalan saya yang lain, kebetulan berstatus Konglomerat Plus, yang juga hampir setiap tahun pergi ketanah suci. Tentu untuk melaksanakan haji. Paling tidak untuk ber umroh.
Tentang hobinya pergi ketanah suci, dia cuma bilang dengan entengnya:
”Saya sih pergi umroh atau naik haji untuk ngecas baterai saja”.
Tidak jelas apa yang dimaksudkannya dengan ‘ngecas baterai itu.
Emangnya dia senter atau aki. 
Tapi takjub juga saya melihat sepak terjang ‘Pak Konglo’ ini.
Kerjanya mungkin memang yahuud, karena rejekinya juga seperti air hujan, deras sekali.
Ibadahnya tampak sangat bersungguh-sungguh (setidaknya itu yang terlihat secara kasat mata).
Akan tetapi, masya Allah ternyata maksiatnya juga rajin sekali!
Itu menurut penuturan orang-orang yang sering berada disekitarnya. Naudzubillah.

     Inilah kisah ‘buka-bukaan’ yang saya dengar dari teman akrabnya. Seluruhnya tentang  maksiat yang sering dilakukannya. Soalnya ini hanya diketahui oleh 'kalangan terbatas' saja.
Nyabu? O itu soal kecil, karena menurut dia nyabu itu tidak membuat mabuk. Malah bisa menyegarkan, begitu katanya. Yang dilarang agama kan minum atau makan sesuatu yang memabukkan.
Walah. Ini sih alasan karena dia cuma mau menangnya sendiri saja.
Main perempuan (maaf)? Ini hobinya yang lain selain makan enak!
‘Koleksi’ nya -katanya- sangat beragam, dari ‘ayam kampung’ sampai ‘ayam kampus’. Dari perempuan ‘biasa’ (memang ada yang luar biasa ya?) sampai artis dalam dan mancanegara.

     Sebagai seorang Konglomerat memang ia punya pergaulan yang sangat luas. Tentu dengan modal uang seabrek. Barangkali malah tidak pakai nomor seri  tuh uangnya, saking banyaknya.
Main judi? Ah itu sih kerja sampingannya.
Lucunya (atau anehnya?), konon ia selalu menang kalau main judi, model apapun nama judinya. Secara bercanda teman-teman dekatnya berkata, bahwa kalau Pak Konglo sedang bokek, ia justru langsung pergi berjudi. Kalau perlu sampai keluar negeri. Pulang dari berjudi itulah (hampir selalu) kocek nya akan penuh kembali.
Jadi, kalau menurut hitung-hitungan versi dia sendiri, seimbanglah antara ibadah dengan maksiatnya. Astagfirullah.
Saya sempat berpikir, barangkali Allah SWT memang sedang nglulu dia (apa ya bahasa Indonesianya 'nglulu'?).
Ya, Konglomerat ini menurut saya memang orang yang sungguh ‘extra ordinary’.
Tapi dimata teman-temannya, dia termasuk orang yang solidaritasnya tinggi. Murah hati, dermawan dan ringan tangan membantu orang lain yang kekurangan.
Itu sebabnya popularitasnya juga tinggi. Tidak heran kalau temannya buuuanyak sekali. Sebagian malah rela jadi ‘punakawan’nya yang siap sedia ikut kemanapun dia pergi. Kalau perlu mengorbankan tenaga dan moril untuknya. Karena ‘Pak Konglo’ tak butuh lagi korban materiil dari teman-temannya. Luar biasa kan?

Ibadah rutin yang dilakukan ‘sambil lalu’

     Jadi, ini sekali lagi menurut versi dia, pergi umroh atau naik haji setiap tahun itu baginya hukumnya wajib. Mungkin selain untuk ‘ngecas baterai’, didalam lubuk hatinya dia juga ingin melebur dosa-dosanya.
Yang hebat, kalau si Bos Konglo ini pergi umrah atau naik haji, dia pasti minta semua fasilitas yang serba plus. Dari tiket pesawat sampai hotel selama tinggal di Arab Saudi. Padahal dia selalu membawa serta ‘geng’ nya, yang semuanya dibayar dari rekening pribadinya. Dan ‘geng’ nya itu jumlahnya bisa puluhan orang. Dari sanak saudara sampai handai dan taulan. Konon PRT nya saja sampai bosan tiap tahun diajak pergi umroh!
Tapi menurut teman-teman yang pernah ikut bersama dia naik haji, selama di tanah suci si Konglo ini hampir selalu mengalami hal-hal yang  membuat tidak nyaman. Mulai dari kehilangan barang sampai konflik (bahkan berkelahi) dengan orang Arab. Itu belum termasuk hal aneh-aneh serta‘remeh-temeh’ yang bagi orang lain bisa bikin sakit kepala.

     Tapi bukan Bos namanya kalau dia ‘ngeper’. Dia malah selalu tampil percaya diri bahkan kadang agak over acting. Itulah memang ciri khasnya.
Saking kelewat seringnya pergi ketanah suci, maka dia melakukan perjalanan haji ini seperti melakukan hal lain yang rutin. Bahkan hanya seperti orang yang pergi berwisata saja. Karena walaupun berada ditanah suci, dia tak melupakan kebiasaannya menghamburkan uang untuk berbelanja apa saja.
Ritual hajinya sendiri dilakukan seperti asal-asalan atau ‘sambil lalu’ saja.

Kalau ada rukun haji yang bisa diwakilkan, dengan enteng dia akan meminta para ‘punakawannya’ yang setia untuk mewakili dirinya. Seperti melempar Jumroh, misalnya. Untuk itu dia akan selalu bersedia membayar “dam”. Tentu tak lupa tambahan uang tip untuk yang bersedia mewakilinya. Sekali lagi, kalau soal uang memang bukan masalah besar baginya.
Tampaknya dia  sudah ke hilangan ‘greget’.  Menganggap ibadah haji seperti ia mengerjakan pekerjaan sampingan. Tidak seperti orang lain yang menganggap perjalanan haji adalah sebuah perjalanan spiritual yang menyangkut kewajiban dan taqwa kepada Sang Maha Pencipta. Terkadang bahkan harus disertai perjuangan  ‘hidup-mati’ untuk mengharap ridha Allah SWT.

     Bagaimanapun, kita sesama mahluk Allah tentu tidak bisa memberikan vonis kepadanya, karena sesungguhnyalah hanya Allah SWT yang maha tahu dan hanya Ia lah yang berkuasa atas mahluk Nya.
Soal apakah ibadah haji seseorang mabrur atau tidak, juga hanya Allah Swt yang mengetahuinya. Dan pasti tidak tergantung pada banyak atau sedikitnya seseorang pergi ketanah suci. Sejatinyalah ibadah haji yang diwajibkan kepada setiap muslim hanya satu kali saja seumur hidup.

     Dan hanya Allah sang pencipta yang berhak memberikan reward  untuk ibadah yang satu ini.




Jakarta, awal bulan haji 2009
(bahan tulisan untuk buletin "Warta Pajimatan")

Tidak ada komentar:

Posting Komentar