Rabu, 28 September 2011

"AURA"


Tulisan lepas:


Lukisan  Aura Dewa Wisnu


released by mastonie on Tuesday, September 27, 2011 at 7:14pm


(Pernahkah anda bertemu dengan seseorang yang sama sekali belum pernah anda kenal, namun anda merasa begitu ‘nyaman’, sejuk, tenteram dan tenang? Atau barangkali malahan sebaliknya, anda merasa gerah, panas dan ingin bersegera meninggalkan orang yang baru saja anda temui? Tidak salah lagi. Kesan anda ketika bertemu dengan seseorang yang ‘baru’ dalam kehidupan pergaulan anda boleh jadi akan memberikan kesan mendalam melalui sesuatu yang tidak kasat mata. Kesan itu timbul bukan karena busana yang dikenakan, tutur kata yang bisa saja dibuat-buat, atau keramah-tmahan yang bisa saja semu. Kesan itu seperti timbul dari ‘dalam’ yang juga langsung menyentuh kedalam sanubari anda. Boleh jadi itulah yang dinamakan ‘aura’ yang memancar dari pribadi seseorang)


Tidak terdapat dalam kamus dan ensiklopedi ‘biasa”.

Kata “Aura” tidak bisa saya temukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ensiklopedi Indonesia (EI) maupun Ensiklopedi Nasional Indonesia (ENI). Bahkan dalam buku Thesaurus Bahasa Indonesia (TBI) yang terbaru sekalipun. Dalam KBBI, EI dan TBI, setelah kata ‘aur’ yang berarti buluh atau bambu, langsung ke kata ‘aurat’ yang diberi penjelasan: bagian badan yang tidak boleh kelihatan (menurut hukum agama), telanjang, kemaluan, dst.


Lukisan tentang  aura Budha
Adapun dalam ENI setelah kata ‘Aum’ atau Om yang merupakann kata paling suci dalam agama Hindu, dibawahnya langsung tertulis kata ‘Aura Budha’ dengan penjelasan agak lengkap tentang sinar suci yang keluar dari tubuh Sang Budha Gautama pada saat pertama kali  mencapai ‘Penerangan Sempurna’ dibawah pohon Bodhi  di Uruvela pada tahun 508 SM.
Saya baru menemukan kata atau istilah ‘Aura’ itu dalam buku tentang paranormal dan parapsikologi. Didunia parapsikologi, paranormal dan penganut aliran spiritual lain, aura disebutkan sebagai sebuah lempeng cahaya yang bersinar menyelimuti tubuh manusia. Sinar ini tidak kasat mata, kecuali orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan (atau telah berlatih khusus) untuk melihatnya.
Secara ilmiah barangkali aura bisa didefinisikan dengan biolistrik yang merupakan suatu lapisan yang ada di sekitar tubuh manusia dan digunakan untuk melambangkan kondisi energi, kesehatan serta karakter seseorang.


Usaha untuk bisa melihat aura manusia

Ternyata sejak Budha diketahui bisa mengeluarkan sinar suci dari tubuhnya pada tahun 580 SM, manusia telah berusaha dengan keras untuk dapat melihat ‘sinar ajaib’ tersebut pada diri semua orang. Bahkan sudah lama pula ada usaha untuk bisa memotret sinar yang disebut sebagai ‘aura’ itu.
Pada saat sinar “X” atau rontgent ditemukan, memang sudah ada usaha untuk memotret ruh atau nyawa manusia dengan memakai sinar X yang dilakukan oleh Dr Duncan Mac Dougall pada tahun 1911. Percobaan itu dilakukannya pada seseorang ketika masih hidup dan sesaat kemudian setelah orang meninggal dunia. Namun tidak ada laporan pasti terhadap hasil penelitian dokter Duncan itu.
Barangkali diilhami oleh usaha tersebut, beberapa Ilmuwan terkemuka berusaha menemukan alat potret khusus untuk memotret aura. Diantaranya yang ditemukan oleh Semyon Davidovich Kirlian, seorang insinyur listrik, tahun 1939, yang disebut sebagai “Alat Potret Kirlian”.

Aura manusia berwarna warni

Konon aura yang terdapat pada tubuh manusia sangat berwarna-warni. Setiap orang tidak akan memiliki warna aura yang sama. Karena warna aura sangat ditentukan oleh perilaku dan sikap manusia itu masing-masing. Bahkan aura seseorang bisa saja berubah, sesuai dengan usianya yang makin bertambah. Suasana hati dan pengalaman hidup, bahkan lingkungan sekitarnyapun bisa membuat aura seseorang berubah pula.
Disebutkan bahwa warna aura dapat menunjukkan kepribadian seseorang. 
Konon kabarnya menurut hikayat, sinar suci yang keluar dari tubuh Budha berwarna biru, kuning, merah, putih, jingga serta gabungan dari kelima warna tersebut. Semua warna mempunyai arti tertentu. Biru pertanda baik, kuning melambangkan kebijaksanaan, merah menandakan cinta kasih, putih adalah lambang kesucian, sedangkan warna jingga adalah warna pertanda semangat. Dengan demikian gabungan dari lima warna tersebut berarti gabungan pula dari kelima sifat baik itu.
Gambar aura manusia
Pada tahun 1911, seorang dokter dari Inggris bernama Walter Kilner telah melakukan percobaan yang menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa badan atau tubuh manusia memang dikelilingi oleh sinar berwarna warni yang ia sebut sebagai “spectrum warna sinar ultra violet (UV)”. 
Akhirnya ia berhasil menyusun sebuah skema warna yang digolongkannya sebagai kelompok positip dan kelompok negatip sebagai berikut:  
* Kelompok warna yang melambangkan sifat positip:
Merah dadu melambangkan rendah hati atau sifat estetika
Orange (jingga) pertanda vitalitas atau dinamika
Kuning menunjukkan intelektual
Hijau melambangkan energy dan kreatifitas
Biru menunjukkan berkembangnya tingkat spiritual
Indigo pertanda kebijaksanaan
Perak melambangkan seseorang yang lincah dan multi talenta
* Adapun kelompok warna yang berarti sifat negatip adalah:
Merah tua memperlihatkan sifat rendah hati dan kurangnya rasa keindahan
Merah kecoklatan menandakan kebencian dan kekejaman
Merah asli pertanda nafsu
Kuning Tua memperlihatkan rasa curiga dan iri hati
Hijau tua melambangkan kecemburuan
Hijau zaitun menggambarkan pengkhianatan
Coklat pertanda seorang yang ambisius
Kelabu adalah lambang kepicikan dan kelicikan

Bagaimana mengetahui aura seseorang? Dijaman ilmu pengetahuan sudah sangat modern ini ternyata selain alat foto yang disebut sebagai Foto Kirlian, ada beberapa penemuan alat untuk melihat  aura yang jauh lebih sempurna yang diciptakan oleh para ahlinya.
Di Indonesia ada beberapa orang yang menyatakan diri sebagai ahli memotret aura yang menghasilkan foto yang dilengkapi pula dengan analisanya sekaligus. Tentu apabila anda berminat untuk mendapatkan foto dan analisanya, anda  harus membayar ongkos yang lumayan mahal. Karena perangkat lunak dan keras dari peralatan untuk ‘membaca’ aura juga membutuhkan investasi yang cukup besar.
Beberapa ahli yang lain menyatakan bisa melihat aura dengan mata telanjang. Bahkan mereka mau berbagi ilmu dengan memberikan petunjuk cara-cara untuk melihat aura diri sendiri dan orang lain. Untuk itu mereka rela menulis didunia maya (internet) dan menerbitkan berbagai macam buku tentang aura dan cara membaca atau melihatnya.

Saya menulis tentang aura ini hanya sekedar untuk membagi rasa ingin tahu tentang sesuatu ‘kata atau istilah’ yang sering jadi bahan pembicaraan tapi ternyata kata tersebut tidak terdapat dalam kamus dan ensiklopedi biasa di Indonesia.
Jadi jika anda tertarik membaca tulisan saya lalu berniat dan berminat mengetahui warna aura tubuh anda, silakan membuka situs di internet atau pergi ketoko buku untuk mencari buku petunjuknya.
Terus terang saya kurang berminat untuk tahu warna aura tubuh saya sendiri, karena saya tahu hasilnya pasti tidak bagus.
Saya telah berlaku jujur kan?
Dan ternyata jujur tidak dilambangkan dengan satu warna yang khusus.

2 komentar:

  1. terima kasih mastonie, atas tulisan aura ini. Tadinya, yang saya ketahui 'aura' itu adalah pancaran sinar, nggak tahu kalu ada hijau, kuning, biru dsb. Itupun menurut pengartian saya sendiri dari hasil membaca, dan tak pernah mencari di kamus, karena memang saya nggak pernah tertarik untuk mengetahui aura yang memang nggak bisa dilihat oleh kasat mata.
    Saya saluut mastonie bisa mengangkatnya menjadi tulisan yang bagus dan enak dibaca.
    Jangankan koq aura yang memang enggak kelihatan, wajah saya sendiri saya nggak tahu kan kalau ga' pakai cermin? Adalah suatu hal yang mutlak bahwa kita tidak dapat melihat wajah sendiri secara nyata.
    Suatu kali aku pernah merenung, mengingat-ingat rona wajahku.
    Kucari dlm anganku namun tetap tak kutemu. Wajahku sendiri.. ternyata aku lupa..
    Padahal telah sering ku berdiri didepan kaca. Mematut diri memoles muka.
    Usai berdandan, kaca tertinggal, bayangan pun sirna.

    BalasHapus