Kamis, 15 September 2011

ANDA "NARSIS"? JANGAN TAKUT: ANDA TIDAK SENDIRI!

Tulisan lepas:




Lukisan "Narcissus" karya Michael Angelo


released by mastonie on Thursday, September 15, 2011 at 11:33am


(Tulisan ini sengaja saya buat karena mendengar banyak sekali keluhan sahabat dan teman –termasuk diri saya sendiri- yang sering dituduh sebagai seorang yang “narsis”. Tentu ini bukan semacam pembenaran. Tapi setidaknya bisa membuat anda tidak terlalu khawatir akan tuduhan tak berdasar itu)

Alkisah dijaman baheula, ada seorang Pejabat atau tokoh penting di kerajaan  Yunani Kuno bernama Narkissos (bhs Yunani: Narcissus).
Dia adalah seorang yang sangat mencintai dirinya sendiri. Sebegitu rupa sehingga pekerjaannya hanya termenung ditepi kolam sambil menikmati ketampanan wajahnya yang membayang dikolam. Mungkin pada saat itu kaca cermin belum diketemukan.
Karena si Narkissos ini kemudian lalu menjadi lupa kepada tugas dan kewajibannya (selain menikmati ketampanan wajahnya) maka dia dikutuk oleh Dewa. Ketika tangannya mencoba mengusap wajah eloknya yang terpantul dikolam, tiba-tiba dia jatuh tenggelam.
Dari dalam kolam tersebut kemudian muncullah tanaman yang berbunga putih -atau kuning- yang kini disebut sebagai bunga Narsis (Latin: Amarylidaceae).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita temukan kata narsisisme (dari bhs Inggris: Narcissism) yang disebutkan sebagai:
“1 hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan, 2 hal atau (keadaan) mempunyai kecenderungan (keinginan) seksual dengan diri sendiri”.

Ketika jejaring sosial seperti Facebook (FB) dan Twitter, ‘melanda’ Indonesia, kata “narsis” (potongan dari kata narsisisme) kemudian jadi sangat populer. Hal itu dihubungkan dengan seseorang yang sangat gemar memamerkan gambar atau foto dirinya dalam akun yang ada (terutama) di Facebook  yang sering dipelesetkan dengan kata ‘pesbuk’ oleh para ‘pesbuker’ itu.
Anda punya akun di pesbuk? Bisa jadi anda termasuk orang yang narsis juga.
Tapi tidak usahlah resah dan gelisah. Anda ternyata tidak sendiri.

Pakar psikologi (psikoanalis) Sigmund Freud dan Andrew Morrison juga mengakui bahwa sifat narsisisme secara alamiah ada pada setiap manusia sejak dia dilahirkan.
Hanya kadarnya saja yang berbeda pada setiap orang.
Besar atau kecilnya dipengaruhi oleh lingkungan dan keadaan dimana dia dibesarkan.
Narsisisme dalam kadar yang cukup justru sangat dibutuhkan dalam pergaulan seseorang dengan orang lainnya. Selain akan membentuk self confidence (kepercayaan diri) yang kuat, narsisisme dalam batas normal akan menimbulkan persepsi yang seimbang antara dirinya dengan orang lain. Sifat itu juga akan membentuk ambisi seseorang menjadi lebih baik. Dan itu masih (atau malah) sehat.
Oleh sebab itu apabila anda masih termasuk orang yang punya kadar narsisisme yang normal, anda tak perlu khawatir.
Sesungguhnya manusia secara alamiah dan naluriah memang mempunyai bakat narsis. Bakat untuk mencintai diri sendiri termasuk keluarga dan kerabat terdekatnya.
Bukti bahwa manusia sangat mencintai diri sendiri adalah seperti yang dilakukan oleh si Narkissos. Oleh sebab itu akhirnya namanya yang diabadikan sebagai julukan bagi orang yang suka memuja diri sendiri.
Sebelum cermin ditemukan, manusia memang melihat dirinya dari bayangan yang terpantul dalam air. Setelah itu manusia terus berusaha menemukan alat yang bisa untuk melihat bayangan dirinya sendiri.
Manusia Purba ternyata sudah berusaha membuat alat yang kini disebut sebagai cermin.
Cermin paling kuno ditemukan berasal dari tahun 6000 SM didaerah Anatolia (Turki). Terbuat dari kepingan batu kaca volkanik yg disebut obsidian. Cermin kuno juga sudah ditemukan di Mesopotamia dan Mesir. Semua berasal dari  sekitar tahun 6000 - 4000 SM.Orang Cina pada sekitar tahun 2000 SM menggosok logam sampai sangat mengkilat untuk dijadikan cermin.
Diketahui baru pada sekitar abad ke 9, seorang ilmuwan Muslim bernama Abu Sa'd al-Ala' Ibnu Sahl menulis buku berjudul al-Durra al-Maknuna (Book of hidden pearl, Kitab mutiara yang tersembunyi) yang bisa dianggap sebagai pelopor pembuatan cermin modern.
Bukti lain bahwa manusia sangat mencintai dirinya adalah kenyataan bahwa hampir semua Raja/Ratu yang berkuasa pada jaman dahulu mempunyai pelukis pribadi yang bertugas melukis semua anggota keluarga kerajaan. Tidak heran disemua Istana Raja dimana saja dapat kita temukan lukisan wajah keluarga Istana yang selalu lebih indah dari aslinya.
Beberapa pelukis kerajaan di Eropa yang terkenal diantaranya adalah Michael Angelo dan Leonardo Da Vinci. Indonesia juga pernah mempunyai seorang pelukis naturalis besar yang dipercaya jadi pelukis kerajaan. Nama pelukis tersohor yang bekas rumahnya di jalan Cikini Jakarta kemudian dijadikan RS Cikini itu adalah Raden Saleh.

Menurut sejarahnya, cikal bakal alat foto (kamera) dan fotografi (dari bahasa Yunani: Phos: cahaya dan graphein: tulisan atau gambar) sudah ditemukan sekitar abad 9 - 10 Masehi. Waktu itu seorang ilmuwan Muslim bernama Abu Ali al-Hasan Ibnu al-Haitham (965 - 1039 M) telah menulis buku berjudul  Kitab al-Manazir (Buku Optik). Al-Haithamlah yang disebut telah menemukan sebuah alat yang bisa mengambil gambar yang disebut sebagai camera obscura (camera = kamar, obscura = gelap).
Baru sekitar abad 16 M kamera foto disempurnakan oleh Giovani Battista Della Porta (1534-1615 M). Penemuan alat optik dan fotografi ini jelas menunjukkan usaha manusia untuk menemukan sebuah alat yang bisa untuk mengabadikan (terutama adalah) dirinya sendiri.
Walaupun kelak kemudian hari juga terbukti berguna untuk memotret obyek yang lain.
Bakat mencintai diri sendiri (yang kemudian disebut sebagai narsis) itu memerlukan ‘keran pelepasan’ atau pelampiasan yang baik dan benar, sepanjang itu tidak berlebihan sehingga sampai mengganggu orang lain.
Melampiaskan bakat narsis seseorang melalui jejaring sosial seperti facebook dan twitter atau didalam blog maupun website pribadi adalah sesuatu yang wajar dan tidak perlu dipersoalkan.
Jadi, silakan saja meng upload  foto diri atau keluarga anda sepuasnya di akun jejaring sosial yang anda miliki.  Yang perlu anda khawatirkan adalah jika anda malah cenderung berkembang menjadi sosok pribadi yang tidak suka menonjolkan diri, tertutup (introvert) dan menutup pergaulan dengan orang lain. Bahkan jika mempunyai akun jejaring sosialpun, orang yang 'tertutup' akan menyembunyikan data dirinya atau bahkan foto dirinya.
Itu artinya secara sengaja dia ‘membunuh’ sendiri sifat narsisisme yang ada pada dirinya dengan cara yang tidak normal. Entah dengan alasan apa.
Mudah-mudahan bukan karena dia merasa sebagai sang “itik buruk rupa”.

Satu hal lagi yang perlu diketahui, apabila sifat narsisisme tumbuh secara berlebihan, maka hal tersebut sudah merupakan sesuatu yang tidak sehat atau bahkan cenderung merusak.
Narsisisme yang berlebihan dapat berubah menjadi kelainan kepribadian yang bersifat patologis.
Kelainan kepribadian yang biasa juga disebut sebagai deviasi atau penyimpangan kepribadian adalah istilah umum untuk jenis penyakit mental yang diderita oleh seorang manusia.
Cirinya adalah, pola berpikir (mindset) dan cara memahami situasi serta kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain yang tidak berfungsi secara normal.
Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat negatip, seperti selalu merasa paling pandai, paling jago, paling tampan atau cantik dan merasa paling mampu mendapatkan perhatian dari orang lain.
Dia juga sangat mencintai diri sendiri sehingga bisa  cenderung menjadi seorang yang tidak pernah menghargai orang lain. Merasa paling super. Itu kata tepatnya.
Padahal Superman sendiri konon dalam kisahnya malah tidak pernah merasa sebagai seorang yang super.
Entah kalau Suparman. Hehehe...yang namanya Mas Parman jangan tersinggung ya? Just joke man!
Yang terparah, hal tersebut akan membentuk seseorang menjadi manusia “megalomania”. Yaitu seseorang yang mempunyai penyimpangan atau kelainan jiwa  dengan ditandai oleh sifatnya yang suka membayangkan atau bahkan mengekspresikan diri seolah dia adalah orang yang paling “besar” dan paling berkuasa.
Celakanya, sifat narsisisme dalam takaran berlebih yang cenderung negatip itu sekarang justru banyak kita temui dalam diri para Pejabat dan atau Pemimpin dinegeri ini.
Dimanapun tampil, dia akan selalu menjaga 'image'  (istilah abegenya "ja'im") sekaligus sembari melakukan “tebar pesona”.
Sering ‘curhat’ untuk mendapatkan belas kasihan dan rasa iba dari orang lain termasuk dalam narsisisme yang menyimpang itu.
Perilaku yang dia anggap ‘biasa dan wajar saja’ itu justru merupakan perilaku menyedihkan, karena sesungguhnya dia tidak mampu menjalankan perannya dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Dimana-mana si penderita narsisis negatip ini akan selalu menyombongkan kehebatan pribadinya.
Penderita penyimpangan perilaku ini biasanya juga "soliter" (menyendiri). Nyaris tak punya teman,  karena sungguh tidak mudah berteman dengan orang yang selalu mengagungkan diri sendiri itu.
Menurut perasaannya, tak ada seorangpun manusia dibumi ini yang mampu melebihi kehebatan dirinya.
Dia tidak akan bisa menjadi seorang pendengar atau pemerhati yang baik. Karena akan terus saja mengkritik orang lain sambil berusaha meminta perhatian  agar mengelu-elukan kehadirannya sebagai orang yang paling "TOP" disegala bidang. Dimanapun dia berada!
Nah. Dengan tanpa bermaksud merendahkan martabat seseorang, sesungguhnyalah  orang-orang (yang mengidap narsisisme negatip) seperti itulah yang berhak dicap sebagai kaum “NARSIS SEJATI”.  
Wallahu a’lam.

Walaupun apa yang saya tulis serba dangkal karena saya jelas bukan seorang pakar psikoanalisa, saya tetap berharap semoga dengan materi yang saya ambil dari beberapa sumber ini tidak lagi menjadikan anda khawatir berlebihan apabila ada orang lain yang tega menuduh anda sebagai seorang yang “narsis”.
Biarkan saja. Anda masih normal koq. Dan masih banyak temannya.

So what geeetu lhoooooh……

3 komentar:

  1. Nggak apa-apa mas Tonny, wajar aja kan tidak merugikan orang lain. Semua normal saja. Menurut psikologi semua orang pasti mempunyai kelainan jiwa, seniman, filsuf, ilmuwan, ekonom dll.

    Bagi kita, org yg berkelakuan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yg kita anut kita sebut orang tersebut sebagai orang devian alias tidak normal. Menurut metode penelitian sosiologi jaman Durkheim seorang baik budi di antara 9 orang pencuri maka seorang baik budi tadi dianggap sebagai devian.

    Eksekutif dan legislatif kita merasa normal saja kok walaupun korupsi menurut ajaran agama adalah dosa. Kita yang tidak merugikan org krn cuma mengaktualisasikan diri di FB kok gelisah.Tenang aja mas, lanjutkan.

    BalasHapus
  2. Hehehehe....akhirnya ada juga pakar yang mau komentar tentang tulisan saya ini.
    Trima kasih bang Onyx. Betapapun dangkalnya pengetahuan saya, tapi saya tetap memberanikan diri untuk menulis sesuatu yang saya anggap penting untuk diketahui awam. Seringkali kita temukan persepsi yang keliru, yang terkadang (sialnya) ditujukan kepada kita, oleh orang2 yang "sok teu". Satu diantaranya tentang sinisme perihal mereka yang suka memamerkan foto diri atau keluarganya di jejaring sosial.
    Terus terang saya termasuk salah satu diantaranya. Daripada terus 'menderita' krn sindiran2 itu, lbh baik saya utarakan saja sebisa saya, apa yang saya ketahui.
    Tentu sangat jauh dari sempurna, apabila dibandingkan dengan pengetahuan atau ilmu Bang Onyx, misalnya.
    Btw trm ksh sekali atas masukan berharganya.
    Semoga Bang Onyx berkenan menguliti tulisan saya yang lain lagi.
    Selamat menjelang Perayaan Natal. Semoga damai dibumi.....

    BalasHapus
  3. Waduh mas saya tidak tahan mendengar ini "Tentu sangat jauh dari sempurna, apabila dibandingkan dengan pengetahuan atau ilmu Bang Onyx". Keberatan mas Tony, hue.he.he.he. Bukankah kita harus saling mengisi sesama anggota Indonesia Menulis? Nanti juga saya tagih mas Tonny utk memberi masukan utk tulisan saya. Setuju kan mas? Harus setuju dong.

    Sempurnanya tulisan tidak akan berhasil jika tidak karena ada diskusi antar teman. Sayapun banyak belajar dari semua orang karena mereka pasti punya kelebihan masing-masing yang tak saya punyai.

    BalasHapus