Selasa, 10 Mei 2011

"KISAH SEDIH, SARU, SERU DAN SERAM DISEPUTAR TANAH HARAM..."


(cuplikan dari: "kisah2 spiritual" mastonie)

( 15 )

Jemaah tawaf mengelilingi Ka'bah  


(Released by mastonie on Tuesday, May 10, 2011 at 03.55 pm)


Kisah-kisah unik diseputar Masjidil Haram dan tanah haram…..

Lama sebelum menginjakkan kaki yang pertama kali ke tanah suci,  saya sudah mendengar cerita, kisah, gosip atau kabar burung tentang hal-hal yang aneh, lucu, unik bahkan kadang menakutkan dan seperti tidak masuk akal, yang terjadi atau menimpa para jemaah haji. 
Khususnya yang sering terjadi di Masjidil Haram maupun yang secara umum sering terjadi di tanah suci.
Semula saya hanya menanggapi cerita itu dengan adem ayem saja. Saya anggap sebagai bumbu cerita mereka yang baru pulang berhaji, agar yang mendengar bisa terpesona dan terkesima.
Bahwa pergi menunaikan ibadah haji ketanah suci adalah sesuatu yang sakral, itu tak dapat saya pungkiri. Jadi wajar saja kalau kadang orang lalu menghubungkannya dengan sesuatu yang (kadang) diluar nalar atau akal sehat.
Bahkan sebelum saya berangkat menunaikan ibadah haji yang pertama pada tahun 1992, ada yang tega  membisikkan bahwa semua kejadian yang akan saya alami selama berada ditanah suci seratus persen akan sangat tergantung kepada “amal ibadah” saya selama ini. .
Waduuuuh…lha koq jadi sereeem amat yaaaa? Padahal  bang Amat saja tidak serem.
Apakah hal tersebut yang menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang kaya yang sudah mampu secara materiil tapi tetap belum mau pergi haji (atau umroh)?
Wallahu a'lam.
Sebelum pergi haji pada tahun 1992 itu, saya kebetulan mendapat kesempatan pergi umroh Ramadhan (ditahun yang sama) bersama Pejabat Tinggi Negara dengan status undangan raja. Jadi prosesi ibadah umrohnya lancar-lancar saja. 
Bagaimana tidak lancar kalau selama berada ditanah suci pergi kemana-mana selalu dikawal oleh Askar.
Jadi pada saat menjalankan umroh dibulan Ramadhan itu saya tidak sempat mengalami hal-hal yang ‘neko-neko’ (aneh-aneh).
Agar supaya anda tidak penasaran, kisah atau cerita seru dan seram seperti apa yang pernah saya dengar dan alami sendiri, berikut ini kisah-kisahnya. Semoga tidak membuat anda kecil hati dan ciut nyali untuk melaksanakan ibadah umroh atau haji.


Jangan pernah takabur, sombong atau tinggi hati

Jemaah ‘hilang’ atau tersesat bin tersasar adalah hal yang sangat sering terjadi pada jemaah calon haji Indonesia. Petugas Daker (Daerah Kerja) di Mekah dan Medinah selalu dibuat pusing dengan jumlah “jemaah sesat” (maksudnya tersesat) ini. Dari tahun ketahun jumlahnya malah terus bertambah seiring dengan makin banyaknya jumlah jemaah (calon) haji dari tanah air. 
Tapi rekor jumlah jemaah yang tersesat masih  tetap terbanyak di Daker Mekah.
Masjidil Haram yang mempunyai banyak sekali pintu dan situasi jalan di kota Mekah al-Mukaromah yang selalu padat adalah salah satu faktor yang membuat jemaah kehilangan orientasi tempat. Terutama sangat sering menimpa jemaah yang sudah lanjut usia dan yang buta aksara latin maupun arab. 
Gabungan dari keduanya (tua dan buta aksara) bisa menjadi sangat rawan apabila yang bersangkutan terlepas dari rombongannya. Itu sebabnya jemaah Calon Haji Indonesia selain diberi jaket seragam juga diberi semacam gelang pengenal bertulisan jati diri memakai huruf latin dan Arab, agar mudah dikenali kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap jemaah yang bersangkutan.
Akan tetapi ada faktor lain yang barangkali dapat disebut sebagai “tergantung amal ibadah” yang sering jadi bahan olok-olok sesama jemaah itu.
Kepercayaan diri yang terlalu besar (over confident), atau sering disebut ‘over pede’ adalah suatu hal yang acapkali terjadi. Merasa sudah sangat sering datang ketanah suci, merasa hafal jalanan dikota Mekah dan rasa-rasa takabur yang lain, akhirnya seperti mendapat ‘balasan langsung’ dari Allah Swt: menjadikan seseorang disorientasi,  lupa ingatan dan tersesat.
Ini bukan cerita isapan jempol. Seorang teman yang anggota TNI penyandang ‘melati’ tiga biji dipundaknya (Kolonel), termasuk yang pernah ‘diwelehke’ (ditunjukkan kesalahannya) oleh  Allah Swt, Sang Maha Tahu.
(Barangkali) karena merasa ia seorang Perwira Menengah yang sudah kenyang makan asam garam dan tahu seluk beluk kota Mekah dan Masjidil Haram, ia menjadi jumawa (tinggi hati). Namun pada akhirnya toh menyerah juga. Ia merasa seperti hanya berputar-putar saja didalam Masjidil Haram sehingga iapun kesulitan mencari jalan untuk keluar dari Masjid! Dari waktu sholat Isya berjamaah sampai hari terang benderang, ia tidak dapat menemukan ‘meeting point’, titik pertemuan yang sudah kita sepakati bersama, yaitu lampu neon HIJAU yang digunakan sebagai tanda awal dimulainya ibadah tawaf. 
Terletak disalah satu dinding masjid,  lurus kearah Hajar Aswad, lampu neon berwarna hijau ini menyala 24 jam untuk menjadi pegangan bagi para jemaah guna memulai tawaf. 
Dahulu bahkan ada garis coklat yang ditorehkan dilantai marmer dari arah Hajar Aswad sampai dibawah lampu neon itu. Kini garis itu sudah dihilangkan oleh sebab (katanya) malah membahayakan jemaah karena harus menatap kebawah mencari garis itu. Tapi lampu neon hijau itu tetap ada ditempatnya.
Dari lima orang yang membuat janji pertemuan dibawah lampu neon itu, hanya empat orang yang dapat berkumpul, sedangkan yang seorang lagi  (yaitu sang Kolonel yang tidak perlu saya sebut namanya) tidak kunjung tiba walau sudah ditunggu sampai sholat Subuh selesai. 
Mau tidak mau sang Pamen harus kita tinggal pulang kembali kepondokan karena sudah waktunya untuk bersih diri dan makan pagi.
Tahu-tahu dalam kondisi kuyu dan pakaian lusuh, beliau muncul diruang makan sambil marah-marah (walau dengan nada bercanda). Katanya teman-teman tidak setia karena tidak mau menunggunya. Ia bahkan kesulitan mencari tempat yang sudah disepakati sehingga  menjadi tersesat tak dapat menemukan jalan untuk pulang.
Akhirnya beliau bertemu petugas dari Daker Mekah yang menunjukkannya “jalan yang lurus dan benar”.
Lho koq? Malah orang lain yang dipersalahkan….
Oleh karena itu jangan sampai punya perasaan takabur apabila sedang menjalankan ibadah di tanah suci. Bukankah takabur juga merupakan sebuah sifat yang tak disukai orang dimana saja?


“Tanya pada diri anda sendiri, dari mana anda mendapat uang sebanyak itu?”

Ini adalah kisah lain lagi tentang seorang Pejabat Tinggi (jemaah calon haji dari Indonesia juga), yang mendapat ‘musibah’ sewaktu menjalankan ibadah tawaf.
Sejak dari tanah air sewaktu menjalani manasik haji, para jemaah calon haji biasanya sudah diingatkan untuk tidak membawa barang-barang berharga termasuk uang dalam jumlah yang  banyak sewaktu menjalankan ibadah tawaf. Sebaiknya barang berharga atau uang dititipkan di “safe deposit box” yang biasanya selalu ada di setiap hotel.

Pada setiap musim haji, halaman Masjidil Haram dimana terletak Baitullah (Ka’bah) selalu penuh dengan ribuan jemaah yang menjalankan ibadah tawaf. Tidak pagi, siang, sore atau malam, gelombang ribuan jemaah tampak tak henti mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran melawan arah jarum jam. Suasana riuh rendah, penuh sesak saling berdesakan, berhimpitan, berdorongan itu seperti begitu saja terjadi. Semua orang berebut mencari tempat sedekat-dekatnya dengan dinding Ka’bah. Siapa tahu bisa menyentuh dinding atau bahkan bisa berhenti mencium Hajar Aswad. 
Walaupun Masjidil Haram adalah (jelas) tempat suci untuk beribadah, tapi nampaknya masih tetap saja ada orang yang berpikiran jahat untuk mempergunakan ‘kesempatan dalam kesempitan’. Sudah tak terhitung banyaknya jemaah (berasal dari seluruh penjuru dunia) yang menjadi korban ‘tangan jahil’, kehilangan barang berharga maupun uang tunai sewaktu sedang menjalankan ibadah tawaf.
Konon demikian pula dengan nasib sang Pejabat Tinggi dari Indonesia itu. Alangkah kagetnya ketika setelah melakukan ibadah tawaf ternyata tas pinggangnya telah sobek. Maka raiblah uang tunai yang disimpan dalam tas tersebut. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, hampir mendekati tigapuluh ribu dolar Amerika Serikat! Sang Pejabat pun berang bukan kepalang. Dengan segera dia mencari lokasi dimana Komandan Askar penjaga Masjidil Haram berada.
Disitu dia meluapkan amarah dan kekesalannya, bagaimana mungkin tempat sesuci Masjidil Haram bisa dikotori oleh tangan-tangan jahil dan jahat. Ia mempertanyakan pula sejauh mana tugas pengamanan yang dilakukan oleh Askar terhadap keamanan para jemaah. Bagaimana bisa dia kehilangan uang dalam jumlah sangat banyak yang sudah tersimpan rapi dalam tas pinggangnya.
Tak melayani debat kusir, konon Komandan Askar hanya bertanya dengan tenangnya:
“Coba anda bertanya pada diri sendiri, dari mana anda mendapat uang sebanyak itu?”
Astagfirullah, terkuncilah mulut sang Pejabat Tinggi mendapat jawaban telak itu.
Sesungguhnyalah Allah Swt telah memberikan keringanan syarat kepada hambaNya untuk dapat melaksanakan rukun Islam yang kelima: yaitu apabila telah baligh dan MAMPU.
Mampu disini berarti secara rohani dan jasmani serta materi. 
Tentu saja materi yang dimaksud adalah yang didapat dengan cara HALALAN dan TOYIBAN.
Bahkan dalam salah satu hadits,  Rasulullah Saw melarang seseorang pergi haji dengan cara BERHUTANG.
Jikalau berhutang (masih masuk kategori halal) untuk ongkos naik haji saja dilarang, apalagi kalau ongkos naik haji yang didapat secara tidak halal.



bersambung…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar