Minggu, 14 Agustus 2011

"ANEKA BOGA PENGGUGAH SELERA" ( 6 )

Tulisan bersambung:

(Catatan tentang kuliner dari yang biasa sampai yang “aeng-aeng”)
-Bahan dan foto dari berbagai sumber-

Bagian Keenam

 Mie Ayam Jamur


Dari daratan Cina merambah kepelosok Nusantara….

     Mustahil kalau ada orang yang bilang tak kenal makanan yang satu ini: Mi, Mie atau Bakmi.
Makanan berbentuk tipis panjang yang dibuat dari tepung ini dikenal luas diseluruh penjuru dunia dengan bermacam nama. Setidaknya ada 3 bangsa yang mengaku sebagai penemu pertama mi: Cina, Arab dan Italia. Tapi berdasarkan penelitian ditemukan bahwa tulisan tertua tentang mi berasal dari Dinasti Han Timur (Cina, antara tahun 25 – 220 M).
Barangkali orang Indonesia mengenal mi (di Jawa disebut bakmi) dari orang Cina yang terkenal sebagai imigran dan pedagang ulet yang berkelana sampai kebenua mana saja.  
Bahan baku mi beraneka macam. Ada yang dari tepung beras, gandum (terigu) bahkan dari tepung ubi atau singkong.
Yang asli dari Cina berwarna kuning atau putih, dibuat dari tepung terigu.

     Ibu saya sangat ahli membuat bakmi goreng. Pada waktu jaman ‘malaise’ (paceklik, susah), sekitar tahun 60-an, orang harus antre untuk membeli (nyaris semua) bahan makanan. Ibu pun mengambil  keputusan ‘cerdas’ (karena kepepet). Makanan pokok yang sehari-harinya nasi diganti dengan nasi jagung atau bakmi. Karena untuk membeli jagung atau bakmi tidak perlu antri.


Saya ingat sering disuruh Ibu untuk membeli beberapa kilo bakmi basah berwarna kuning di pasar Gang Baru (daerah Pecinan) didekat pasar Johar Semarang.  
Setelah itu saya menunggu dengan perut keroncongan sambil mencium aroma sangat sedap yang marak dari dapur dimana Ibu sedang memasak bakmi goreng.
Itulah “bakmi Jowo” terlezat yang bisa saya nikmati.
Barangkali karena sudah sangat kelaparan.
Di kota Semarang dahulu kala bakmi Jowo dijajakan keliling kampung dengan dipikul atau memakai gerobak dorong. Sekarang menu itu sudah merambah sampai keluar kota.

Inilah rahasia resep bakmi Jowo Ibu saya:
Bahannya hanya mi kuning, daging ayam bagian dada, udang (kalau suka). Bisa juga ditambah dengan telur ayam atau bebek.  Sayurannya hanya sedikit daun kol, sawi, daun bawang dan seledri. Bumbunya bawang merah dan putih, kemiri, merica butiran (dulu belum ada merica bubuk), garam, kecap asin dan kecap manis.
Cara membuatnya sederhana, rebus mi kuning sampai mengembang. Tiriskan. Daging ayam dan udang juga direbus. Sisakan kaldu ayamnya untuk tambahan bumbu. Telur bisa didadar atau dicampur pada waktu menumis bumbu. Bumbu lain dihaluskan.
Lalu tumis semua bumbu yang sudah dihaluskan sampai baunya harum. Masukkan daging ayam yang sudah disuwir suwir (disayat kecil) dan udang. Tambahkan telur (kalau tidak suka, telur didadar dan diiris tipis). Tuang sedikit kaldu ayam. Tutup wajan sebentar, tunggu sampai warnanya berubah. Tambahkan daun kol dan sawi, baru masukkan mi kuning dengan dibubuhi garam, kecap asin dan manis sesuai selera. Aduk sampai semua bumbu menyatu dengan mi.
Sajikan hangat dengan ditaburi bawang goreng dan irisan daun seledri.
Yang suka acar bisa menambah dengan acar ketimun dan wortel untuk penggugah selera. 
Untuk membuat bakmi godog (rebus) prinsipnya hampir sama, hanya kuah kaldunya diperbanyak tapi kecap nya dikurangi.

     Di Jakarta terdapat banyak sekali warung bahkan restoran modern yang menjual makanan dengan menu andalan bakmi. Warung Bakmi Jowo bisa ditemukan dimana-mana. Maklum penduduknya kebanyakan pendatang dari Jawa, yang pasti sesekali merindukan kuliner daerah asalnya. Saya yakin dikota besar lain pasti juga terjadi hal yang sama.

     Seiring perjalanan waktu, maka menu bakmi berkembang menjadi sangat beragam.
Yang sangat terkenal adalah mi ayam. Mungkin karena cara pembuatannya yang mudah, murah dan praktis. Para pekerja kantoran yang kantongnya ‘cekak’ biasanya memilih menu yang tidak menguras kantong ini. Menu mi ayam bisa dikombinasi dengan bakso, pangsit dan lain-lain yang semakin membuat lidah menari-nari.
Walaupun sekarang banyak diproduksi mi instan bermacam merk dengan berbagai rasa, namun pesona mi ayam tetap tak tergoyahkan.

     Menu sederhana tapi enak rasanya ini sangat mudah dibuat. Bahan utamanya hanya mi kuning dan daging ayam serta sedikit sayuran (biasanya caisim dan daun bawang).
Kalau mau komplit bisa ditambah jamur, bakso atau pangsit. Bumbunya hanya bawang merah dan putih, kecap asin, kecap ikan, merica dan garam.
Cara pembuatannya juga sangat mudah. Masukkan mi dalam air mendidih sampai mi empuk dan mengembang. Tiriskan. Rebus ayam sampai empuk. Sisihkan kaldunya untuk dicampur dengan bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan. Bubuhi kecap ikan, kecap asin. merica dan garam secukupnya. Ada juga yang menumis daging ayamnya lebih dahulu dengan kecap asin dan kecap ikan, sehingga warnanya jadi kecoklatan. Terserah selera masing-masing.
Sajikan mi dengan ayam yang sudah dipotong dadu. Tambahkan bakso, jamur atau pangsit. Siram dengan kuahnya. Bubuhi dengan irisan daun bawang, caisim dan bawang merah goreng. Yang suka pedas bisa menambahkan saus cabe dan atau saus tomat yang bisa dibeli botolan.
Sebaiknya mi ayam disantap selagi hangat. Sedaaaaaaaap…….


Suatu ketika dalam sebuah resepsi pernikahan putri seorang kawan, saya pernah terpesona dengan sajian menu ekstra disalah satu gubugnya. Disitu tertulis nama: “Mi Kangkung”.
Wah, ini pasti menu mi modifikasi. Dengan perasaan ingin tahu sayapun mencoba.
Ternyata rasanya lebih dari lumayan. Iseng saya amati sambil sedikit bertanya pada ‘koki’ yang sedang sibuk melayani menyiapkan mi kangkung untuk tamu lain yang sedang antri. Bahannya tampaknya cukup sederhana. Mi basah, kangkung akar yang cuma dipetik daunnya saja, telur burung puyuh rebus dan daging ‘slice’ (diiris tipis). Bumbunya terdiri dari bawang merah dan bawang putih, merica, garam, kecap asin atau kecap ikan, kecap manis dan ebi (udang kering). Ada juga arak Cina (ang ciu), tentu ini bumbu ‘fakultatif’,  boleh dipakai boleh tidak. Semua bumbu dihaluskan dan masukkan dalam kaldu ayam. Rebus sampai mendidih.
Cara penyajiannya: mi, daun kangkung dan daging dimasukkan dalam air kaldu ayam yang mendidih. Angkat, tiriskan, sajikan dalam mangkuk bakso. tambahkan telur puyuh rebus, tuangi sedikit kaldu, taburi dengan bawang merah goreng dan irisan daun seledri.
Hmmmmm…..kalau tidak malu dengan tamu lain, (juga karena ingat kalau telur burung puyuh berkolesterol tinggi), saya pasti ingin terus minta tambah.


bersambung…..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar