Sabtu, 13 Agustus 2011

"ANEKA BOGA PENGGUGAH SELERA" ( 5 )

Tulisan bersambung:

(Catatan tentang kuliner dari yang biasa sampai yang “aeng-aeng”)
-Bahan dan foto dari berbagai sumber-

Bagian Kelima

 Rujak buah



 Dari buah, cumi sampai….moncong sapi!!

     Makanan yang satu ini adalah favorit para gadis dan perempuan pada umumnya.  Apalagi perempuan yang sedang hamil muda.
Walaupun tidak menutup kemungkinan banyak pula para pria yang ‘demen’ (suka) bahkan sampai‘kedanan’ (tergila-gila) dengan makanan ini. Namanya rujak.
Siapa sih yang tak kenal dengan rujak?
Terbuat dari aneka macam buah, biasanya buah yang masih ranum, dengan bumbu yang rasanya manis, asem dan pedas. Ditanggung bisa membuat mata merem melek.

     Mantan pacar saya (kini sudah jadi pendamping hidup) dahulu punya lima buah pohon mangga didepan rumahnya. 3 pohon mangga harum manis, 1 mangga gedong (gincu) dan 1 pohon mangga Indramayu.
Kalau sedang musim mangga, dia suka mengundang teman-temannya untuk 'ngrujak' diteras depan rumahnya yang menghadap jalan raya. Saya tentu saja sering pula diajak ikut pesta rujakan a la  gadis remaja yang rata-rata keranjingan (suka sekali) rujak itu. Bahan utamanya mangga mengkel yang bisa diambil sesukanya.
Tapi tentu bukan karena soal rujak itu kalau saya kemudian memutuskan untuk menikahinya.  
Sepele amat yak?


Rujak buah atau ada pula yang menyebut rujak manis biasanya merupakan paduan berbagai macam buah. Yang populer, paling tidak terdiri dari mangga muda, kedondong, bengkuang, mentimun atau krai, nanas, belimbing dan papaya yang masih ranum. Ada yang nekat menambah dengan ubi jalar dan buah buni atau semangka serta buah-buahan lain. Pokoknya asal rasanya manis atau asem.
Bumbu rujak manis sangat bervariasi. Tergantung kebiasaan dan selera masyarakat masing-masing daerah.
Tapi pada umumnya terdiri dari gula jawa, asem jawa, cabe merah dan rawit, terasi (bagi yang suka). Di Semarang bumbu rujak menjadi tambah khas rasanya karena ditambah dengan buah pisang batu mentah. Konon ada yang suka menambah lagi dengan kecap manis, gula pasir dan kacang goreng yang ditumbuk kasar.
Namanya juga selera. Jangan diperdebatkan.
Semua buah diiris sesuai selera, ada yang senang tipis ada yang suka bungkahan.
Bumbu rujaknya sendiri di ‘uleg’ (dihaluskan), yaitu semua bahan bumbu dihaluskan bersama kemudian ditambah dengan air matang secukupnya sampai terbentuk semacam adonan berwarna cokelat muda (warna gula jawa).

     Rujak disajikan dalam piring, dimana buahnya disiram bumbu atau bumbunya disajikan tersendiri. Malah ada lagi yang suka menambah dengan garam halus.
Sekali lagi tergantung selera.
Rujak buah bisa dibuat dengan cara ditumbuk, yaitu bahan buah bersama bahan bumbu ditumbuk bersama-sama. Itulah yang disebut “rujak bebeg”. Adapula yang semua bahan buahnya diserut dan dinamakan “rujak serut”.

     Seperti pernah saya utarakan, masyarakat Indonesia (terutama kaum wanitanya) terkenal sangat pandai ber improvisasi dan membikin modifikasi menu masakan.
Oleh sebab itu setiap daerah bisa mempunyai menu masakan yang khas dan istimewa.
Demikian pula dibidang ‘per-rujak-an’ ini.

     Di Surabaya ada menu spesial bernama “Rujak Cingur”.
Ini betul-betul menu khas dan istimewa. Sebab selain terdiri dari buah-buahan, rujak itu dicampur juga dengan sayuran rebus, tahu atau tempe goreng dan…..”Cingur”!
Bagi anda yang belum tahu apa itu ‘cingur’, baiklah saya buka rahasia disini. Cingur adalah daging (sapi atau kerbau) yang berasal dari daerah sekitar moncong (mulut) sampai hidung. Rasanya kenyal-kenyal empuk gimanaaaa giituuuu…
Jadi walaupun namanya rujak, ternyata wujud rujak yang satu ini sangat mirip pecel karena ada sayurannya juga. Sayuran yang dipakai biasanya kangkung, kacang panjang dan tauge atau kecambah. Adapun bahan buahnya terdiri dari kedondong, mangga muda, nanas, belimbing, ketimun atau krai (ketimun yang berwarna hijau), serta bengkuang.
Saking kreatifnya, bahan itu dirasa masih kurang. Jadi perlu ditambah daging cingur rebus, tempe dan tahu goreng serta kerupuk. Orang Jawa gitu lhoooooh.

     Bagi yang belum pernah mencicipi rujak cingur, jangan heran kalau melihat ‘penampilan fisik’ nya setelah disajikan dalam piring dihadapan anda.
Jadi jangan terkejut. Rujak cingur berwarna hitam kelam bak malam tiada berbintang (jiaah!?).
Lebih dramatis lagi karena bercampur warna hijau dimana terselip warna-warna buah. Terkadang masih ditutup dengan kerupuk diatasnya. Lengkap kap kap.
Mengapa rujak cingur berwarna hitam?
Rahasianya terletak pada bumbunya. Bumbu rujak cingur hampir sama dengan bumbu rujak biasa.  Yaitu cabe merah dan rawit, asem dan gula jawa serta terasi. Ada juga yang suka menambah dengan buah pisang batu mentah.
Adapun  yang membuat warna jadi hitam itu berasal dari petis udang. Petis adalah bumbu semacam pasta terbuat dari ikan laut atau udang. Warnanya memang asli hitam!
Tapi walaupun warnanya hitam ‘njleketrek’ (tidak menarik) begitu, rujak cingur punya rasa yang tak diragukan lagi nikmat dan ....pedasnya.
"Diancuuuuk…uenakee pollll reek!!" Pekik arek Suroboyo.

Orang Betawi punya menu lain lagi. Namanya sekondang Tugu Monas: “Rujak Juhi”.
Juhi adalah nama lain dari cumi-cumi (sotong atau nus, lat: loligo loligimidae) yang telah dikeringkan.
Bahan rujak juhi tidak seperti bahan rujak biasa, karena yang dominan disini malah mi kuning dan juhinya. Buahnya hanya ketimun, ditambah tahu, kentang dan daun selada.
Membuatnya sederhana saja, mi kuning direbus sampai matang, juhi dipanggang atau digoreng sesuai selera, kemudian di suwir-suwir. Kentang dikukus, setelah itu dikupas dan dipotong tipis kemudian digoreng. Tahu bisa direbus atau digoreng. Terserah selera. Ketimun diiris tipis-tipis, daun selada disajikan secukupnya.
Bumbu rujak juhi hampir seperti bumbu pecel, yaitu kacang tanah, bawang putih, cabe merah dan rawit. Semua bumbu tersebut digoreng dulu. Setelah itu baru dihaluskan dengan ditambah cuka dan gula pasir.
Rujak juhi disajikan dengan cara: atur mi kuning,  tahu dan kentang serta suwiran juhi dipiring. Siram dengan bumbu lalu tambahkan daun selada dan kerupuk mi atau emping.
Jadi dah! Kate orang Jakarte.
Di Jakarta yang terkenal rujak juhinya adalah Resto “Gado-gado Boplo” atau Warung Bang Tata di jalan Veteran diseberang Istana Negara.

     Wong kito galo (orang Palembang) tidak mau kalah. Meskipun sudah punya menu tenar bernama Pempek, ternyata mereka juga punya menu khas yang pakai nama rujak. Namanya “Rujak Mie”.
Bahan dan bumbunya sangat sederhana walaupun tak sesederhana rasanya.
Yang diperlukan hanya mie basah, so’un kering, ebi (udang kering) dengan sayuran berupa taoge dan ketimun. Adapun bumbunya terdiri dari bawang merah dan putih, gula merah, cabai rawit, garam dan yang tidak boleh ketinggalan adalah cuka. Orang Palembang sangat suka cuka.
Cara membuatnya juga mudah saja. Mie basah direbus, so’un kering direbus sebentar sampai lunak. Ebi disangrai (digoreng tanpa minyak).
Siapkan bumbunya. Gula merah direbus dalam air sampai mencair semua, setelah itu air gula disaring lalu masukkan bumbu lain yang telah dihaluskan. Masak sampai mendidih kemudian dinginkan. Setelah bumbu dingin baru dituangi cuka sesuai selera.
Sajikan mie, soun, taoge dan ketimun yang diiris seperti dadu dalam piring. Siram dengan bumbu lalu taburi dengan ebi.
Gampang sekali kan?

Smakelijk eten meneer en mevrouw……(selamat makan tuan dan nyonya).


bersambung…..



1 komentar:

  1. Soal bagaimana mengemas cerita dan menuangkannya dalam tulisan, saya suka dan saya nggak mau koment itu karena itu ciri khas masing2 penulis., tapi ada sedikit yg saya koreksi, hanya penulisan koq, rujak bebeG bukan rujak bebeK (yg terakhir itu artinya kan itik to).Kalau di Batang ada rujak juga, di bebeg buah2nya sama dg yg lain, tapi yg membedakan sambel rujak disini ditambah kacang tanahyg digoreng kmd ikut ditumbuk.Sedangkan pecel Batang, biasanya di tambah keong (seperti kerang, tapi kulitnya yg keras itu warnanya hitam dan bentuknya spt (maaf) bekicot).Kalau orang Batang makan makanan itu juga akan berujar...uenake por...

    BalasHapus