-Bagian Ketiga-
(Ditulis pada hari Rabu, 29 Mei 2013)
(Ditulis pada hari Rabu, 29 Mei 2013)
Lorong Masjid Bier Ali yang bikin bingung
Firman Allah SWT: “Aku
adalah apa yang disangkakan oleh hambaKu”
(Firman
Allah inilah yang barangkali saya lupakan. Walaupun sudah berdoa sampai ‘munthuk’ -berbusa- mulut saya, tapi
ternyata saya masih saja RAGU akan doa saya sendiri....Astagfirullaaah..)
“Lost in Bier Ali”
Mungkin pada saat itu wajah saya jadi pucat
pasi. Yang jelas saya lemas sekali. Lebih dari sepuluh menit darah terus
mengucur. Selama itu pula saya nekat berdoa. Sambil mengguyur dengan air panas,
saya rapatkan kedua kaki untuk mencoba menghentikan perdarahan. Saya merasa
sungguh tak berdaya karena tidak membawa obat flamboyan didalam tas pinggang.
Masih dengan perasaan galau dan gundah
gulana saya rapikan kembali kain ihrom dengan hati-hati. Hampir seperempat jam
lebih saya berkutat dikamar kecil dalam kondisi kalut. Sayapun sadar pasti sudah
ditinggalkan kawan-kawan memasuki bis. Gontai saya berjalan perlahan masuk
kedalam masjid. Saya langsung melaksanakan sholat tobat dua raka’at. Tak sempat
lagi melaksanakan sholat tahiyatul masjid karena masih harus sholat ihrom dua
raka’at lagi.
Sholat tobat saya kerjakan sekhusyuk yang
mampu saya lakukan. Siang itu didalam Masjid Bier Ali saya menangis lahir batin mohon pengampunan atas segala
khilaf dan dosa. Seraya tiada henti memohon agar penyakit ‘flamboyan’ saya
disembuhkan oleh Allah Sang Maha Penyembuh. Setelah itu baru saya laksanakan
sholat sunah ihrom dua raka’at.
Sambil terus beristighfar dengan memakai
alat ‘tally counter’ digital (sebagai
pengganti tasbih) yang bisa dipasang dijari telunjuk, saya keluar dari masjid.
Taman yang rapi terbentang luas didepan saya. Rasa galau dihati masih belum
reda. Saya berusaha semampu mungkin menutupi kain ihrom bagian belakang dengan
selembar kain ihrom yang (semestinya) untuk menutup bagian atas tubuh. Saya
bayangkan bercak darah memenuhi kain ihrom, karena saya masih terus merasakan
ada sesuatu yang merembes keluar dari “pintu belakang”.
Belum pernah saya mengalami rasa galau,
panik, dan bingung seperti saat itu. Saya berusaha menengok kanan kiri,
barangkali masih ada teman yang tertinggal. Yang saya dapati hanya wajah-wajah
asing yang tak saya kenal. Saya benar-benar kehilangan orientasi. Satu hal yang
belum pernah saya alami sebelumnya. Bahkan ketika dilepas sendirian dikota
Paris (awal tahun 1992) pun saya tidak tersesat. Kini saya seperti orang
linglung. Melihat kekanan kiri seperti ‘kethek
ditulup’.
Seingat saya tadi masuk masjid dari
sebelah kiri. Bersamaan dengan rombongan jemaah umroh dari grup lain yang ustad
pemandunya memakai bendera biru. Ustad pemandu grup saya sendiri tidak membawa
tanda apa-apa, jadi agak susah mengenali dari kejauhan. Saya lihat jauh
disebelah kanan ada bendera biru dikibar-kibarkan. Saya ikuti saja tanda itu,
siapa tahu memang itulah jalan keluar dari masjid. Sambil berjalan saya mencoba
menelpon istri saya. Rupanya dia juga sedang bingung mencari keberadaan saya.
Namun isteri saya (karena sama-sama baru
pertama kali masuk Masjid Bier Ali) rupanya juga salah memberikan arah. Jadilah
saya makin tersesat kearah yang salah. Pada saat itu turun hujan rintik-rintik,
yang menambah kepanikan saya. Di Masjid Bier Ali terdapat lorong-lorong yang
terlindung dimana terdapat banyak sekali toko atau warung yang menjual beraneka
ragam barang dan makanan. Itulah yang akhirnya saya pakai sebagai check point. Saya putuskan berdiri saja
ditengah lorong agar tidak kehujanan dan agar mudah terlihat baik dari ujung
kanan maupun kiri. Rasanya persis seperti Kabayan
saba kota, yang hilang ditengah
kerumunan orang.
Akhirnya dikejauhan saya lihat Ustad
Syarif yang jadi Pembimbing Jemaah melambaikan tangannya. Saya berjalan
mendekatinya dengan tak bersemangat lagi. Teman-teman yang sudah berada dalam
bis melihat kedatangan saya dengan
beragam ekspresi. Ada yang nampak prihatin, tapi barangkali yang banyak adalah
ekspresi jengkel, karena saya datang terlambat.
Saya juga merasa bersalah dan malu kepada
Ibu Dewi Anggraeni Baluki yang menjadi Pemimpin Rombongan Umroh PT Bina Travel.
Sudah diberi jatah umroh gratis masih menyusahkan orang. Tapi pada saat itu
saya tak peduli lagi. Saya naik kedalam bus dan langsung meluncur kekursi
paling belakang. Tanpa berkata sepatahpun saya berusaha berbaring. Itu semua
untuk menutupi rasa malu dan kesal (kepada diri sendiri) yang bercampur aduk
jadi satu.
Menuju kota Mekkah al-Mukaromah
disambut hujan deras
Bis meluncur meninggalkan Masjid Bier Ali.
Entah kenapa saya menjadi “sensi”, saya merasa sang sopir jadi agak ngebut menjalankan bisnya. Mungkin
karena kehilangan waktu gara-gara
keterlambatan saya tadi. Ah, dia atau
siapapun dalam rombongan tidak atau
belum tahu apa alasan saya sih.
Bahkan isteri sayapun tidak saya beritahu. Saya lakukan GTM selama saya bisa.
Saya berniat baru akan membuka rahasia dalam tulisan ini.
Mungkin baru beberapa kilometer jauhnya bis meninggalkan Bier Ali, hujan
turun sangat deras. Ustad Syarif langsung meminta kita semua untuk bersyukur,
karena hujan di tanah suci adalah sesuatu yang sangat jarang terjadi. Apalagi
sampai deras sekali seperti saat ini. Cuaca menjadi gelap dan pemandangan diluar
tidak bisa terlihat dari dalam bis terhalang derasnya air yang turun. Dan itu
pasti BERKAH dari Allah SWT. Aamiiiin.
Beberapa hari kemudian di Mekkah saya
membaca koran “Arab News” yang memberitakan bahwa hujan yang sangat deras telah
membuat beberapa bagian kota Madinah kebanjiran. Juga beberapa kota lain di
Arab Saudi mengalami banjir yang bahkan diberitakan sampai memakan korban jiwa.
Innalillahi....
Adzan Isya berkumandang saat bis melaju
melewati Masjid Tan’im. Masjid ini tidak sebesar Masjid Bier Ali, namun juga
dipergunakan sebagai Miqat bagi yang tinggal didaerah sekitar Mekkah. Saya
pernah beberapa kali bermiqat di Masjid Tan’im pada saat umroh ditahun 2006 dan
pada saat pergi haji ditahun 2007.
Bermalam di Hotel yang hanya
beberapa langkah dari Masjidil Haram
Sekitar pukul 9 malam waktu Arab Saudi
ketika bis merapat .dikawasan Hilton
Tower Hotel & Apartment. Dihotel
yang hanya berjarak sektar 50 meter dari Masjidil Haram inilah kita menginap
selama berada dikota Mekkah. Alhamdulillah.
Hilton Tower Hotel & Apartment, Makkah
Semua anggota rombongan umroh Bina Travel
langsung dibawa ke Restoran Al-Ethlalah
yang terletak dilantai 3 untuk menikmati santap malam. Kunci kamar dibagikan
untuk masing-masing anggota rombongan sebelum makan dimulai. Saya dan isteri mendapat kamar nomor 62124. Saya agak heran dengan nomor
kamar yang panjang ini. Saya pikir saya mendapat kamar dilantai 62! Ternyata
Hilton Tower Hotel memiliki 6 Tower. Jadi saya mendapat kamar di Tower ke 6
lantai 21 kamar no 24. Untuk menuju ke kamar atau sebaliknya ke restoran yang
terletak di Tower 3 harus pindah lift dahulu. Sedikit merepotkan, karena lift
terdekat sering ngambek, jadi harus
pindah ke lift lain di tower lain.
Menurut Ustad Syarif, Al-Ethlalah
berarti (tempat) untuk bersenang-senang. Barangkali bahasa Indonesia (atau
Jawa?) yang setara adalah “Sasana Suka” atau “Sasana Andrawina”. Makan memang
termasuk bersenang-senang bukan? Masa iya ada orang makan sambil sesenggukan
menangis karena sedih?
Tapi jangan salah, malam itu sebelum makan
saya masih sangat gelisah nding.
Soalnya saya masih kepikiran terus dengan kain ihrom yang saya bayangkan belepotan dengan darah. Oleh sebab itu
saya buru-buru mencari toilet untuk memastikan seberapa parah darah mengotori
kain ihrom saya. Didalam restoran ternyata tidak tersedia toilet. Jadi harus
keluar dulu dari restoran.
Akhirnya ada seorang petugas yang bersedia
membantu saya untuk menunjukkan letak toilet yang berada diluar restoran
Al-Ethlalah. Ternyata terdapat banyak sekali pedagang yang membuka toko atau
sekedar lapak yang menempel dilorong-lorong gedung. Walau sudah hampir pukul 10
malam, para pedagang masih sibuk menawarkan dagangannya. Sekilas saya teringat
pada “Pasar Seng” yang kini telah raib.
Entah kenapa toilet yang ada dilantai 3
tersebut dikunci. Baru dibuka ketika saya akan masuk kedalam, seolah saya
adalah tamu kehormatan. Rasanya legaaaaaaaa sekali, walaupun harus saya akui
kondisi toilet tidak terlalu bersih. Dengan menahan perasaan tegang, buru-buru
saya lepaskan semua kain ihrom. Dan saya terkejut setengah hidup. Lemas kedua
lutut saya seolah tak bertulang. Mata saya terbelalak melihat apa yang
terjadi........
Bersambung.
Welcome to Slots88 | Casino | JtmHub
BalasHapusJtHub 충주 출장샵 offers the 거제 출장안마 best slots and casino games for you all! 순천 출장마사지 We have 100+ slots, casino games & 서울특별 출장안마 over 150+ table games on 평택 출장마사지 offer to help you make the most of your