-Bagian Keempatbelas-
(Ditulis pada hari Senin, 24 Juni 2013)
(Ditulis pada hari Senin, 24 Juni 2013)
Masjid Quba
Rasulullah
SAW bersabda: “Barangsiapa telah bersuci
(berwudhu) dirumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba’, lalu sholat dua
raka’at didalamnya, maka baginya sama dengan pahala umroh”
(HR.
Sunan ibn Majah)
Berziarah ke masjid yang
pertama kali dibangun oleh Nabi
Ketika dalam perjalanan menuju kota
Yatsrib (Madinah) sewaktu hijrah dari kota Mekah, Rasulullah berhenti disuatu
tempat. Itulah rumah Kaltsum bin al-Hidam.
Disinilah kemudian beliau membangun masjid yang
diberi nama “Masjid Quba”. Inilah
masjid yang pertama dibangun Nabi bersama para sahabatnya diwilayah kota
Madinah. Jaraknya hanya sekitar 2,3 kilometer saja dari kota.
Pada tahun 1986, Raja Fahd bin Abdul Azis
melakukan renovasi besar atas Masjid Nabi yang pertama ini. Konon biaya yang
dihabiskan mencapai 90 juta RS. Renovasi itu membuat Masjid Quba sekarang bisa
menampung sampai 20.000 orang jemaah.
Hari Senin pagi tanggal 29 April 2013, jemaah
umroh PT Bina Travel melakukan kunjungan ziarah kesekitar kota Madinah. Masjid
Quba menjadi tujuan utamanya. Karena apa? Itu karena ada hadits yang
menyebutkan bahwa sholat dua raka’at di Masjid Quba pahalanya sama dengan pahala
umroh. Tetapi dengan syarat harus berwudhu dari rumah dan tidak batal sampai di
masjid. Oleh sebab itu diharapkan para jemaah lelaki dan perempuan mengambil
air wudhu dihotel sebelum berangkat, dan sebisa mungkin menjaga wudhunya sampai
tiba di Masjid Quba
Karena jaraknya yang tidak sampai 3
kilometer, rombongan segera tiba di
Masjid Quba. Ternyata sudah puluhan bis besar terparkir disana. Rupanya sudah
banyak jemaah umroh dari travel biro lain yang lebih dahulu datang. Suasana
cukup hiruk pikuk. Bagi yang belum batal wudhu segera menuju pintu masuk masjid
untuk sholat sunah dua raka’at. Bagi yang sudah batal harus buru-buru mencari
toilet untuk antri bersuci lagi.
Masjid Quba, riwayatmu
kini......
Udara kering dan suhu menyengat langsung
terasa ketika saya langkahkan kaki turun dari bis dipelataran parkir Masjid
Quba. Kubah putih bersih dari masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah
itu tampak berkilau dalam terik sinar mentari. Saya merasa suhu udara agak
sedikit lebih tinggi dibanding dengan
kota Madinah. Barangkali karena pelataran sekitar Masjid Quba tak berpayung
seperti di Masjid Nabawi.
Tak banyak yang berubah sejak kedatangan
saya terakhir pada bulan Desember 2007. Tetapi pelataran masjid sekarang
tertata lebih rapi. Tak tampak pedagang asongan yang dulu (tahun 2007) langsung
bergerombol berebut mendekat untuk menawarkan dagangan kalau ada jemaah yang
baru datang. Para pedagang kurma dan cindera mata sudah dibuatkan kios-kios
yang berjejer rapi. Rupanya mereka sekarang sudah dikelompokkan disatu sisi dari pelataran Masjid Quba.
Petunjuk arah ke toilet Masjid Quba
Saya belum batal wudhu. Saya berjuang
keras untuk itu, karena saya ingin mendapat pahala yang sama dengan umroh
seperti yang disebut dalam hadits. Tapi rupanya beberapa teman ada yang perlu
bersuci lagi. Mata saya melihat tulisan yang cukup mencolok dilihat dari jauh.
Ada sebuah papan petunjuk yang tertempel didinding luar Masjid. Tulisannya
berwarna merah menyolok diatas dasar warna biru. Bunyinya: “MAIN WC”. Ada sebuah
tanda panah penunjuk arah dibawahnya.
Dalam hati saya tertawa. Apa ada sih orang yang mau main-main di WC?
Rupanya itu petunjuk dalam bahasa Inggris. Maksudnya pasti kita tahu: Jamban
(yang) utama, atau mungkin lebih pas “Pusat WC”. Atau “WC pusat” ya? Hah?
Emang ada “WC Cabang”? Masih ada yang bingung? .
Jalan menuju pintu masuk masjid adalah
juga jalan yang menuju WC atau kamar
kecil itu tadi. Tidak terlalu lebar,
sehingga jamaah berdesakan baik laki-laki maupun perempuan. Apalagi ternyata
jalan itu merupakan jalan keluar dari masjid
juga. Jadi satu jalan yang sempit, dijejali oleh ratusan orang yang berjalan berlawanan arah. Hiruk pikuk dengan
teriakan pemimpin rombongan yang mencoba mengendali kuda supaya baik
jalannya.....eh keliru...memimpin
rombongannya agar tidak terpencar.
Disini tampak beraneka rupa seragam yang
dipakai para jemaah. Juga beragam warna kulit. Dari yang kulitnya putih sampai
hitam pekat. Tapi menurut perasaan saya, waktu itu lebih banyak tampang Melayu nya sih.
Penuh dengan orang “narsis”
Berdua dengan Pak Nashruddin saya memasuki
pintu masjid. Pak Nas adalah teman pria sesama jemaah PT Bina Travel. Usianya
dua tahun lebih muda dari saya dan berasal dari Makasar. Salah seorang dari
putri kembarnya adalah Pramugari Saudia Air. Jadi waktu berangkat dari Jakarta
Pak Nas mendapat tempat duduk dikelas C (bisnis), karena tiketnya di up-grade oleh putri tercintanya itu.
Pintu masuk Masjid Quba tidak berubah.
Disamping kanannya terletak rak besar untuk menyimpan sandal atau sepatu. Yang berubah,
pintu itu sekarang tidak dijaga oleh Askar. Dulu ada Askar ‘seram’ yang akan
menggeledah jemaah untuk mencari kamera. Jangan harap ada yang lolos. Karena
memotret interiror masjid adalah larangan keras. Sekarang para jemaah bebas
merdeka menenteng kamera digital, ponsel pintar berkamera bahkan kamera video
atau handycam.
Mimbar di Masjid Quba
Saya mencari tempat sholat
agak kedekat mimbar. Pak Nas terus ‘mengintili’
(mengikuti) agar tetap berada disamping saya. Maklum katanya beliau baru
pertama kali datang kemasjid ini. Sebelum sholat saya sempat melihat suasana
sekitar. Banyak sekali orang yang sedang bergaya untuk dipotret didalam ruangan
masjid. Ada yang beraksi dibawah mimbar, ada yang bergaya dibawah lampu
kandelir yang tergantung dilangit-langit.
Bahkan ada yang sibuk memotret temannya yang sedang sholat. Entah sholat
beneran atau cuma sedang bergaya. Astagfirullah.......
Pencabutan larangan memotret itu rupanya
ada akibat sampingan yang agak keterlaluan juga. Orang-orang jadi bebas
melampiaskan hobi “narsis”nya.
Sesuatu yang memang sangat manusiawi, karena menurut Psiko analis Sigmund
Freud, pada dasarnya manusia memang punya watak sangat mencintai diri sendiri.
Tak bisa dipungkiri, senang berfoto adalah sebagian dari watak itu.
Saya tersenyum karena teringat kepada
teman-teman di grup pesbukers lansia.
Semboyannya adalah: “Dimanapun, kapanpun
harus dipotret. Orangnya tidak penting, yang penting latar belakangnya”. Namanya
juga narsis.
Lhoooo,.. lha tapi
walau jelek-jelek begini, saya kan
juga anggota grup pesbukers lansia?
Apa kata teman-teman pesbukers kalau
saya tidak punya foto dokumentasi sedang ‘mejeng’ disini? Nggak narsis dong. Maka “apa
boleh buat, onde-onde bulat-bulat”......Pak Nashruddin dan sayapun bergantian
saling memotret dengan aneka gaya. Haalllaaaaah.....ups....Astagfirullaaah.....
Tapi jangan salah saudara
saudara dan rekan-rekan sebangsa dan setanah air. .Kegiatan trek-memotrek itu saya lakukan setelah
semua ibadah sholat sunah yang penting selesai ditunaikan. Demikian pula dengan
Pak Nashruddin.
Wallahi...apa
yang kita lakukan itu karena mendadak ndangdut,
eh salah nding mendadak sekonyong-konyong terserang ‘wabah narsis lingkungan’
yang sangat sulit ditahan. Semoga Allah SWT berkenan mengampuni segala
perbuatan narsis saya dan Pak Nas itu.
Aamiiiin......
Aamiiiin......
Bersambung.
merit casino app Archives - deccasino.com
BalasHapusNo 바카라사이트 longer available. The latest version: 온카지노 1.2.0-0.2; -0.0.3; -0.0.1-0; -0.0.0.1; -0.0.0.1; -0.0.1.0; -0.0.0.1; deccasino -0.0.0.0.0.1; -0.0.0.1