Pintu Utama Masjid Nabawi, Madinah
Rasulullah
SAW keluar diakhir malam menuju Baqi’ dan bersabda: “Keselamatan atas kalian,
wahai para penghuni Baqi’.Akan datang kepada kalian apa yang dijanjikan dan
esok kami akan menyusul kalian. Ya Allah, ampunilah para penghuni Baqi’
al-Gharqad ini”
(Diriwayatkan
oleh A’isyah RA)
Baqi’, makam keluarga dan
sahabat Rasulullah
Nama lengkapnya “Baqi’ al-Gharqad”. Secara harafiah Baqi’ berarti tempat dimana terdapat akar bermacam pepohonan.
Adapun Gharqad adalah nama semacam
pohon berduri yang banyak tumbuh disekitar Baqi’. Setelah tanahnya dijadikan
pekuburan, maka tanaman Gharqad itu ditebang. (“Sejarah Masjid Nabawi” karangan Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani).
Makam Baqi' dilihat dari atas (foto: wikipedia)
Terletak persis disamping Masjid Nabawi
(berada disayap kiri, apabila dipandang dari arah depan Masjid), inilah
pekuburan besar yang menjadi makam keluarga dan sahabat Nabi. Pada tahun 1992,
saat pertama saya berkunjung ke Masjid Nabawi, pemakaman Baqi’ masih terbuka
tanpa pagar. Nyaris menyatu dengan pelataran Masjid Nabawi. Para jemaah setelah
berziarah kemakam Rasulullah bisa langsung menuju Baqi’ untuk berziarah disana.
Oleh karena itu pintu dimana jemaah keluar dari masjid menuju pemakaman ini
disebut sebagai Pintu Baqi’.
Dipekuburan besar inilah para isteri Nabi
(kecuali Khadijah dan Maimunah yang dimakamkan di Mekah), anak-anak perempuan
Nabi dan para tabi’in serta ribuan sahabat dimakamkan. Sesudah renovasi Masjid Nabawi
(yang dilakukan pada tahun 1984 – 1994 M), dijaman pemerintahan Raja Fahd ibn
Abdul Azis, makam Baqi’ juga mendapat giliran renovasi, diperluas dan dipagar.
Kini luas areal pemakaman Baqi’
diperkirakan sekitar 174,962 meter persegi. Seluruhnya diberi pagar pembatas
setinggi 4 meter dengan panjang keseluruhan mencapai 1724 meter. Ada beberapa pintu masuk yang
dijaga Askar untuk melayani para peziarah.
Dulu hampir setiap peziarah bisa bebas
masuk setiap waktu kemakam Baqi’ karena tidak berpagar. Namun ternyata pada
saat saya berkunjung di akhir bulan April 2913, ada pengaturan waktu untuk
berziarah kemakam paling besar dan terkenal dikota Madinah ini. Pintu-pintu
makam tertutup rapat dan hanya dibuka sesuai jadwal ziarah saja.
Sayang sekali pada siang hari yang tidak
terlalu terik itu rombongan jemaah laki-laki PT Bina Travel yang dipimpin ustad
Syarif tidak berhasil masuk kemakam Baqi’.
Saya bersyukur telah beberapa kali
berziarah kemakam Baqi’. Akan tetapi bagi jemaah yang baru pertama kali datang
ke Madinah, tentu sangat kecewa. Namun masih ada kesempatan untuk berziarah
dilain hari seusai sholat di Masjid Nabawi, dengan catatan bila waktunya sesuai
dengan jadwal ziarah.
“Komsah real.....komsah
real”
Bagi para jemaah yang selesai beribadah
maupun berziarah dan keluar dari Masjid Nabawi,
teriakan “komsah real” yang artinya “LIMA real” itu sangat akrab
ditelinga. Begitu menginjakkan kaki keluar dari halaman atau pelataran Masjid
yang sangat luas itu, para jemaah akan langsung disambut dengan teriakan dari puluhan pedagang dengan gegap gempita.
Pagi, siang, sore sampai larut malam
suasananya sama saja. Saya pikir hal itu termasuk salah satu hal yang disukai
para jemaah. Khususnya jemaah wanita yang suka berbelanja. Bagi mereka yang
pernah mengalami ‘atmosfernya’, terkadang timbul juga kerinduan untuk
menyaksikannya lagi.
Disepanjang lorong yang berada diluar
pintu pagar masjid, banyak sekali PKL (pedagang kaki lima) yang menjual aneka
macam barang. Mereka menggelar barang dagangan disetiap jengkal pinggir jalan
tanpa sungkan. Terkadang malah sampai menutup jalan. Barang dagangan cukup
ditebarkan saja dijalanan, meski ada juga yang memakai lapak sederhana.
Disitulah dijajakan mulai dari barang
kecil remeh temeh, kudapan dan buah sampai sajadah, abaya, dan gamis. Ada pula
peralatan elektronik kecil dan cindera mata lainnya. Mengingatkan saya pada
“Sogo Jongkok” disekitar Pasar Tanah Abang. Namun jangan lupa, ditanah haram
ini pembelinya datang dari seluruh penjuru dunia dengan berbagai macam bahasa.
Para penjualnyapun tampaknya juga berasal dari beberapa negara.
'Spasmina' dan kerudung dijual dijalanan
Saya sendiri selalu menderita penyakit
‘heran-heran’, mengapa yang diteriakkan selalu si “komsah real” itu. Dari saat
pertama saya datang lebih dari duapuluh tahun yang silam sampai sekarang tidak
pernah berubah. LIMA real itu adalah harga yang nyaris mempesona semua orang.
Barangnya bisa berupa apa saja. Yang sangat populer (terutama bagi jemaah
wanita) tentu kain sebangsa spasmina (sleyer
atawa selendang) dan pernak pernik
hiasan, barang souvenir kecil serta sajadah.
Tidak ketinggalan ditawarkan juga berbagai
jenis mainan anak-anak yang sekaligus dipertontonkan aksinya untuk memikat
pembeli.
“Sayang
anak....sayang cucu....” barangkali itu yang diteriakkan
penjualnya.
Siapa tahu? Lha wong dia teriak-teriak pakai bahasa
Arab jeee......Coba dia teriak pakai “Coro Jowo” (bahasa Jawa), pasti saya
langsung tahu maksudnya.......
Disini jangan bicara soal mutu
dulu. Yang penting lima real itu sangat terjangkau oleh segala lapisan. Bahkan
banyak barang dijual seharga lima real untuk tiga buah. Yang ini termasuk
kopiah haji, alat penghitung dzikir digital dan sajadah ukuran kecil. Sebenarnya
kurs Real Saudi (RS) terhadap Rupiah (IDR) sudah banyak berubah. Tahun 1992
dulu seingat saya satu RS sama dengan 500 IDR (rupiah), Jadi komsah real itu nilainya
sama dengan Rp. 2.500,- saja.
Sekarang (tahun 2013) kursnya sudah
mencapai sekitar Rp. 2.700,- sampai Rp. 2.800,- per satu real. Untuk memudahkan
hitungan (maklum nilai matematika saya dulu jeblog),
saya selalu menghitung dengan mengkalikan 3000 rupiah sekalian. Jadi komsah
real sekarang saya hitung sama dengan Rp. 15.000,-.saja. Beres kan?
Bagaimanapun bagi ukuran kantong saya, masih termasuk kategori “tidak
mahal mahal amat”. Amat saja tidak mahal koq.
Yang juga selalu membuat saya
tercengang, harga buah-buahan juga dipatok dengan ‘komsah real’ itu satu
kilonya. Tanah Arab yang tandus ternyata tidak identik dengan hanya buah kurma,
buah ‘tin’ dan zaitun saja. Doa Nabi Ibrahim AS dahulu kala ternyata dikabulkan
oleh Allah SWT. Sekarang nyaris buah apapun yang ada didunia, bisa kita temukan
dijual ditanah haram. Bahkan dengan harga yang relatif murah. Subhanallah.
Pedagang Buah dijalanan menuju Masjid Nabawi
Buah yang diobral
disepanjang lorong diluar masjid itu dijajakan diatas meja kayu sederhana. Biasanya
buah yang tersedia melimpah adalah papaya, mangga, pisang, jambu.....eh, koq malah nyanyi? Maksud saya pisang,
apel, jeruk dan anggur. Semuanya dengan
harga sama: komsah real sekilo.
Kalau ingin membeli buah yang lebih
eksklusif seperti buah kiwi, buah naga, semangka, melon dan sebagainya, tinggal
masuk ke supermarket semacam “Bin
Dawood”. Ini pasar super yang menjual aneka barang dan makanan yang sangat
terkenal lengkap jenis dagangannya. Bin Dawood ada dimana-mana, baik dikota
Madinah, Mekah dan Jeddah.
Tetapi rupanya nasib para PKL dimanapun nyaris
selalu sama. Ditanah air dikejar Satpol PP atau petugas Tramtib. Ditanah haram,
terkadang para PKL ini juga dikejar-kejar Askar. Itu kalau dia nekat menggelar
lapaknya ditengah jalan, atau berteriak-teriak kelewat semangat. Bisa juga
kalau dia masih nekat berjualan pada saat jam sholat fardhu.
Maklum saingannya banyak
sekali. Ya nasiiiiib.....ya
nasiiiiib......
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar