-Bagian Kesembilan-
(Ditulis pada hari Sabtu, 8 Juni 2013)
(Ditulis pada hari Sabtu, 8 Juni 2013)
Payung dipelataran Masjid Nabawi diwaktu Subuh
“Sesungguhnya
masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama adalah lebih patut
kamu sholat didalamnya. (Sebab) Didalamnya ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”
(QS.
Al-Taubah 09 : 108)
Perubahan besar di Masjid
Nabawi
Ketika saya pergi haji untuk pertama kali
ditahun 1992, Masjid Nabawi boleh dikata masih terlihat “berantakan”. Restorasi dan renovasi
besar-besaran yang dilakukan atas perintah Raja Fahd Abd al-Azis masih
berjalan. Areal masjid belum seluas sekarang. Disana sini nampak material
bangunan berserakan. Juga alat-alat berat dan tiang-tiang penyangga. Memakan waktu
satu dasa warsa, restorasi yang dimulai sejak tahun 1984 itu baru tuntas pada
tahun 1994.
Tahun 2006 dan 2007, saya datang lagi ke
Madinah dan tercengang melihat Masjid Nabawi sudah menjadi sebuah Masjid yang
sangat besar, agung dan indah. Arsitektur bangunannya sangat unik dan pasti
akan mempesona siapapun yang memandangnya. Ciri khas interiror Masjid Nabawi adalah banyaknya tiang dan
lampu kandelir (lampu robyong) yang tergantung dilangit-langitnya. Tiang bulat
dan besar itu membentuk semacam lorong yang sangat indah.
Dan yang pasti membuat orang tertegun
adalah keindahan di “RAUDAH”. Arti harafiah ‘Raudah’ adalah taman surga. Areal
ini mencakup daerah dimana terletak Mimbar (tempat berkhotbah) dan Mihrab
(tempat Imam berdiri memimpin sholat) Rasulullah SAW. Untuk menandai tempat
yang sangat bersejarah ini, ada beberapa hal yang dibedakan dari areal masjid
yang lain.
Pertama adalah karpetnya. Karpet Masjid
Nabawi didominasi dengan warna merah berbordir tumbuhan. Dibuat dari permadani
kualitas tinggi yang sangat tebal. Karpet di Raudah berwarna hijau muda keabuan
yang tidak kalah indahnya. Yang kedua yang tampak sangat menyolok adalah lampu
robyongnya. Yang dipasang dilangit-langit raudah adalah lampu robyong kristal
seperti corong dengan sedikit hiasan berwarna biru yang berlapis warna
emas. Jika dilihat dari kejauhan warna
kristal berpadu warna keemasan sangat berkilauan. Dominasi warna keemasan juga
melingkupi tiang–tiang yang ada di Raudah dan Mimbar serta Mihrab Nabi.
Setelah renovasi Raja Fahd, luas Masjid
Nabawi lebih dari 98.000 meter persegi.
Kapasitasnya bisa menampung lebih dari 178.000 jamaah. Jumlah itu belum
termasuk daya tampung lantai atas dan pelataran masjid. Apabila seluruh arealnya
dijumlahkan, maka Masjid Nabawi bisa menampung lebih dari 689.000 orang.
Yang sangat jauh berbeda (dari saat
terakhir saya datang tahun 2007) adalah telah dipasangnya payung-payung raksasa
elektronis diseluruh pelataran (plasa) Masjid Nabawi. Dulu payung raksasa hanya
ada dihalaman dalam masjid. Jumlahnyapun hanya 12 buah. Dipasang berjajar dua
masing-masing 3 x 2 buah. Payung raksasa
itu sepenuhnya dikendalikan komputer dan dibuka tutup secara elektronis.
Kini dipelataran Masjid Nabawi sudah penuh
dengan payung raksasa. Payung itu membuat pelataran menjadi teduh terlindung
dari sengatan matahari disiang yang sangat panas. Belum cukup dengan payung
raksasa, beberapa payung diantaranya dipasangi kipas angin besar. Bentuknya
bulat mirip mesin pesawat terbang. Kipas angin ini dipasang menempel ditiang
payung, jumlahnya dua buah disetiap tiang. Apabila cuaca panas menyengat, maka
dari kipas angin tersebut bisa disemburkan uap air untuk menambah kesejukan
udara.
Itu adalah suasana dipelataran Masjid
Nabawi yang (berkat dipasangnya payung –payung raksasa) kini juga nyaman
dipergunakan untuk tempat sholat. Tidak heran banyak jemaah yang bergerombol
memilih sholat diluar masjid. Terutama jemaah yang datang sekeluarga lengkap
dengan anak-anak, bayi dan kereta dorongnya. Mungkin mereka memilih tempat
sholat diluar agar jika anak atau bayinya menangis tidak mengganggu
kekhusukan jemaah yang lain. Namun
suasana didalam Masjid Nabawi sangat lain sekali.
Berbeda dari Masjidil Haram yang dipenuhi
kipas angin yang jumlahnya puluhan ribu buah, Masjid Nabawi adalah masjid yang Full Air Conditioned. Kisi-kisi alat
penyejuk udara itu terdapat disemua dasar tiang (Jw: ompak) yang berbentuk segi
delapan. Dari kisi-kisi didasar tiang itulah memancar angin dingin keseluruh
ruangan masjid. Saat pertama kali masuk Masjid Nabawi ditahun 1992, saya pernah
masuk angin gara-gara keenakan duduk bersender ditiang masjid. Saya tidak tahu
bahwa dari dasar tiang itulah menyembur angin dingin.
Kalau Tukul Arwana tahu,
pasti saya akan diteriaki :”NDESOOOOO...SO...SO...SO.”
Pahala sholat di Masjid
Nabawi
Ibn Umar meriwayatkan dari Nabi SAW,
beliau bersabda:
“Sholat
di masjidku ini lebih utama dari seribu kali sholat dimasjid yang lain, kecuali
di Masjidil Haram, Makkah” . (Hadits Muttafaqun alaih).
Hadits tersebut diatas saat ini tertulis
dalam sebuah panel digital elektronik berwarna merah menyala. Dipasang
didinding sebelah dalam persis dibalik pintu masuk utama Masjid Nabawi. (Pintu
Malik Fahd), hadits itu ditulis dalam huruf Arab dengan terjemah huruf latin
dalam bahasa Inggris. Panel elektronis
digital seperti papan iklan itu berisi tulisan
hadits diatas yang bergantian menyala selang beberapa detik dengan
jadwal sholat lima waktu di Masjid Nabawi (waktu Madinah).
Saya tidak tahu kapan persisnya papan elektronis itu dipasang. Soalnya pada tahun 2007/2008 saat saya berkunjung ke Masjid Nabawi, papan itu belum ada. Dulu yang ada hanya sebuah papan berisi jadwal sholat lima waktu berbentuk jam dinding bulat berjumlah 6 buah (termasuk waktu terbit matahari) yang dipasang secara permanen.
Saya tidak tahu kapan persisnya papan elektronis itu dipasang. Soalnya pada tahun 2007/2008 saat saya berkunjung ke Masjid Nabawi, papan itu belum ada. Dulu yang ada hanya sebuah papan berisi jadwal sholat lima waktu berbentuk jam dinding bulat berjumlah 6 buah (termasuk waktu terbit matahari) yang dipasang secara permanen.
Karena besarnya pahala yang didapat dari
sholat di Masjid Nabawi itu, maka tidak heran jamaah sholat wajib (fardhu)
selalu penuh disepanjang waktu. Apalagi pada bulan haji, dimana jemaah Asia
Tenggara (khususnya Indonesia) selalu mencoba memenuhi anjuran “kuota”
sholat ARBAIN.
Ini adalah anjuran (atau himbauan?) yang
meski sunahnya tidak terlalu jelas sanadnya telah menjadi sebuah tradisi yang
sudah berjalan lama. Arbain adalah mendirikan sholat fardhu berjamaah di Masjid
Nabawi selama EMPAT PULUH waktu berturutan (berarti DELAPAN hari). Tidak boleh
putus satu waktupun.
Bagi jemaah umroh biasa pasti tak akan bisa
menjalankan sholat arbain itu. Sebab biasanya jemaah umroh hanya tinggal dikota Madinah selama tiga atau empat
hari saja. Tidak akan bisa memenuhi ‘kuota’Arbain yang empat puluh waktu. Oleh
karena itu ada jemaah umroh (khususnya kaum laki-laki) yang kemudian akan
berusaha mengejar “target” yang lain.
Apakah itu?
Apakah itu?
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar