-Bagian Keempat-
(Ditulis pada hari Sabtu, 1 Juni 2013)
(Ditulis pada hari Sabtu, 1 Juni 2013)
Restoran "Etlalah" Hotel Hilton, Makkah
(Mungkin
banyak yang tak percaya membaca kisah saya yang telah beberapa kali pergi
ketanah suci. Alhamdulillaaah. Lebih dari SEPARUHNYA saya pergi umroh atau haji
dengan percuma alias cuma-cuma bin GRATIS. Pertama kali saya berangkat Umroh
Romadhon pada tahun 1992. Umroh ini atas undangan Raja Arab Saudi kepada Menko
Kesra Soepardjo Roestam. Saya termasuk dalam rombongan beliau. Karena diundang
Raja, maka umrohpun gratis. Tak sampai dua bulan, ditahun 1992 itu juga saya
berangkat lagi naik haji. Kali ini saya masuk sebagai anggota TPOH -Tim
Pemantau Operasional Haji- yang dibentuk oleh Departemen Agama. Ini juga naik
haji gratis alias Abidin -Atas Biaya DINas-. Jadi pada tahun 1992 itu saya
pergi ketanah suci sebanyak dua kali. Semuanya gratis)
Allah Maha Penyayang dan
Maha Pengampun
Saya berdiri didalam toilet dengan tubuh
gemetar. Merasakan betapa Allah SWT sungguh sangat berkuasa atas mahluknya.
Sejak meninggalkan Masjid Bier Ali saya membayangkan kain ihrom saya penuh
dengan bercak darah. Sebab itu saya terus menerus ber istighfar seraya berdoa
tiada henti kepadaNya.
Apa yang saya saksikan kini membuat hati
saya tergetar hebat. Sungguh tak ada daya upaya selain atas pertolongan Allah
Yang Maha Kuasa atas mahlukNya. Saya tercengang melihat kenyataan bahwa dua
lembar kain ihrom saya masih dalam keadaan putih bersih. Tak bernoda darah
setitikpun! Bahkan noda kotoran lainpun tidak ada. Padahal sepanjang jalan saya
seperti masih merasakan ada darah yang merembes keluar. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar......
Keluar dari toilet saya
merasa sangat lega. Merasa betapa Allah SWT telah berkenan memberikan
pertolongan kepada mahlukNya yang sangat
hina ini. Betapa kekuatan doa seorang manusia kepada Sang Khalik dapat
menolongnya dari kesulitan sebesar apapun. Kalimat hauqolah yang lafadznya berbunyi: “Laa haula wa laa quwwata illaa
billaah...”..(tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah), terbukti sudah......
Tawaf untuk memulai umroh baru akan
dilakukan pada pukul 11 malam. Masih ada waktu untuk check in lebih dahulu. Masuk kamar dan membenahi kain ihrom sebelum
tawaf. Inilah saat yang saya tunggu-tunggu. Malam itu rupanya banyak rombongan
umroh lain yang datang dari beberapa negara. Jadi naik lift juga harus antri.
Ujian kesabaran bagi para jemaah. Tapi saya sudah tak lagi gundah.
Sudah menjelang pukul 10 malam ketika
saya dan isteri sampai dilantai 21 Tower 6 Hilton Tower Hotel. Seperti laiknya
kamar hotel berbintang, kamar 62124 yang saya tempati cukup luas. Ada dua
ranjang berjejer (twin bed), dilengkapi dengan sebuah sofa, meja makan bundar
dengan dua kursi dan sebuah televisi LCD ukuran besar menempel didinding.
Jendela kamarnya besar dengan gordin yang cantik. Tapi semua jendela ditutup
dan dipaku dari luar. Tamu tidak akan bisa membuka jendela dari dalam. Apa
pasal? Rupanya renovasi Masjidil Haram (yang hanya puluhan meter jaraknya dari
hotel) mengakibatkan debu tebal yang
sangat mengganggu jika jendela terbuka. Pasti akan membuat kamar kotor berdebu.
Kamar mandinya cukup luas. Ada dua
monoblok (satu kloset dan satu bidet). Sebuah wastafel terletak berhadapan
dengan kloset. Tempat mandi dipisahkan dengan sekat kaca tebal yang berpintu.
Jadi ada bagian kering dan bagian basah.
Diluar kamar mandi ada pantry
yang memiliki kitchen set yang full
bertenaga listrik. Dinegara penghasil minyak terbesar didunia ini, tenaga
listrik melimpah ruah. Rupanya tidak ada istilah penghematan energi, karena AC
dan lampu serta peralatan listrik tetap menyala walaupun kamar ditinggalkan
penghuninya.
Dihotel-hotel berbintang dinegara lain
(termasuk Indonesia) para tamu hotel harus menyelipkan kunci kamar yang berupa kartu ditempat khusus untuk
menghidupkan listrik. Ketika tamu keluar kamar, otomatis kunci kamar yang
berupa kartu akan diambil. Maka putuslah seluruh aliran listrik dikamar. Di
tanah Arab kunci hotel berbintang juga berupa kartu seperti kartu kredit. Tapi
tidak ada keharusan menyelipkan kartu ditempat khusus untuk menghemat energi.
Dan memang tempat khusus untuk kartu itu tidak ada didalam kamar hotel. Setidaknya
itulah yang saya lihat di Hilton Tower
Hotel & Apartment di Mekah. .
Beberapa waktu sebelumnya:
“Akhirnya saya dapat pergi umroh lagi.....”
Proses bagaimana saya bisa memperoleh
kesempatan pergi umroh sudah saya kisahkan diawal tulisan ini. Ya, akhirnya
saya dapat pergi umroh lagi. Saya mendapatkan kesempatan untuk menunaikan
ibadah umroh berdua dengan isteri saya secara cuma-cuma alias gratis. “Hadiah” umroh gratis itu saya peroleh dari
Mas Koko (Eko Santoso) putra pertama almarhum Bapak Soepardjo Roestam dengan
fasilitas dari PT Bina Travel. Saya sangat yakin Allah SWT lah yang
menggerakkan hati Mas Koko. Lalu Ia mengetuk juga nurani Pak Fahmi Cornain dan
Pak Baluki Ahmad (Direktur Bina Travel), sehingga rela memberikan “jatah” umroh
gratis itu. Semoga Allah SWT membalas amal beliau-beliau dengan pahala dan
rejeki yang berlipat ganda. Aamiiin....
Dengan demikian saya bertambah yakin bahwa
untuk bisa pergi umroh atau haji tidak hanya tergantung kepada syarat
‘materiil’ duniawi belaka. Bahwa tidak harus seseorang menjadi kaya (lebih
dahulu) untuk pergi ketanah suci. Ada “tangan-tangan tak terlihat” yang
mengatur soal itu. Dan itulah tangan Allah SWT. Untuk itu sebagai hambaNya yang
taqwa, seorang muslim wajib terus berdoa memohon kepada Allah SWT. Namun juga
tak dinafikan untuk terus berupaya.
Untuk hal pergi ketanah suci, saya selalu
berdoa agar DIMAMPUKAN oleh Allah SWT. Karena saya percaya, apabila Allah
mendengar doa tulus kita dan Dia berkehendak, maka siapapun, tidak peduli
miskin, apalagi kaya, akan MAMPU pergi ketanah suciNya. Inshaa Allah.
Semenjak mendapat kepastian tanggal
berangkat, saya langsung melakukan persiapan. Yang pertama tentu memperpanjang,
atau tepatnya membuat paspor baru lagi. Paspor hijau saya yang terakhir sudah
habis masa berlakunya pada bulan Maret 2011.
Untung (orang Jawa selalu untung) ada ipar
dari salah seorang adik isteri saya yang mempunyai jabatan tinggi di Kantor
Wilayah Imigrasi Jawa Barat. Jadi Kantor Imigrasi Bekasi (kota dimana saya
tinggal) berada dalam daerah ‘kekuasaan’nya. Oleh sebab itu berkat arahan
beliau, paspor selesai dalam waktu hanya dua hari. Sayang saya datang pada hari
Jum’at, hari pendek karena terpotong sholat Jum’at. Jika saya datang pada hari lain, paspor malah
bisa selesai dalam waktu satu hari.
Persiapan yang lain tidak terlalu berat.
Karena seperti biasa jemaah umroh (yang ikut dengan sebuah Biro Perjalanan
Umroh/haji) sudah mendapatkan peralatan yang nyaris lengkap. Mulai dari koper,
tas tenteng, seragam, kain ihrom, buku panduan, tanda pengenal dan sebagainya.
Rasanya hanya tinggal perlengkapan pribadi saja yang perlu ditambahkan.
Paling-paling saya juga harus siap-siap
menukarkan beberapa uang Rupiah (IDR) menjadi Real Saudi (RS). Itu juga kalau
punya banyak uang. Kalau tidak? Ya bagaimana nanti lah. Namanya juga umroh gratis, jadi bekalnya ya hanya nekat. Harap
maklum, kan saya sudah pangsiyun.
Bersambung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar