-Bagian Ketujuh-
(Ditulis pada hari Jum'at, 7 Juni 2013)
(Ditulis pada hari Jum'at, 7 Juni 2013)
Jemaah Umroh PT BINA tiba di Bandara Jeddah
“Ya Allah
ijinkanlah saya datang kembali memenuhi panggilan Mu baik untuk ber haji maupun
ber umroh, baik sendiri maupun bersama keluarga. Dan dengan kebesaran kuasa Mu
mohon ijinkan kami sekeluarga untuk dapat mengunjungi tanah suci Mu bukan
hanya untuk sekali saja. Aamiin Ya Robbal Alamin”
Itulah doa versi saya sendiri yang pertama kali
saya panjatkan (sambil menangis sesenggukan) didepan “Multazam”.
Ini adalah sebuah tempat yang menurut Rasulullah SAW merupakan tempat dimana
segala doa akan dikabulkan Allah SWT.
Doa tersebut benar-benar
‘karangan’ saya sendiri. Sebab saat pertama kali pergi umroh, saya sama sekali
tidak siap moril ataupun materiil apalagi onderdil. Harap maklum, karena
undangan umroh Romadhon dari Raja Arab Saudi itu sangat mendadak. Hampir semua anggota
rombongan yang ikut pergi umroh tidak sempat melakukan persiapan sama sekali.
“Tradisi” sabar menanti
diruang pemeriksaan Imigrasi....
Satu hal yang masih saja saya saksikan
sejak pertama kali, eh bukan, sejak kedatangan saya yang kedua ditanah suci nding.
Soalnya ketika pertama kali mendarat
ditanah suci pada bulan Romadhon tahun 1992,
saya tidak melewati terminal kedatangan biasa, melainkan lewat ruang
VVIP. Saat itu saya juga tidak menjalani pemeriksaan paspor. Bahkan visa pun
baru diperoleh saat tiba di Jeddah (On
Arrival Visa). Maklum rombongan tamu
Kerajaan. Baru ketika saya pergi naik haji yang pertama ditahun 1992 itu juga
(berarti kedatangan saya yang kedua ditanah suci) saya merasakan “atmosfir”
yang persis sama seperti yang saya
rasakan dan alami pada petang hari Sabtu, 27 April 2013 ini.
Jemaah ANTRI diperiksa Paspornya di Imigrasi Bandara Jeddah
Sebenarnya Kantor Imigrasi Kerajaan Arab
Saudi telah membuat puluhan ‘pintu’ pemeriksaan paspor disetiap terminal
kedatangan. Demikian juga dengan petugas imigrasi berseragam coklat berbaret coklat juga yang jumlahnya juga banyak sekali
(biar mudah saya sebut Askar), Namun entah kenapa situasinya selalu sama.
Antrian panjang penumpang yang baru datang selalu sampai berjubel.
Apa sebab? Mungkin saja akibat ‘gaya’
Askar Arab Saudi yang kesannya “semau
gue” dan nampak seperti ogah-ogahan.
Banyak pintu pemeriksaan paspor yang kosong ditinggalkan sang Askar. Padahal
tampak jelas (karena tempatnya terbuka) banyak Askar yang hanya bergerombol
santai sambil ngobrol dan bercanda. Bagi jemaah umroh atau haji, biasanya hal
ini dianggap sebagai ujian kesabaran. Oleh sebab itu tidak boleh marah, tidak
boleh mengumpat. Apalagi ngamuk dan muring-muring. Harus tetap tenang dan SABAR. Entah apa benar
itu sebuah ujian, wallahu ‘alam.......
Saya sudah mengalami diperiksa Askar dengan gaya cuek beibeh seperti itu beberapa kali. Jadi bisa maklum dan
mengerti. Tapi bagi yang baru pertama kali mengalami, pasti agak jengkel juga.
Bayangkan, yang antri diperiksa paspornya ber baris terik tempe lidong dele
bodong (antri berderet sangat panjang).....koq
Askarnya asyik ngobrol sendiri! “Dek remah sampiyan cak!” Mungkin begitu
sumpah serapah jemaah yang berasal dari Serbeje
(Surabaya) dan Medunten (Madura).
Tapi bagaimanapun saya sedikit kesal juga.
Soalnya usia saya sekarang sudah merambat tua. Kondisi tubuh sudah tidak fit seperti beberapa tahun lalu. Apalagi
kalau dipaksa terus berdiri dalam antrian yang berjalan beringsut seperti
siput. Diruang pemeriksaan paspor itu bahkan tidak disediakan seekor kursipun! Sueengiiit aku! Padahal masih banyak juga
jemaah umroh yang usianya jauh lebih tua dari usia saya. Pasti mereka diam-diam
juga sangat menderita.
Perjalanan malam hari menuju
Madinah al-Munawaroh
Menjelang Isya pemeriksaan paspor
rombongan jemaah umroh PT Bina Travel baru usai. Sekarang saatnya mengambil
bagasi. Rupanya bagasi malah justru sudah menunggu. Koper-koper bertumpuk dalam
troli yang dijaga beberapa orang portir berseragam biru. Karena koper berwarna
seragam dan bertanda khusus, maka jadi mudah dikenali. Kini tinggal berangkat
menuju bis. Tapi banyak ibu-ibu yang sudah tidak bisa lagi menahan hasrat.
Ruangan yang dingin agaknya menambah penderitaan. Semuanya ingin mencari kamar
kecil. Masya Allah, toilet untuk
wanita ternyata letaknya lumayan jauh.
Seorang ustad yang memperkenalkan diri
sebagai “Ustad Syarif” (staf lokal PT Bina Travel di Mekah) telah siap
menjemput. Saya putuskan untuk ikut pak ustad langsung menuju bis. Hasrat ke
kamar kecil harus saya pendam untuk sementara, daripada mencari toilet yang
jauh dan mungkin juga antri. Demikian pula isteri saya.
Interior bis HIGER yang lapang
Berwarna putih campur keperakan, bis besar
merk HIGER (buatan Cina, tapi logonya
mirip Hyundai Korea) yang disediakan untuk mengangkut rombongan sudah menunggu.
Kapasitasnya mungkin untuk 40 orang. Jadi agak lega mengangkut 27 orang plus 2
orang pendamping. Seperti biasa, bis jemaah haji atau umroh (yang mirip bis greyhound) ini mempunyai ruang bagasi
yang besar sekali dibagian bawah kabin. Ruang penumpang menjadi agak tinggi.
Untuk masuk kedalam bis harus menaiki tangga terjal. Bis yang baik biasanya
juga tersedia toilet didalamnya. Bis Higer ini juga. Sayang kata Ustad Syarif
toiletnya sedang rusak dan tidak bisa dipakai. Innalillahi....
Jarak antara kota Jeddah dan Madinah
sekitar 500 kilometer. Bisa ditempuh dalam waktu sekitar 5 atau 6 jam. Kalau
bis berjalan malam hari dan suasana bukan musim haji, mungkin bisa ditempuh
lebih cepat lagi. Sekitar pukul 08.30 malam waktu setempat bis meluncur menuju
kota Madinah al-Munawaroh (arti
harafiahnya “Madinah yang bercahaya”).
Setelah dipimpin ustad Syarif untuk
membaca doa musafir dan beberapa penjelasan penting lainnya, dibagikan jatah
makan malam dalam kotak. Minumnya air mineral kemasan botol. Malam hari ini
menunya ala “ayam bakar Wong Solo”,
lengkap dengan sambal trasi dan lalap ketimun. Tapi potongan ayamnya
besar-besar. Ayam Arab geeetu
lhoooooh......
Seperti biasa sehabis makan, maka
“penyakit keturunan” menyerang nyaris seluruh anggota rombongan. Semua
mengantuk! Suasana jadi senyap. Hanya sesekali terdengar suara “simponi” berupa
tarikan napas yang berat. Bahkan diseling suara mendengkur......entah dengkuran
itu ‘milik’ siapa.....
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar