-sajak jiwa yang kusut-
gunung
laut
hujan
badai
kilat
yang bersabung
itulah sesungguhnya
yang menghadang
perjalanan ku menuju
laut
hujan
badai
kilat
yang bersabung
itulah sesungguhnya
yang menghadang
perjalanan ku menuju
ke arasy
Mu
Mu
sementara
perahu layarku
seperti tak akan kuat
menempuh pusaran
angin yang mencabik
satu demi satu
layar yang rapuh
terkulai dan jatuh
larut dan karam
kedasar samudra
Mu yang entah
seberapa dalam seberapa jauh
sementara ujung
malam selalu menghadirkan
wajah aslinya kepada
ku yang bersimpuh
terpana dalam
sejuta
tanda seru
titik
koma
dan
tanda tanya
malam selalu menghadirkan
wajah aslinya kepada
ku yang bersimpuh
terpana dalam
sejuta
tanda seru
titik
koma
dan
tanda tanya
!
lalu
apalagi kini
yang harus kurangkai
agar jiwaku tak goyah dan tetap tertaut
pada keagungan mantra
Mu?
apalagi kini
yang harus kurangkai
agar jiwaku tak goyah dan tetap tertaut
pada keagungan mantra
Mu?
awal bulan tua
saat mendung menyaput Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar