(cuplikan dari: "kisah2 spiritual" mastonie)
( 16 )
Masjidil Haram diwaktu malam
Released by mastonie on Wednesday, May 11, 2011 at 07.43 pm
"Obat" latah yang tak terduga……
Wanita ‘Betawi’ setengah baya itu berwajah sangat sederhana. Boleh dikata sangat lugu. (Demi menjaga nama baik dan martabatnya, saya lebih suka tak menyebutkan identitasnya). Hanya satu hal yang membuatnya “beda” dari wanita lain, ialah kebiasaan latah yang mungkin sudah sangat kronis dideritanya. Setiap ada sesuatu yang membikin dia terkejut, maka secara spontan dari mulutnya keluar rentetan sumpah serapah yang semuanya mengacu kepada (maaf) alat vital lelaki.
Hal itulah yang sering menjadi bahan tertawaan dan olok-olok temannya. Tak jarang mereka dengan sengaja mengagetkannya, hanya untuk mendengar ia menyerocos menyebut kata jorok yang tak pantas didengar itu.
Hal itulah yang sering menjadi bahan tertawaan dan olok-olok temannya. Tak jarang mereka dengan sengaja mengagetkannya, hanya untuk mendengar ia menyerocos menyebut kata jorok yang tak pantas didengar itu.
Tentu dia sangat merasa bersalah pada kebiasaan buruknya itu. Tapi sungguh sangat sulit bagi dia untuk menghentikan kebiasaan latah itu.
(Menurut ilmu psikologi, latah merupakan sebuah gangguan kejiwaan dimana penderitanya cenderung meniru atau mengikuti perkataan atau perbuatan orang lain, terutama pada saat dia terkejut. Hanya terdapat didaerah benua Asia dan Afrika saja, penyakit ini diduga erat berhubungan dengan pola sosial budaya tertentu. Secara umum penderita latah biasanya berasal dari golongan masyarakat yang rendah strata sosial ataupun kecerdasannya. Namun entah mengapa, ‘penyakit latah’ juga diderita oleh beberapa selebritis Indonesia yang top saat ini. Lucunya -atau konyolnya?- mereka malah tampak bangga dengan latahnya).
Dari kegigihannya menabung sedikit demi sedikit, wanita Betawi itu akhirnya bisa menunaikan kewajibannya untuk pergi berhaji ketanah suci. Hanya satu hal saja (latah) yang sangat dikhawatirkannya. Seluruh keluarga besarnya juga ikut merasa prihatin. Dia sudah membayangkan alangkah memalukannya apabila tak bisa menjaga mulutnya dari kebiasaan latah itu sewaktu sedang berada ditanah suci.
Meskipun barangkali yang tahu arti kata-kata joroknya (yang menyembur begitu saja saat dia latah) hanya sesama jemaah asal Indonesia saja.
Meskipun barangkali yang tahu arti kata-kata joroknya (yang menyembur begitu saja saat dia latah) hanya sesama jemaah asal Indonesia saja.
Dia juga menyadari bahwa selama berada di tanah suci, para jemaah calon haji (apalagi pada saat mengenakan kain ihram) diharuskan untuk dapat menjaga perkataan dan perbuatan dari hal-hal yang kotor atau tidak baik. Tapi dengan kerendahan hati yang tulus dari seorang hamba, ia menyerahkan nasibnya kepada Allah Sang Maha Pencipta.
Oleh sebab itu tak hentinya ia berdoa agar Allah Swt berkenan memberikan kesembuhan pada dirinya dari 'penyakit ringan' tapi sangat memalukan itu.
Peringatan dan bukti kekuasaan Allah Swt kepada hambaNya ternyata datang dengan cara-cara yang tak terduga.
Menurut penuturannya sendiri, pada saat ia melaksanakan tawaf qudum (tawaf pertama kali saat masuk kota Mekah atau masuk Masjidil Haram), disitulah terjadi peristiwa yang sungguh sangat menggetarkan hati dan jiwanya.
Ditengah kekhusyukannya melaksanakan tawaf, tiba-tiba ada seorang pria Arab yang tinggi besar memepetnya. Belum sepenuhnya sadar apa yang terjadi, sekonyong pria Arab itu menyibakkan ihramnya sehingga terlihatlah (maaf) “senjata rahasia” nya yang extra large dalam posisi ‘terkokang’ tegak berdiri. Tentu saja dia panik dan menjerit, dan dengan serta merta kambuhlah penyakit latahnya yang membuat seluruh anggota rombongannya (tentu juga jemaah lain disekitarnya) heran melihat tingkah lakunya. Dengan perasaan malu dan takut yang luar biasa ia segera berusaha menghindarkan diri dari pepetan laki-laki ‘parno’ itu.
Seluruh tubuhnya lemas gemetar bahna kaget dan syok melihat ‘pemandangan’ jorok luar biasa itu.
Ditengah kekhusyukannya melaksanakan tawaf, tiba-tiba ada seorang pria Arab yang tinggi besar memepetnya. Belum sepenuhnya sadar apa yang terjadi, sekonyong pria Arab itu menyibakkan ihramnya sehingga terlihatlah (maaf) “senjata rahasia” nya yang extra large dalam posisi ‘terkokang’ tegak berdiri. Tentu saja dia panik dan menjerit, dan dengan serta merta kambuhlah penyakit latahnya yang membuat seluruh anggota rombongannya (tentu juga jemaah lain disekitarnya) heran melihat tingkah lakunya. Dengan perasaan malu dan takut yang luar biasa ia segera berusaha menghindarkan diri dari pepetan laki-laki ‘parno’ itu.
Seluruh tubuhnya lemas gemetar bahna kaget dan syok melihat ‘pemandangan’ jorok luar biasa itu.
Dia maklum bahwa rangkaian ibadah tawafnya belum selesai, sehingga walaupun dengan perasan kalut dan badan gemetaran dia berusaha tetap berada dalam rombongannya untuk melanjutkan tawaf.
Namun kejadian yang sama terulang lagi pada putaran berikutnya. Anehnya sekarang yang unjuk aksi ‘pamer senjata’ berukuran XXL adalah laki-laki Arab yang lain lagi. Dan kejadian ‘pornoaksi’ itu berulang sampai lebih dari tiga kali dengan pemeran utama laki-laki Arab yang berbeda lagi!
Namun kejadian yang sama terulang lagi pada putaran berikutnya. Anehnya sekarang yang unjuk aksi ‘pamer senjata’ berukuran XXL adalah laki-laki Arab yang lain lagi. Dan kejadian ‘pornoaksi’ itu berulang sampai lebih dari tiga kali dengan pemeran utama laki-laki Arab yang berbeda lagi!
Ajaib, karena begitu syok dan traumanya melihat pemandangan beruntun yang bahkan tak pernah diduganya itu, mendadak mulut wanita malang itu bagai terkunci rapat dan tiba-tiba penyakit latahnya seakan lenyap ditelan rasa panik dan ketakutan yang amat sangat.
Selesai tawaf dia menangis ‘ngglolo’ (tersedu-sedu hebat) pada saat melaksanakan shalat sunah dua rakaat dipelataran Ka’bah, seraya mohon ampun kepada Allah Swt atas semua dosanya selama hidup. Sekaligus ungkapan perasaan bersyukur bahwa Allah Yang Maha Penyembuh telah berkenan menyembuhkan penyakit latahnya walau dengan melalui kejadian traumatis yang sangat menjijikkan sekaligus menakutkan.
Wallahu a'lam bissawab.
Tempat maqbulnya doa….
Rasulullah Saw pernah bersabda:
“Antara Rukun Aswad (sudut dimana terletak Hajar Aswad) dan pintu Ka’bah disebut Multazam, tidak ada orang yang meminta sesuatu (kepada Allah) di Multazam, melainkan Allah Swt akan mengabulkan permintaannya itu” (HR. Baihaqi dan Ibnu Abbas).
Saya didepan "pintu Ka'bah"
Konon sejak Nabi Adam a.s, tempat diantara pintu Ka’bah dan Hajar Aswad ini selalu menjadi tempat untuk berdoa para Nabi, jauh sebelum jaman Baginda Nabi Muhammad Saw menyebarkan agama Islam.
Dijaman sekarang justru sulit sekali berdoa di daerah ‘rawan’ ini. Ribuan jemaah yang berdesakan untuk mencium Hajar Aswad, menjadi salah satu penghalang untuk berdiam khusyuk ditempat yang tidak terlalu lebar itu. Belum lagi terjangan jemaah yang sedang melaksanakan tawaf yang seperti air bah. Oleh sebab itu saya selalu melakukannya (berdoa) ditempat yang agak jauh, namun berada persis dalam satu garis lurus dengan Multazam. Saya yakin bahwa Allah Swt tetap akan menerima doa hambaNya, asalkan hamba tersebut ikhlas, tawakal dan pasrah atas segala kehendakNya.
Pada saat shalat sunah dan shalat wajib berjamaah pun saya selalu berusaha mencari tempat yang berada dalam garis lurus yang menghadap Multazam ataupun kearah pintu Ka’bah itu. Setelah shalat saya biasakan untuk memanjatkan doa dengan sangat khusyuk ditempat yang disebutkan Rasulullah sebagai tempat yang maqbul itu.
Boleh percaya boleh tidak, Allah Swt ternyata berbelas kasihan dan mengabulkan doa-doa saya. Walaupun tentu tidak seluruh keinginan saya terpenuhi. Saya meyakini sepenuh hati bahwa apa yang baik bagi seorang mahluk (manusia), belum tentu baik bagi Allah Swt. Begitu pula sebaliknya. Jadi saya tawakal, sabar dan ikhlas saja.
Yang terbaik bagi Allah Swt pasti yang terbaik pula bagi hambaNya.
Sejatinyalah Allah Swt adalah pemilik segala rahasia, karena itu Ia senantiasa mengabulkan doa seorang hambaNya dengan cara-cara yang tak dapat diduga.
Demikian pula dengan terkabulnya doa saya.
Yang jelas terkabul adalah doa saya untuk tidak hanya sekali datang ketanah haram. Sampai saat ini saya telah empat kali diijinkan Allah Swt berkunjung ketanahNYa yang suci.
Demikian pula dengan permohonan saya agar bisa pergi ketanah suci bersama anak isteri saya. Walaupun baru seorang saja diantara tiga anak saya yang sudah pergi ketanah suci. Alhamdulillah.
Namun yang terus menerus saya syukuri dalam hidup adalah kenyataan bahwa Allah Swt telah memudahkan segala urusan saya didunia.
Insya Allah demikian pula hendaknya diakhirat nanti.
Amin Ya Robbal ‘alamin.
bersambung…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar